Langgam.id - Lebaran kian dekat, terhitung dua pekan lagi sejak hari ini, Senin (20/5). Sebelum menggapai pensucian diri pada Idul Fitri, maka semua muslim yang mampu diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah.
Untuk Ramadan 1440 H ini, Kementerian Agama Kabupaten Agam, Sumatra Barat, telah menetapkan besaran konversi zakat fitrah, mulai Rp20 ribu hingga Rp35 ribu per jiwa.
Pedoman besaran adalah harga dan jenis beras, serta kewajiban setiap orang yang mengeluarkan zakat fitrah seberat 2,5 kilogram beras.
Kepala Kantor Kemenag Agam, Edy Oktafiandi menjelaskan, penetapan berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Agam, MUI Agam, KUA se-Agam, penyuluh agama se-Agam, BAZNAS Agam, OPD terkait dan Ormas Islam, dalam agenda konversi zakat fitrah, di aula utama Kantor Bupati Agam, Kamis (16/5) lalu.
Menurutnya, penentuan besaran zakat fitrah tahun ini merujuk kepada harga beras di pasaran dan sesuai dengan data yang dihimpun OPD terkait. Dalam hal ini, ada beberapa jenis beras yang dikonversikan seperti, kuriak kusuik Rp14 ribu per kilogram, jika disetarakan 2,5 kilogram beras harganya jadi Rp35 ribu.
"Sokan, benang pulau dan ir 42 Rp12 ribu per kilogram, jika disetarakan 2,5 kilogram beras, maka hargaya menjadi Rp30 ribu. Benang pulau Rp11 ribu per kilogram, disetarakan 2,5 kilogram beras, harganya menjadi Rp27,5 ribu," jelasnya, sebagaimana dicuplik dari amcnews.co.id, Senin (20/5).
Batang pasaman dan beras dolok kw 1 Rp10 ribu per kilogram, disetarakan 2,5 kilogram beras, harganya jadi Rp25 ribu. Kemudian beras dolok kw 2 Rp8 ribu per kilogram, disetarakan 2,5 kilogram beras, maka harganya jadi Rp20 ribu sebagai harga terendah.
“Meski beberapa jenis beras yang dikonversikan, tapi kita akan berikan panduan kepada masyarakat, bahwa yang akan dizakatkan itu adalah jenis beras yang dimakannya dan disesuaikan dengan harga pasaran,” katanya.
Menurut Edy, harga beras di pasaran bisa saja mengalami perubahan, tapi ini dinilai tidak akan menyusahkan masyarakat, hanya tinggal menyesuaikan harga beras dengan kewajiban zakat yang dikeluarkan.
Edy Oktafiandi juga minta amil dapat bekerja dengan baik, bersungguh-sungguh dan lebih mementingkan kepentingan fakir miskin yang menerima zakat fitrah. Diharapkan pengurus masjid dan mushalla, mengutamakan operasional amil dari masjid.
Pada kesempatan itu, juga dilakukan konversi fidiyah, tapi masih banyak pertimbangan dari peserta rapat dan belum menghasilkan kesepakatan. Biasanya nilai fidiyah masih berbeda, apakah sesuai nilai makan fakir miskin atau nilai makan orang yang berfidiyah.
“Perlu kajian lebih dalam terkait fidiyah ini. Aturan agama sudah jelas, tapi yang perlu kajian adalah mengkonversikannya dalam bentuk nilai uang,” sebutnya.
Pihaknya dengan Pemerintah Kabupaten Agam akan mensosialisasikan penetapan zakat fitrah kepada masyarakat, karena ini ditunggu-tunggu oleh masyarakat bagi yang akan melakukan pembayaran zakat fitrah. Apalagi sudah memasuki pertengahan Ramadan. (Osh)