Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Aksi tawuran kian marak terjadi selama Ramadan di Kota Padang.
Langgam.id - Aksi tawuran kian marak terjadi selama Ramadan di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Kelompok mayoritas berisikan anak-anak remaja ini melakukan tawuran pada dinihari hingga sesudah salat subuh.
Beberapa kali aparat kepolisian membubarkan aksi kelompok remaja yang melakukan tawuran tersebut. Bahkan tak sedikit juga telah diamankan. Selain itu, dari penertiban disita sejumlah senjata tajam.
Lalu kenapa aksi tawuran selalu terjadi saat Ramadan?
Sosiolog dari Universitas Negeri Padang (UNP) Erian Joni mengungkapkan, terdapat beberapa faktor terjadi aksi tawuran selama Ramadan. Di antaranya momen waktu luang yang panjang sehingga terbentuknya perkumpulan.
"Selama Ramadan banyak ngumpul-ngumpul menjelang atau sesudah tarawih dan setelah sahur atau salat subuh. Itu memicu anak-anak berkumpul, dan di dalam berkumpul itu mereka per wilayah," kata Erian dihubungi langgam.id, Kamis (7/4/2022).
Erian mengatakan, pemanfaatan waktu luang yang panjang ini membuat kegiatan remaja tidak terkendali. Ketika terjadi perkumpulan, dalam teorinya mudah terjadi pergesekan karena terkonsentrasi suatu isu atau masalah.
"Anak-anak berkumpul, karena tidak ada kegiatan, sehingga berujung pergesekan," ujarnya.
Diakuinya saat ini aksi tawuran terjadi antar wilayah. Aparat kepolisian juga dinilai lemah dalam pengawasan di titik-titik berpotensi aksi tawuran.
"Ketiga, muara dari aksi itu (tawuran) adalah kegiatan bermotor saya lihat. Jadi aktivitas dalam berkendara di jalanan, seperti balap liar, ini menimbulkan pergesekan antar wilayah," jelasnya.
"(Tapi) faktor yang pertama yang sangat besar, pemanfaatan waktu luang yang tidak terkendali. Karena belum dimulai seperti pesantren Ramadan," sambung Erian.
Ia menyebutkan, untuk mengantisipasi aksi tawuran selama Ramadan adalah anak-anak harus diberikan kegiatan yang positif, salah satunya tugas sekolah maupun pesantren Ramadan.
"Ini akan mengurangi anak-anak keluar rumah atau berkumpul. Kemudian, aparat keamanan juga jangan lengah terhadap titik-titik berkumpulnya anak-anak yang berakhir terjadi tawuran. Ini harus dipantau," kata dia.
Peran Orang Tua Sangat Penting
Erian mengatakan, kontrol sosial bagi anak-anak yang paling hebat adalah keluarga. Dalam kondisi seperti, peran orang tua sangat penting untuk fungsi perlindungan dan proteksi.
"Kalau orang tua tidak mengontrol maka kebablasan di luar, sehingga mudah terprovokasi pihak tertentu yang mengatasnamakan solidaritas. Peran orang tua sangat berperan terhadap perlindungan anak," tegasnya.
Menurutnya, anak-anak remaja sangat mudah terprovokasi. Hal ini sebabkan anak-anak tidak memiliki daya seleksi informasi dan sebagiannya.
"Maka timbulah unjuk diri, identitas dan butuh pengakuan," tuturnya.
Erian tak menampik aksi tawuran remaja sangat nekat, karena telah mengunakan senjata tajam. Penyebab ini terjadi juga berbagai faktor, salah satunya kejiwaan.
"Faktor internal karena anak-anak tergolong bermasalah kejiwaan. Nekat, tanpa berpikir, ketidakstabilan emosi. Tapi saya lihat sebenarnya mereka hanya untuk gagah-gagahan, seperti di film," ujar Erian.
Ia menilai remaja tawuran yang mengunakan senjata tajam untuk sebuah pengakuan. Misalnya, dianggap hero di dalam kelompok dan dicap anak pemberani.
"Dia butuh pengakuan di lingkungan sosialnya. Makanya angka kematian dan luka-luka tinggi saat tawuran, karena mereka nekat," katanya.
Erian meminta peran semua pihak dalam mengatasi aksi tawuran ini. Apalagi, biasanya tawuran antar wilayah itu sebuah historis, seperti pernah terjadi pada masa lalu dan akan terjadi lagi kalau belum ada penyelesaian.
Baca juga: Diduga Hendak Tawuran, Belasan Remaja Diamankan Polresta Padang
"Kalau diselesaikan atau dibubarkan polisi, beberapa tahun lagi akan muncul. Apalagi ada korban. Faktor regenerasi, dan provokasi," ujarnya.
—