Langgam.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut tingginya angka kematian covid-19 beberapa pekan terakhir akibat keterlambatan pemerintah daerah dalam memperbarui data.
"Tingginya kasus di beberapa pekan sebelumnya membuat daerah belum sempat memasukkan atau memperbarui data ke sistem National All Record (NAR) Kemenkes," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Widyawati dalam keterangan tertulis, Rabu (11/8/2021).
Ia mengatakan, peristiwa kematian pasien covid-19 dalam kurun sepekan hingga sebulan terakhir di daerah kemudian terakumulasi dan dilaporkan kepada Kemenkes.
Akibatnya, Kemenkes akan merilis angka kematian akibat covid-19 yang lebih tinggi dalam tiga pekan terakhir. Seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki angka kematian paing tinggi di tingkat nasional.
Menurutnya, keterlambatan pembaruan data itu bisa terjadi karena keterbatasan tenaga kesehatan (nakes) dalam menginput data saat terjadi lonjakan kasus beberapa pekan lalu.
Baca juga: Pasien Covid-19 Bertambah 630, Meninggal 22 Orang
“Lonjakan anomali angka kematian seperti ini akan tetap kita lihat, setidaknya selama dua pekan ke depan,” ujarnya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Kemenkes Panji Fortuna Hadisoemarto mengatakan, lebih dari 50 ribu kasus aktif saat ini adalah kasus yang sudah lebih dari 21 hari tercatat, namun belum dilakukan pembaruan data.
"Kita saat ini sedang mengonfirmasi status lebih dari 50 ribu kasus aktif. Jadi, beberapa hari ke depan akan ada lonjakan di angka kematian dan kesembuhan yang bersifat anomali dalam pelaporan perkembangan kasus covid-19. Tapi, ini justru akan menjadikan pelaporan kita lebih akurat lagi," kata Panji.