Galanggang Silek Tradisi 2022: Membawa Kembali Silek ke Tengah Gelanggang

Langgam.id - “Seingat saya, sekitar tahun 1980-an, sekurangnya ada 50 sasaran silek tradisi di Payakumbuh ini. Itu baru baru di Payakumbuh, belum kita hitung yang di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten lainnya. Jika dihitung semuanya, mungkin ada ribuan di sasaran silek tradisi di Sumbar,” tutur salah seorang tuo silek dari Payukumbuh Bulkaizer atau yang kerap disapa Ijen.

“Kini jumlahnya menurun jauh,” sambung guru di sasaran (perguruan) silek tradisi Ukhuwah ini saat ditemui di Payakumbuh (4/4/2022) lalu di sela-sela persiapan Musyawarah Tuo Silek dan Festival Galanggang Silek Tradisi.

Ia juga menceritakan banyak hal terkait persoalan dalam dunia silek tradisi di Sumatera Barat umumnya dan Payakumbuh khususnya. Mulai dari kurangnya apresiasi, baik dari pemerintah mau pun masyarakat, sampai fasilitas pengembangan silek tradisi yang minim.

Menurutnya, kondisi silek tradisi hari ini sangat memprihatinkan dibanding masa-masa yang lalu. Nilai-nilai yang diajarkan silek sudah nyaris ditinggalkan, baik nilai-nilai yang mengatur hubungan dengan Tuhan maupun nilai-nilai yang mengatur hubungan manusia dan manusia serta dengan alam itu sendiri.

“Silek sekarang sudah jadi silek prestasi. Maksudnya silek hanya untuk diperlombakan, bukan jadi jalan hidup lagi,” tambah Ijen.

Nawadir, salah seorang tuo silek lainnya dari Payakumbuh juga mengutarakan hal yang kurang lebih sama. Tuo silek dari sasaran Batang Onam Koto nan Ompek ini melihat kendala dalam soal pewarisan pengetahuan mengenai silek tradisi.

Lelaki sepuh yang juga bekerja sebagai petani dan tukang (khusus rumah gadang) di luar aktivitasnya mengajar silek, menenggarai merosotnya silek tradisi karena sukarnya regenarasi.  Jumlah guru terus berkurang. Di saat yang sama, jumlah murid (anak sasian) juga makin berkurang. Terlebih murid yang berpotensi menjadi guru silek tradisi selanjutnya, menurutnya sangat terbatas.

Di sasaran silek yang dikelolanya, ia menyebut harus ‘basilambek’ untuk mengkader murid-muridnya. Ia harus bersabar tidak hanya saat memberikan ajaran-ajaran dasar silek, namun juga pengetahuan soal sejarah dari silek tradisi. Hal ini menurutnya disebabkan karena murid dari generasi saat ini lebih antusias mempelajari silek sebagai ilmu beladiri ketimbang silek sebagai sistem pengetahuan.

Mengangkat Batang Nan Terendam

Berapa persoalan di atas adalah sebagian dari kompleks dan luasnya permasalahan dalam pelestarian dan pengembangan silek tradisi di Sumatera Barat yang bakal dibahas dalam Musyawarah Tuo Silek di Payakumbuh 4-7 Juni Mendatang.

Tidak hanya sampai pada upaya duduk bersama antara praktisi (tuo silek) dan insitusi pemerintah yang terkait dengan persoalan seni-budaya, gelanggang untuk menyebarkan pengetahuan mengenai silek tradisi sendiri juga sudah disiapkan. Pada 11-13 Juni mendatang, akan dilangsungkan Galanggang Silek Tradisi di Agam Jua Caffe, Payakumbuh.

Menurut kurator Galanggang Silek Tradisi, Zuari Abdullah, iven tersebut memang dirancang untuk mempromosikan pengetahuan mengenai silek tradisi. Menurutnya, iven ini bukan sekedar menampilkan silek tidak sebagai seromoni semata. Lebih jauh, Galanggang Silek Tradisi ini bakal menghadirkan silek tradisi secara lebih utuh.

“Jika festival-festival silek umumnya hanya menampilkan silek sebagai seni beladiri, dalam Galanggang Silek Tradisi kita mencoba menyuguhkan silek tradisi lebih menyeluruh,” terangnya.

“Tidak hanya gerak langkah saja yang akan ditampilkan, namun ragam gerak langkah dari berbagai sasaran yang ikut berpartisipasi. Setiap sasaran dengan aliran sileknya masing-masing, berkesempatan mengenalkan alirannya masing-masing, serta berbagai permainan yang lahir di tiap-tiap sasaran itu,” tambah Zuari.

Beberapa sasaran silek tradisi dari berbagai wilayah di Sumatera Barat bakal berpatisipasi dalam Galanggang Silek Tradisi. Sebut saja perguruan Karang Indah dari Padang Pariaman, Harimau Sakato dari Aie Dingin, Sinar Tampalo dari Sijunjuang, dan lainnya.

Selain itu akan hadir pula grup-grup kesenian yang akan menampilkan beragam permainan dan tarian yang diolah dari silek tradisi. Ada grup yang bakal memainkan Silek Podang dan Tari Piriang, Silek dan Main Api, Tari Lampu Togok, permainan Kurambiek Asik Lukah, dan seterusnya.

Menurut Zuari, festival dalam format seperti ini sangat penting untuk lebih mengenalkan betapa kayanya silek tradisi Minangkabau pada masyarakat luas, terutama generasi muda. Ia berharap dengan iven ini masyarakat terinspirasi agar kembali ke budayanya sendiri, budaya yang sifatnya tidak seremonial namun yang punya prinsip dan kepribadian.

Pentinganya Kolaborasi

Penyelenggaraan dua iven tersebut, yaitu Musyawarah Tuo Silek dan Galanggang Silek Tradisi, tidak terlepas dari upaya Ketua DRPD Sumbar, Supardi. Ia memilih mengalokasikan dana aspirasinya lewat UPDT Taman Budaya Sumatera Barat untuk menfasilitasi dua iven tersebut.

Supardi sendiri dalam banyak kesempatan menekankan pentingnya penguatan nilai-nilai positif yang terkandung dalam karifan lokal, salah satunya silek tradisi.

Ia melihat silek merupakan kearifan lokal yang tak ternilai harganya. Menurutnya silek merupakan kunci memasuki ilmu pengetahuan, tak sebatas perbincangan gerak semata. Iven-iven yang dirancang ini diharapkanya dapat menggali lebih dalam dan jauh nilai-nilai silek tradisi dan sekaligus menjadi ajang mempromosikan pengetahuan mengenai silek tradisi.

“Kolaborasi antara praktisi dan legistatif serta eksekutif seperti ini memang sangat diperlukan untuk mengangkat kembali silek tradisi,” tutur Zuari Abullah. “Kedepannya kita perlu menjalin kolaborasi lebih luas dengan peneliti dan akademisi,” tambahnya.

--

Dapatkan update berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini dari Langgam.id. Mari bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update, caranya klik https://t.me/langgamid, kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

 

Baca Juga

Bupati Tanah Datar, Eka Putra membuka event Sumarak Labuah Babudayo yang digelar di Nagari Labuah, Kecamatan Lima Kaum, Jumat (12/4/2024).
Sumarak Labuah Babudayo Jadi Pembuka Progul Satu Nagari Satu Event Tanah Datar 2024
Festival Gamad, Hidayat: Untuk Aktivasi Warisan Budaya Takbenda
Festival Gamad, Hidayat: Untuk Aktivasi Warisan Budaya Takbenda
Kesenian tradisional Situpai Janjang dari Kabupaten Agam, Sumatra Barat, memperoleh sertifikat Warisan Budaya Tak Benda
Kesenian Situpai Janjang dari Agam Raih Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda 2023
Rangkaian Atraksi Budaya Festival Pusako Beri Pesan Kelestarian
Rangkaian Atraksi Budaya Festival Pusako Beri Pesan Kelestarian
Festival Silek Tuo Pusako Lamo: 40 Perguruan Silek Tampil Adu Ketangkasan
Festival Silek Tuo Pusako Lamo: 40 Perguruan Silek Tampil Adu Ketangkasan
Tim Ahli Cagar Budaya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan kesenian Situpai Janjang
Kesenian Situpai Janjang dari Agam Masuk Daftar Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2023