Pandemi covid-19 yang berkepanjangan telah mengubah banyak tatanan hidup dalam masyarakat. Segala macam aktivitas yang melibatkan kerumunan dan kontak langsung dibatasi sebagai bentuk antisipasi penularan virus corona jenis baru. Kegiatan public relations (PR) harus menyesuaikan akibat dampak dari pandemi.
Kegiatan PR yang biasanya bertatap muka dan mengumpulkan banyak orang, wartawan media massa kini harus diminimalisir dan beralih kepada komunikasi virtual.
Mungkin momentum pandemi covid inilah, praktik cyber PR semakin total karena tatanan kehidupan normal baru sudah mengharuskan kegiatan lebih banyak secara virtual.
Bidang PR atau Kehumasan memegang perananan penting dalam menjaga citra atau opini publik supaya tetap positif. Justru karena pandemi ini, kegiatan PR dan Kehumasan harus lebih intens karena potensi gejolak akibat penurunan gairah ekonomi bisa muncul kapan saja di mana saja.
Sehingga pegiatan PR dan Humas harus terus intens menjaga opini publik supaya instansi atau perusahaannya tetap punya sisi pandang baik dari masyarakat.
Frank William Jefkins (2004) menyebut Public Relations adalah segala bentuk komunikasi terencana, baik komunikasi ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan publik yakni untuk tercapainya kesepahaman yang sama.
Sedangkan Hidayat (2014) mengungkapkan Public Relations adalah segala upaya usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk menanamkan persepsi, tanggapan penilaian dari orang lain.
Seperti yang kita ketahui, di era modern seperti ini, perkembangan teknologi dan informasi yang cepat tidak dapat dihindari lagi. Terlebih situasi pandemi dan kehidupan normal baru mengharuskan aktivitas PR harus dekat dengan media daring.
Pengaruh teknologi komunikasi terhadap PR menjadikan sebuah kegiatan mereka memiliki perspektif baru, sehingga memunculkan istilah cyber public relations, net public relations, dan nama lain bentuk kegiatan atau bidang kajian public relations dalam dunia cyber (dunia maya).
Menurut Soemirat dan Ardianto (2012: 186), dengan cyber public relations praktisi PR dapat secara langsung menyampaikan pesan-pesan yang akan disampaikan kepada publik. Keberadaan media internet dalam PR dimanfaatkan karena untuk menjangkau publik yang lebih luas.
Selain melalui website, dalam menjalankan fungsinya online public relations para praktisi PR juga dapat memanfaatkan media sosial yang saat ini menjadi tren di kalangan masyarakat dunia. Contoh media sosial adalah blog, micro bloging, video/foto sharing dan lain-lain.
Teknologi yang ada pada internet mendorong PR untuk bekerja lebih praktis, cara kerja yang cepat dan juga dinamis. Sehingga melalui penerapan konsep cyber public relations ini PR dapat memainkan peran yang lebih luas, selain sebagai sarana penyebaran informasi juga dapat dimanfaatkan untuk membentuk dan membangun citra yang positif bagi perusahaan.
Variabel yang dapat dikontrol oleh seorang PR salah satu contohnya adalah dengan merancang strategi komunikasi di masa pendemi. Informasi yang disampaikan oleh PR harus benar, akurat, berdasarkan data, menarik dan dapat dipertanggungjawabkan.
Seorang PR harus memiliki konsep yang matang dengan mengelaborasi seluruh data dan fakta menjadi sebuah pesan informasi yang dapat disampaikan ke masyarakat. Pesan informasi yang disampaikan ini tentunya harus relevan dan tepat dengan situasi saat pandemi ini.
Peran PR dalam menyampaikan pesan informasi yang baik dan tepat tentunya akan menjaga dan membangun reputasi serta menciptakan citra positif instansi/lembaga/perusahaan melalui pengelolaan dan pemantauan informasi serta komunikasi terstruktur.
Untuk itu, PR memiliki peranan yang strategis dalam menyampaikan informasi secara kreatif, inovatif, dan efektif dengan memanfaatkan teknologi dan new media. Penyampaian pesan dengan konten yang empatif dan mengoptimalkan teknologi digital maka akan tercipta trust dan persepsi positif.
Pentingnya aktivitas PR melalui media cyber juga sangat dirasakan bagi media massa yang menjadi partner bagi aktivitas PR itu sendiri. Karena banyaknya pembatasan dan pergerakan orang membuat pergerakan wartawan dalam meliput berita dan melakukan konfirmasi kepada narasumber juga terbatas.
Di situlah peran PR sangat diperlukan supaya saling membantu dengan media/wartawan untuk kelancaran arus informasi melalui berita di media massa. Sekarang ini sudah banyak dapat dilihat kegiatan PR lebih banyak mengirimkan press rilis, foto dan video kegiatan dalam memudahkan wartawan mendapatkan bahan berita.
Sehingga wartawan tinggal melakukan konfirmasi kesahihan dari data dan informasi yang disebarkan oleh PR atau Humas.
Entah itu konfirmasi langsung kepada pimpinan maupun kepada bidang-bidang tertentu di bawahnya. Begitu juga denggan aktivitas press conference yang lebih banyak menggunakan zoom dan wawancara ekskliusif narasumber melalui video call.
Sehingga dapat dikatakan era pandemi covid ini, juga jadi momentum totalitas penerapan cyber PR dalam kegiatan PR dan Kehumasan.
*Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas