Menurut Agusli Taher, tempo dulu ada keuntungan kondisional yang menguntungkan orkes Gumarang ketika hadir dalam blantika musik nasional pada tahun 1956.
Cerita itu, menurutnya, bermula dari lagu-lagu orkes Gumarang yang dirilis dalam bentuk piringan hitam. Pada era pertamanya, kata Agus, piringan hitam hanyae memuat 2 lagu. Sisi yang satu 1 lagu, sisi yang satu lagi juga satu lagu. Karena jumlah lagu dalam piringan hitam hanya 2 buah, maka disebut sebagai single "Piringan Hitam".
Jenis perekaman era awal musik ini, katanya, hanya diproduksi oleh perusahaam rekaman Lokananta, sebuah BUMN. "Lokananta hanya memproduksi single Gumarang itu untuk RRI di seluru Indonesia, atau single lagu Gumarang itu tidak diperjualbelikan di masyarakat. Rentang waktu antara diproduksinya single kesatu dan kedua, biasanya sekitar 3-4 bulan," ujarnya.
Dengan demikian, dalam waktu 3-4 bulan tersebut masyarakat Minang dan etnis Indonesia lainnya, termasuk di negara tetangga hanya mendengar 2 lagu Gumarang tersebut dari RRI Nasional. Masyarakat tak akan pernah mendengar lagu rekaman Minang yang lain.
"Bayangkan dalam waktu 3-4 bulan tersebut kuping pendengar lebih banyak dijejali oleh 2 lagu Gumarang. Sudah dapat dipastikan lagu-lagu tersebut begitu lengket di hati masyarakat lintas etnis, apalagi masyarakat Minang," tulis Agus.
Keuntungan kondisional yang singgah pada orkes Gumarang ini, juga dinikmati oleh Kumbang Cari, dan Taruna Ria, karena masih berada dalam era piringan hitam.
Hal ini kemudian kembali maju sesuai perkembangan jaman. Di pertengahan tahun 1960-an kata Agus, lagu-lagu rekaman sudah mulai dipasarkan dalam bentuk Long Play, yang memuat 4-6 lagu, akan tetapi tetap dalam media piringan hitam, dan media dengar masyarakat tetap RRI.
“Masyarakat baru bebas memilih lagu-lagu sesuai selera etnisnya, serta sesuai selera musik individual, sejak diperkenalkannya media kaset sebagai media musik yang bisa dipasarkan secara massal,” ungkapnya. Era media kaset yang dimulai di awal tahun 1970-an memicu menjamurnya industri rekaman, sehingga jumlah lagu yang beredar makin banyak. (Dharma Harisa/SS)