Langgam.id - Sebagian masyarakat di Sumatra Barat (Sumbar) mengenal Lompong Sagu sebagai penganan masa kecil yang membangkitkan kenangan. Saking terkenalnya, makanan ini sampai menjadi lirik di lagu yang populer di tahun 70an yang pernah dibawakan penyanyi Elly Kasim.
Dulu makanan khas Minang ini sangat mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional bahkan ada yang menjajakan dari rumah ke rumah. Namun, sekarang Lompong Sagu mulai jarang ditemukan keberadaannya, hal ini disebabkan karena adanya pergeseran tradisi dan gaya hidup yang ada dalam masyarakat.
Kue berwarna kecoklatan ini sekilas mirip kue khas betawi ketimus, namun aroma kue ini terasa lebih menggoda ketika baru saja melalui proses pemanggangan. Paduan rasa manis dan sedikit gurih dengan tekstur yang kenyal menjadikan kue ini terasa begitu nikmat saat lidah kita merasakannya.
Baca juga: Kacimuih, Jajanan Manis yang Pamornya Mulai Terkikis
Hari-hari biasa, memang jarang kita temui orang yang berjualan lompong sagu. Namun saat Ramadan, makanan ini kerap muncul di sejumlah pasar tradisional, termasuk di Kota Padang.
Kue lompong sagu terbuat dari tepung sagu yang dicampur dengan pisang. Kemudian, diaduk bersama santan kelapa dan gula aren. Kemudian, adonan itu dimasukkan ke dalam daun pisang dengan bentuk memanjang sekitar 10 centimeter.
Setelah itu, adonan yang sudah terbungkus daun pisang dipanggang di atas bara seperti halnya membakar ikan. Kue lompong sagu akan mengeluarkan aroma khas ketika sudah mulai matang.
Biasanya, kue ini akan lebih nikmat disantap saat kondisi hangat. Namun, kemanisan dan renyahnya juga tidak akan hilang ketika dinikmati dalam kondisi dingin.
Lompong sagu rata-rata dijual seharga Rp2.000 hingga Rp3.000. Harga yang sebetulnya sangat murah untuk mencicipi rasa yang luar biasa.(*/Ela)