Mengenang Buya Piri, Sepenggal Kisah Jamaah Naqsabandiyah di Pauh Kota Padang

Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kisah Jamaah Naqsabandiyah di Pauh Kota Padang usai ditinggal Buya Piri.

Jamaah Tarekat Naqsabandiyah di Pauh, Kota Padang. (Foto: Nandito/Langgam.id)

Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Sepenggal kisah Jamaah Naqsabandiyah di Pauh Kota Padang usai ditinggal Buya Piri.

Langgam.id - Buya Syafri Malin Mudo yang merupakan Mursyid Tarekat Naqsabandiyah di Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) kini telah tiada. Kenangan demi kenangan Mursyid yang akrab disapa Buya Piri itu masih membekas bagi jamaah di setiap sudut Musala Baitul Makmur.

Menjelang Ramadan, ingatan para jamaah bersama Buya Piri juga semakin nyata, apalagi soal tradisi "Basuluak" yang biasa dipimpin almarhum.

Dulu, "Basuluak" di musala itu tak hanya orang sekitar, banyak yang datang dari luar, seperti Solok, Pesisir Selatan, Tanah Datar dan lainnya. Meninggalnya Buya Piri, "Basuluak" juga tak lagi digelar, belum ada pengganti, belum ada sosok bak Buya Piri.

Bagi Jamaah Naqsabandiayah, "Basuluak" merupakan tradisi yang telah dilaksanakan secara turun temurun, selama 40 hari, para jamaah akan berdiam diri di musala, berzikir, mendekatkan diri pada Ilahi.

Istri Almarhum Buya Piri, Mariana (75) mengatakan, sejak Buya Piri meninggal dunia tahun 2020, "Basuluak" juga tak ada lagi di musala yang berada di  Kelurahan Binuang Kampung Dalam, Kecamatan Pauh, Kota Padang itu.

Menurut Mariana, Ramadan tahun ini merupakan Ramadan kedua tanpa "Basuluak". "Sejak buya meninggal tak ada lagi Basuluak, ini tahun kedua tidak ada Basuluak," ujar Mariana kepada langgam.id saat menunggu jadwal Salat Zuhur di Musala Baitul Makmur, Kamis (32/3/2022).

Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kisah Jamaah Naqsabandiyah di Pauh Kota Padang usai ditinggal Buya Piri.

Tempat "Basuluak" Jamaah Naqsabandiyah di Musala Baitul Makmur, Pauh Kota Padang. (Foto: Nandito/Langgam.id)

Hingga saat ini, kata Mariana, belum ada pengganti Buya Piri untuk memimpin tradisi "Basuluak". Sebab, dalam ibadah "Basuluak" juga harus dibimbing seorang guru.

Diceritakan Mariana, ketika suaminya masih hidup, ia dan sejumlah jamaah yang bermukim di Kecamatan Pauh, Kota Padang sibuk melayani jamaah yang datang dari berbagai daerah untuk basuluak.

"Seperti menyiapkan makanan untuk berbuka dan sahur. Kalau ada Basuluak, kita memasak sendiri, ada juga yang dibawakan bekal oleh keluarga," ucapnya.

Dijelaskan Mariana, Musala Baitul Makmur terdiri dari dua lantai, bagian atas atau lantau dua digunakan untuk tempat "Basuluak".

"Di lantai dua itu jamaah menyendiri di dalam sekat-sekat yang dibuat dengan kain, sekat itu berjejer di sisi kanan dan kiri ruangan," kenang Mariana.

Lantau dua musala itu, lanjut Mariana, lantainya terbuat dari kayu. Jamaah laki-laki juga ada kamar yang berada dan terpisah dengan ruang utama.

Musala Baitul Makmur, sebut Marian, merupakan salah satu musala atau surau sebagai pusat Tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang.

Musala Baitul Makmur bisa dikatakan cukup luas untuk ukuran sebuah musala. Selain ruangan utama untuk beribadah, musala ini memiliki sejumlah ruang lain di bagian belakang.

Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kisah Jamaah Naqsabandiyah di Pauh Kota Padang usai ditinggal Buya Piri.

Tempat "Basuluak" Jamaah Naqsabandiyah di Musala Baitul Makmur, Pauh Kota Padang. (Foto: Nandito/Langgam.id)

Ruangan yang berada di bagian belakang itu digunakan sebagai tempat makan dan bercengkrama. Di samping kirinya, juga terdapat dapur seukuran 3x3 meter dan kamar mandi.

Selain difungsikan sebagai tempat beribadah, saat Ramadan, jamaah Tarekat Naqsabandiyah juga tinggal di musala atau surau itu.

Untuk "Basuluak" para jamaah akan peralatan tidur seperti kasur, bantal dan selimut. Sementara, untuk kebutuhan makan, kata Mariana, jamaah hanya membawa beras.

Mencari Sosok Bak Buya Piri

Sementara itu, Alfitman, salah seorang anak Almarhum Buya Syafri Malin Mudo mengatakan, saat ini memang belum ada pengganti ayahnya untuk memimpin jamaah tarekat naqsabandiyah di musala itu.

Menurut Alfitman, untuk bisa menjadi mursyid, seseorang harus mendapat titah dari seorang guru. "Harus naik suluak dulu, dan didelegasikan oleh guru. Jadi tidak sembarangan, ada tahap-tahap dalam tarekat yang mesti dipenuhi," ujar Alfitman.

Sebenarnya, kata Alfitman, dia sudah bisa untuk menjadi mursyid. Namun, aktifitasnya sebagai dosen di Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas, tidak memungkinkan untuk memimpin Basuluak selama 40 hari penuh.

Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kisah Jamaah Naqsabandiyah di Pauh Kota Padang usai ditinggal Buya Piri.

Mariana melihat foto bersama almarhum suaminya, Buya Piri. (Foto: Nandito/Langgam.id)

"Kesulitannya lebih kepada mencari waktu, karena saya juga harus mengajar dan ada kegiatan lain," ucap anak kedua dan juga satu-satunya anak Buya Piri yang aktif di musala itu, dan kerap jadi imam untuk salat tarawih.

Menurut Alfitman, sulit untuk mencari mursyid baru pengganti ayahnya. Alasannya, seorang mursyid dalam tarekat naqsabandiyah cenderung akan mengabdi di suraunya masing-masing.

"Banyak jamaah dari luar yang bertanya apakah ada mengadakan Basuluak, dan saya arahkan untuk ke Indarung," paparnya.

Jamaah Naqsabandiyah yang Semakin Berkurang

Selain di Musala Baitul Makmur, di Surau Baru yang lokasinya tidak jauh dari musala itu atau berada di seberang jalan musala juga tak menggelar Basuluak tahun ini. Alasannya sama, tak ada guru yang membimbing.

Biasanya, di Surau Baru juga melaksanakan Basualuak seperti di Musala Baitul Makmur, Basuluak di surau itu juga di bawah bimbingan Almarhum Buya Piri.

Surau Baru merupakan pusat Tarekat Naqsabandiyah pertama di Kota Padang, didirikan 1919 silam.

Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Kisah Jamaah Naqsabandiyah di Pauh Kota Padang usai ditinggal Buya Piri.

Surau Baru, pusat Tarekat Naqsabandiyah pertama di Kota Padang, didirikan 1919 silam. (Foto: Nandito/Langgam.id)

Zahar (65), kemenakan Buya Piri mengatakan, meski tak menggelar Basuluak, Salat Tarawih berjamaah tetap digelar di Surau Baru. Bahkan, kata Zahar, Jamaah Naqsabandiyah di lokasi itu juga semkain berkurang, dan tak ada regenerasi dari orang tua ke anak-anak mereka.

"Kalau meninggal ayah atau ibunya, tidak ada yang ma

Baca juga: Imam Tarekat Naqsabandiyah di Padang Tutup Usia

Bahkan, sebut Zahar, setiap tahun Jamaah Tarekat Naqsabandiyah semakin berkurang. "Yang namanya bertambah, tidak ada," katanya.

Dapatkan update berita Padang – berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini dari Langgam.id. Mari bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update, caranya klik https://t.me/langgamid, kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

Bantah Maigus Nasir Pernah Divonis Korupsi, Mantan Pejabat Kejagung: Fitnah
Bantah Maigus Nasir Pernah Divonis Korupsi, Mantan Pejabat Kejagung: Fitnah
Temui Penyandang Disabilitas di Kuranji, Fadly Amran Janjikan Kota Inklusif
Temui Penyandang Disabilitas di Kuranji, Fadly Amran Janjikan Kota Inklusif
Pulihkan Ekonomi Kota Padang, Fadly Amran Bakal Revitalisasi Pasar Raya
Pulihkan Ekonomi Kota Padang, Fadly Amran Bakal Revitalisasi Pasar Raya
Fadly Amran Janji Jadikan Padang Kota Sehat
Fadly Amran Janji Jadikan Padang Kota Sehat
Balanjuang dengan Warga Kuranji, Fadly Amran Berkomitmen Jadi Pemimpin yang Melayani
Balanjuang dengan Warga Kuranji, Fadly Amran Berkomitmen Jadi Pemimpin yang Melayani
Fadly Amran Janjikan UMKM Naik Kelas untuk Sejahterakan Masyarakat Padang
Fadly Amran Janjikan UMKM Naik Kelas untuk Sejahterakan Masyarakat Padang