LANGGAM.ID - Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat bersama BMKG menyiapkan opsi modifikasi cuaca untuk memitigasi potensi kebakaran hutan dan lahan atau karhutla. Ditambah dengan wilayah Sumbar diprediksi akan diterpa cuaca kering tanpa hujan hingga akhir Agustus
Juru Bicara BPBD Sumbar Ilham Wahab menyebutkan hasil prediksi cuaca dari BMKG dilaporkan wilayah Sumbar akan menghadapi cuaca kering tanpa hujan, sehingga kondisi ini menjadi sebuah ancaman yang dapat memicu karhutla. Data sementara tercatat delapan kabupaten/kota melaporkan karhutla di wilayah masing-masing.
Ilham mengatakan, untuk mitigasi karhutla tidak semakin meluas muncul opsi untuk melakukan modifikasi cuaca dengan dukungan dari BNPB dan BMKG pusat.
Ia menambahkan modifikasi cuaca akan dilakukan berdasarkan peta awan pada waktu pelaksanaan. “Untuk area yang akan dilakukan modifikasi cuaca ini melihat peta awan, serta arah angin nantinya. Tapi kita harapkan di wilayah yang rawan karhutla,” ujarnya, Senin (21/7/2025).
Rekapitulasi BPBD Sumbar sementara mencatat karhutla terjadi di delapan kabupaten/kota. Seperti di Kabupaten Solok dilaporkan ada karhutla di 14 kecamatan yang ada. Sedangkan di Kabupaten Limapuluh Kota 10 dari 13 kecamatan juga melaporkan karhutla. "Data sementara itu total luas karhutla di kabupaten/kota hampir mencapai 300 ha," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyebutkan telah menyiapkan dukungan pelaksanaan modifikasi cuaca di daerah terdampak karhutla. Seperti di Riau yang tengah dilakukan modifikasi cuaca selama tujuh hari kedepan.
Ia menjelaskan, pelaksanaan modifikasi cuaca dengan menaburkan bahan semai berupa Natrium Klorida (NaCl) atau garam ke kumpulan bibit awan hujan.
Partikel NaCl ini kemudian akan menempel pada butiran-butiran uap air yang terkandung di dalam bibit awan hujan sehingga berat atau masanya bertambah dan hujan dapat diturunkan di posisi yang dikehendaki berdasar hasil analisis tim di darat.
Selain NaCl, bahan semai lainnya juga akan menggunakan Kalsium Oksida (CaO) atau kapur tohor. Adapun fungsinya adalah untuk mengurai partikel asap dan gas yang dihasilkan karhutla sehingga proses penguapan dan pembentukan awan hujan dapat segera terjadi.
Ia menambahkan, penyemaian kapur tohor ini juga dilakukan apabila asap terlalu banyak menutupi area penguapan. Jika hal itu terjadi, maka pesawat akan menyemai kapur tohor terlebih dahulu, baru kemudian jika sudah terbentuk awan hujan, bahan semai garam dapur disebar. (*)