Covid-19 di bulan Ramadhan 1441 H kali ini memang benar-benar menguji kesabaran. Selain memang harus meningkatkan kesabaran karena tengah berpuasa, kesabaran kita dalam bernegara pun juga diuji sedemikian beratnya.
Tidak bisa dibantah lagi, Covid-19 sepertinya adalah wabah yang benar-benar mengguncang banyak sendi kehidupan masyarakat. Iya kesehatannya, iya ekonominya, iya sosialnya dan iya bernegaranya.
Covid-19 membuat kita terpaku dalam rumah, menyaksikan berita perkembangan penyebarannya melalui layar televisi dan juga layar handphone. All about Covid-19. Sehingga kita sampai lupa, bahwa ada harga minyak dunia yang sekarang seperti tidak punya harga, kecuali di Indonesia.
Di Indonesia harga minyak atau BBM masih seperti biasa. Sudah banyak tokoh-tokoh terkemuka, para pakar yang mempertanyakan ini di media, tapi Pertamina itu Badan Usaha Milik Negara, bukan badan usaha milik kita. Jadi mau harga BBM naik atau turun bukan tergantung harga minyak dunia, apalagi tergantung kehendak kita. Lagipula sekarang tengah Covid-19, siapa juga yang akan peduli soal harga BBM. Bertahan hidup tentu lebih penting.
Covid-19 juga lupa menyapa salah satu lawan tempurnya, BPJS Kesehatan. Yang iurannya baru saja naik gila beberapa waktu yang lalu. Yang kenaikan iuran itu juga sudah dibatalkan oleh Mahkamah Agung. Tapi belum bisa batal karena belum ada peraturan eksekutif yang mengatur pembatalannya. Maka jalannya masih lempeng sampai saat ini. Lagipula siapa yang peduli iuran BPJS batal naik, atau kembali turun, saat ini tengah pandemi Covid-19. Yang terpenting adalah bertahan hidup.
Begitulah hidup bernegara. Sebagai rakyat kita lah yang mendukung agar negara tetap berdiri. Kita rakyatlah yang berupaya agar negara tetap bersatu. Rakyat Jerman lah yang meruntuhkan tembok berlin, sehingga Jerman menjadi seperti yang kita kenal saat ini.
John F Kennedy saja yang dulunya Presiden negara terkuat di dunia itu mengatakan “jangan tanya apa yang bisa negara berikan kepadamu, tapi tanyalah apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu".
Jadi dukunglah negara ini. Mau negara akan berlaku adil atau tidak, itu hanya ada pada sudut pandang rakyatnya. Dari sudut pandang penyelenggara negara, mereka pasti seadil-adilnya. Mau keputusan pengadilan tertinggi di republik ini dilaksanakan atau tidak, yang jelas hakimnya kan sudah memutuskan.
Penyelenggara negara tentu akan melaksanakan yang terbaik untuk kita semua. Kalaupun tidak, ya terima saja. Toh kop, stempel dan tanda tangannya adalah milik mereka, bukan milik RT sebelah rumah.
Mumpung Ramadhan, anggaplah bersedekah, anggaplah bersabar. Walau sudah membuat kita lupa akan banyak hal, semoga Covid-19 tidak membuat kita juga lupa bahwa imsak itu ketika adzan subuh, dan berbuka ketika adzan maghrib. Bukan sebaliknya, dan bukan pula ketika adzan Zuhur.
Tommy TRD, Alumni STPDN dan PNS di Pemkab Agam