Langgam.id - Puluhan ton ikan di karamba jaring apung Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar), mati mendadak. Ikan berjenis nila milik nelayan itu, diduga mati karena kekurangan oksigen akibat padatnya keramba ikan di kawasan danau tersebut.
Peristiwa ini telah berlangsung sejak dua pekan belakangan. Data terakahir Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Agam, total ikan yang mati mencapai 79,5 ton.
"Penyebab danau sudah tercemar karena ada limbah rumah tangga, sisa pakan, ampas kotoran ikan itu yang menumpuk di dasar danau. Ditambah angin kencang pengembalian arus membuat ikan mati," ujar Kepala DKP Kabupaten Agam, Ermanto, Minggu (9/2/2020).
Selain itu, kata Ermanto, kebutuhan oksigen bagi ikan-ikan sudah berkurang akibat banyaknya keramba milik nelayan. Pihaknya sudah berupaya menertibkan, namun para nelayan tetap membandel.
"Beberapa ikan yang mati sudah ada yang dikubur. Kalau dibuang ke danau tentu berdampak ke lingkungan jadi tercemar. Bangkai ikan busuk, kedua bangkai ikan juga lama terurai," katanya.
Ia mengungkapkan, matinya ikan di kawasan Danau Maninjau telah berulang terjadi dan terkahir fenomena ini dialami pada tahun 2018. Namun tahun ini untuk wilayah dan jumlah ikan yang mati jauh meningkat.
"Tahun ini terlalu banyak. Nelayan ini kadang satu keramba ikan diisi belasan ribu bibit, padahal ukuran keramba hanya 5x5 meter jadi kekurangan oksigen. Dulu enggak sebanyak itu isi bibitnya, maksimal hanya 3000 bibit," jelasnya.
DKP Kabupaten Agam dan stakeholder terkait sudah berupaya mensosialisasikan serta menertibkan keramba nelayan. Namun para nelayan tetap tak menghiraukan sehingga peristiwa matinya ikan di Danau Maninjau terus berulang.
"Kalau bisa dari provinsi yang turun lagi, karena danau sudah menjadi prioritas provinsi. Kita sudah ada meminta, cuman kami di kabupaten lagi diminta. Padahal sudah ada ADRT danau itu prioritas serta menjadi wewenang provinsi," tuturnya. (Irwanda/ICA)