Langgam.id - Wakil Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Audy Joinaldy juga angkat bicara menyikapi anjloknya harga telur. Dia menilai pemerintah pusat harus turun tangan menyikapi hal ini.
"Sebenarnya ini persoalan supply and demand (penawaran dan permintaan, red). Anjloknya harga telur ini bukan hanya di Sumbar, tapi di seluruh Indonesia," kata Audy, Jumat (22/10/2021).
Menurutnya, untuk mengatasi persoalan ini pemerintah pusat mesti turun tangan. "Salah satunya dengan cara membatasi impor GPS (grand parent stock/induk ayam broiler)," jelas Audy.
Di sisi lain, menurutnya pemerintah juga harus melakukan kampanye masif dan terstruktur meningkatkan konsumsi telur masyarakat.
Dia menilai konsumsi telur masyarakat Indonesia masih sangat rendah, yaitu 120 butir perkapita per tahun.
"Ini juga mesti kita genjot tinggi agar konsumsi juga tinggi," pungkasnya.
Sebelumnya, Bupati Tanah Datar Eka Putra menyampaikan, peternak ayam petelur terancam bangkrut akibat anjloknya harga telur dan mahalnya harga pakan, terutama jagung.
Seluruh pihak terkait diharapkan mencarikan solusi terhadap permasalahan ini.
"Ini masa yang paling berat bagi peternak ayam petelur. Harga pakan mahal, harga jual telur murah. Banyak yang tidak mampu lagi memberi makan ayam dan menutupi biaya operasional. Banyak yang menggadaikan dan menjual aset agar ayam mereka tetap makan," kata Eka Putra.
Eka putra memaparkan, saat ini harga telur ayam anjlok hingga Rp 1.000 per butir, bahkan Rp 990.
Baca juga: Harga Anjlok, Bupati Tanah Datar Ajak Borong Telur Ayam Peternak
"Sementara harga jagung pakan ayam naik hingga Rp 6.000 per kg. Jika tidak ada solusi, dan dibiarkan terus menerus, para peternak ayam petelur bisa gulung tikar ini," kata Eka.
Menurut Eka, untuk membantu peternak ayam petelur ini, Pemkab Tanah Datar sudah mengeluarkan kebijakan untuk melaksanakan program tanam jagung besar-besaran di Kabupaten Tanah Datar.
"Di anggaran perubahan ini kita bantu petani bibit jagung terbaik. Kita targetkan akan menanam jagung seluas 400 hektare," kata Eka Putra.
Diharapkan dengan adanya program di atas, maka peternak di Tanah Datar tidak kesulitan mendapatkan pakan ternak dan harganya juga stabil.
Di sisi lain, terkait harga telur menurut Eka anjlok karena memang permintaan menurun. "Ini dampak pandemi, hukum ekonomi berlaku. Permintaan menurun harga turun," jelasnya.
Kata Eka, sebenarnya Kementerian Perdagangan sudah memiliki program untuk menyikapi hal ini. Yaitu dengan membeli telur para peternak untuk dibagikan kepada para penerima bansos.
"Kami meminta, jika pemerintah pusat ada program ini, tolong beli juga telur dari peternak Tanah Datar," imbuhnya.
"Semoga pandemi segera berlalu. Semoga ekonomi berputar lagi, kafe-kafe buka normal kembali, katering lancar, sehingga kebutuhan telur meningkat, dan harga telur pun bisa terdongkrak," jelas Eka. (Hijrah)