Langgam.id - Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi di wilayah Kota Padang beberapa hari terakhir, mengakibatkan debit air sungai meningkat. Derasnya air sungai tersebut membawa banyak sampah dari hulu hingga ke muara.
Sampah yang dibawa air sungai turut membawa barang-barang yang memiliki nilai jual. Hal itu membawa berkah tersendiri bagi warga sekitar muara sungai. Sehingga banyak warga mengumpulkan barang-barang bisa dijual tersebut yang terselip diantara sampah di muara.
Salah satunya dilakukan oleh warga sekitar, Zulfikar (44). Dia sudah berkeliling sendirian di pantai sejak pukul 08:00 WIB untuk mencari kaleng-kaleng yang bertumpuk di kawasan Muaro Lasak, Pantai Padang, Sabtu (11/1/2020).
Epi sapaannya, tampak mondar mandir di seputar sampah yang terbentang sekitar 100 meter di bibir pantai. Sesekali tangannya mengais sampah dengan kayu mencari kaleng minuman yang dibawa ombak. Kadang ia berdiri di tepi pantai menantikan hempasan ombak. Karena, tombak itu yang menghempaskan berbagai sampah ke pantai.
Jika beruntung, dalam tumpukan sampah yang diempaskan ombak turut membawa kaleng bekas. Saat kaleng tersebut terlihat, ia pun segera mengejarnya beriringan dengan air laut yang surut. Kaleng tersebut dipegangnya sambil menunggu ombak datang kembali.
Setelah tangannya penuh dengan kaleng, ia mengumpulkannya di satu tempat terlebih dahulu. Nantinya kaleng yang berhasil dikumpulkan itu dimasukkan ke dalam karung lalu dibawa ke rumah.
Zulfikar tidak sendiri. Ia mengaku hanya mengumpulkan sisa-sisa yang sebelumnya sudah banyak dicari warga lain. Kebanyakan warga mencari tengah malam saat hujan sudah reda.
"Orang ramai mencari itu tadi malam. Kalau sekarang tinggal sedikit,"katanya.
Walaupun sudah banyak warga yang datang sebelumnya, ia mengaku sudah berhasil mengumpulkan sekitar 3 karung. Jika beruntung ia biasanya bisa mengumpulkan sekitar 4 karung. Banyaknya bisa dapat kaleng tersebut tidak menentu, tergantung kepada keberuntungan saja menurutnya.
Setiap karung bisa mencapai berat 5 hingga 8 kilogram. Lalu setiap kilonya akan dihargai Rp 10 ribu oleh pembeli. Mengumpulkan sebanyak 4 karung itu dapat dilakukan sekitar 3 jam. Sekali mengumpulkan itu ia bisa mendapatkan uang lebih dari Rp300 ribu.
"Waktu mencarinya tidak menentu seberapa lama, kalau kayaknya masih ada ya saya kumpulkan terus. Kalau sepertinya sudah tidak ada lagi saya pulang. Tapi biasanya sampai siang sudah pulang," katanya.
Dia mengatakan, sebenarnya banyak barang yang bisa dikumpulkan. Benda yang paling dicari warga sekitar biasanya kaleng minuman kemasan, gelas plastik, dan buah pinang. Kalau 1 kilogram kaleng plastik dihargai Rp 10 ribu, sedangkan gelas plastik dihargai Rp 6 ribu setiap kilonya, dan buah pinang Rp 11 ribu setiap kilonya.
"Kalau buah pinang juga banyak tapi biasanya malam hari mencarinya, sepanjang sungai ini kan banyak buah pinang, kalau siang ini sudah habis oleh warga lain tadi malam," katanya.
Namun dirinya mengaku hanya fokus mencari kaleng saja, menurutnya itu yang mudah dicari dan lebih mudah mencapai berat 1 kilogram. Berbeda dengan plastik yang harus banyak dulu baru bisa terkumpul 1 kilogram. Sementara pinang sudah habis dicari warga lain.
Usai mengumpulkan sampah kaleng minuman itu, ia akan membawanya pulang terlebih dahulu. Kaleng tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu. Kalau tidak dibersihkan, harganya akan turun. Ia juga tidak perlu repot-repot pergi menjualnya karena akan ada pengepul yang datang menjemput ke rumah.
"Tidak saya antarkan. Biasanya akan ada pengepul yang menjemput ke warga di sini,"katanya.
Epi mengaku hanya sesekali melakukan pekerjaan mengumpulkan barang bekas tersebut. Sehari-harinya ia bekerja sebagai supir angkot. Ia tinggal di Kampuang Lalang, Kota Padang, namun rumah orang tuanya berada di Muaro Lasak.
"Saya mencari kaleng hanya sesekali. Kalau hari hujan lebat berhari-hari maka saya datang ke sini. Warga sekitar biasanya juga begitu," ujarnya.
Uang hasil mencari kaleng bekas itu menurutnya diberikan untuk membantu ibunya. Saat ini ibunya tidak lagi bekerja dan hanya di rumah saja. Sebelumnya sang ibu bekerja sebagai pedagang di kawasan tersebut. (Rahmadi/HM)