Cerita Kebangkitan Musik Modern Minang Era 1954-1974

Cerita Kebangkitan Musik Modern Minang Era 1954-1974

Orkes Gumarang saat tampil tahun 1950-an. (Foto: Dok. dinaskebudayaan.jakarta.go.id)

Hal inilah yang akan memberi lebih terhadap kekuatan musik modern Minang modern yang akan mendobrak sekat perbedaan dalam pelbagai jenis musik minang tradisi. Hingga orang Minang bisa punya rasa universal terhadap musik. Sebagai irama yang akan menyatukan antara darek jo pasisia. Antara ranah jo rantau. Awal kebangkitan musik Minang modern.

Periode 1954 -1974

Dalam bukunya "Perjalanan Panjang Musik Minang Modern", Agusli Taher mengisahkan periode awal perjalanan musik minang modern, mulai dari terbentuknya orkes Gumarang, hingga industri rekaman pertama hadir di negeri Minangkabau.

Semua itu bermula di penghujung tahun 1953, kala beberapa putra Minang berkumpul di rumah Yus Bahri, di Jl. Jambu Menteng, Jakarta. Mereka adalah Alidir, Anwar Hanif, Dhira Suhud, Joeswar Khairudin, Taufik, Syaiful Nawas, dan mantan Kapolri Awaludin Djamin, putra Palinggam. Mereka bersepakat mendirikan grup musik, yang akhirnya mereka namakan orkes Gumarang.
Ketika itu Anwar Hanif didaulat menjadi pemimpin. Akan tetapi hanya 9 bulan. Kemudian Alidir menggantikan Anwar. Alidir memimpin Gumarang lebih singkat lagi. Posisi boss Gumarang pun berpindah tangan ke Asbon Madjid pada bulan Mei 1955.

Di tangan Asbon Madjid inilah kata Agus, orkes Gumarang berobah total, yakni mempertegas Latin beat dalam kemasan musik Gumarang. Kiprah Gumarang pun makin bagus ketika Yanuar Arifin, seorang pianis yang memiliki sentuhan Latin bergabung. Masuknya Hasmanan, Nurseha, dan Anas Yusuf sebagai penyanyi makin memperkokoh posisi orkes Gumarang.

Pria kelahiran Seberang Palinggam Padang itu menyebutkan, daya pukau Gumarang makin tajam ketika Nurseha merilis album Ayam Den Lapeh pada tahun 1957.

Dalam periode ini, menurutnya, orkes Gumarang memperkenalkan pola duo dan trio atau koor kepada orang Minang, bahkan masyarakat Indonesia.

"Warna musik orkes Gumarang ini nyatanya diterima oleh masyarakat Indonesia dan serumpun Melayu, bahkan mempengaruhi dan menginspirasi beberapa grup musik di tanah air," ujarnya.

Band Arulan, kelompok musisi Palembang, termasuk yang berguru tak langsung kepada orkes Gumarang ini. Inilah yang jadi sebab, mengapa orkes Gumarang perlu dicatat dengan tinta emas dalam perjalanan musik Minang modern. Gebrakan Asbon dan Gumarang telah menumbuhkan kebanggaan serumpun Minang. Berikut dengan karya-karyanya, Lagu Ayam Den Lapeh, Laruik Sanjo dan Sayang Tak Sudah mampu membuat kita makin bertali rasa.

Di rantau orang bilang: "lagu Laruik Sanjo itu lagu Minang." Kita tidak lagi mempersoalkan apakah musisinya orang Pesisir, orang Pariaman, atau orang Darek. Seni, memang luar biasa hebatnya mempertautkan hati. Asbon Madjid, Nurseha, Anas Yusuf, dan Yuni Amir merupakan wakil utama dari era ini.

Halaman:

Baca Juga

Seabad Kisah Gamad, Awal Perjalanan Panjang Musik Modern Minang
Seabad Kisah Gamad, Awal Perjalanan Panjang Musik Modern Minang
Kala Musik Minang Memikat Warganet Indonesia
Kala Musik Minang Memikat Warganet Indonesia
Legenda Pencipta Lagu Minang "Hujan", Syahrul Tarun Yusuf Berpulang
Legenda Pencipta Lagu Minang "Hujan", Syahrul Tarun Yusuf Berpulang
Lebaran di Tengah Pandemi
4 Lagu Minang Bertema Lebaran di Tengah Pandemi Corona
Kesenian Adat Minangkabau di Ambang Kepunahan
Kesenian Adat Minangkabau di Ambang Kepunahan
Asbon Madjid dan Orkes Gumarang, Pembuka Pintu Indonesia untuk Musik Minang
Asbon Madjid dan Orkes Gumarang, Pembuka Pintu Indonesia untuk Musik Minang