Langgam.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Datar berharap, mekanisasi pertanian dapat menarik minat para pemuda untuk menekuni pertanian alias jadi petani. Mekanisasi pertanian juga dinilai menghemat biaya produksi pertanian.
"Saat ini, usaha pertanian didominasi oleh generasi tua. Dengan penerapan mekanisasi pertanian hendaknya bisa menarik pemuda menekuni bidang pertanian,” kata Kepala Dinas Pertanian Tanah Datar Yulfiardi, sebagaimana dirilis Humas Pemkab, Rabu (29/4/2020).
Penerapan mekanisasi pertanian, menurutnya, menciptakan efisiensi usaha tani sehingga meningkatkan pendapatan petani padi.
“Sebagian besar pelaksanaan panen dan pascapanen di daerah kita masih dengan sistem tradisional. Baik pada pemotongan dan perontokan atau dikenal dengan sistem manongkang. Cara ini membutuhkan banyak tenaga dan waktu. Ini yang menyebabkan biaya tinggi,” kata Yulfiardi.
Menurutnya, di beberapa nagari upah panen dan pascapanen berbeda-beda. Ada dengan perhitungan 1:10, 1:8 bahkan ada 1:7. Jika perhitungannya 1:10, artinya upah panen yang diberikan 1 karung untuk setiap hasil 10 karung. Berarti pada tahap ini biaya produksi cukup besar yaitu sekitar 10-15%.
“Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani diperlukan efesiensi usaha tani. Produksi sudah meningkat tetapi biaya produksi bisa ditekan atau dikurangi. Tidak ada artinya produksi meningkat tetapi biaya yang dikeluarkan tinggi," ujarnya.
Upaya yang perlu dilakukan pada usaha tani adalah penerapan mekanisasi pertanian dengan mengunakan alat mesin prapanen (alat tanam, mesin bajak) dan alat panen dan perontok (combine harvester). Namun, menurutnya, kemampuan pemerintah untuk membantu alat dan mesin ini terbatas. Ia berharap petani memilikinya secara swadaya.
Sebelumnya, pada Senin (28/4/2020), Kadis Pertanian Yulfiardi meninjau panen Kelompok Tani Saiyo, Jorong Pintu Rayo, Nagari Tanjung Barulak, Kecamatan Tanjung Emas. Panen padi saat itu dicoba mengunakan alat panen combine harvester.
Mesin yang digunakan pada panen di nagari Tanjung Barulak tersebut merupakan bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) dari kementerian pertanian yang diperuntukkan untuk Brigade Alsintan di Kabupaten Tanah Datar.
Pada saat ini Brigade Alsintan di Kabupaten Tanah Datar memiliki satu unit combine harvester, tiga unit threster dan dua unit cornsheller. Jumlah ini masih sangat kurang. Namun, dinas pertanian berupaya mengoptimalkan pemanfaatannya.
Penyuluh Pertanian Rumsyah menyebut, combine harvester adalah alat panen padi yang dapat memotong tanaman yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan di lapangan.
Dengan alat ini, ulas Rumsyah, waktu pemanenan lebih singkat dibandingkan menggunakan tenaga manusia (manual). Serta, tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang banyak seperti pada pemanenan tradsional. Namun dibutuhkan SDM yang terlatih untuk mengoperasikan alat ini.
“Panen seluas 10 hektare dengan variatas IR 42 dan Kuriak Saruaso. Rata-rata hasil produksi pada kelompok tani sebesar 6,72 ton per hektar Gabah Kering Panen (GKP),” katanya.
Ketua Kelompok Tani Saiyo Subronto mengucapkan terima kasih kepada Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar yang telah menfasilitasi penggunaan mesin combine harvester pada panen kali ini.
“Kami merasa sangat terbantu dengan penerapan mekanisasi pertanian ini, karena dapat menghemat upah tenaga panen yang dikeluarkan dan waktu yang dibutuhkan juga tidak terlalu lama,” ujarnya. (*/SS)