Cerita Iria Munengsih, Sang Pawang Hujan di Balik Iven Besar di Sumbar

Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Di Kota Padang, Sumbar, juga terdapat pawang hujan ternama, dia bernama Iria Munengsih.

Iria Munengsih. [foto: Ist]

Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Di Kota Padang, Sumbar, juga terdapat pawang hujan ternama, dia bernama Iria Munengsih.

Langgam.id - Sosok pawang hujan menjadi sorotan dunia di saat pergelaran MotoGP berlangsung di Sirkuit Mandalika diguyur hujan deras. Salah satu tim pawang hujan yang beraksi di tengah sirkuit adalah Rara Istiani Wulandari.

Aksi Rara agar hujan tidak turun jelang balapan dimulai menarik perhatian dunia. Bahkan media asing hingga akun resmi MotoGP memujinya.

Namun jangan salah, selain Rara, di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) juga terdapat pawang hujan ternama, dia bernama Iria Munengsih.

Jasa perempuan 46 tahun ini dalam hal memindahkan hujan cukup sering digunakan dalam iven besar di Sumbar.

Sebut saja seperti Tour de Singkarak, Millenial Road Safety Riding yang diadakan Polda Sumbar hingga konser band ibukota Jakarta di Padang. Termasuk, kegiatan pemerintahan dalam hal peresmian sesuatu dan lainnya.

Kak Esi, begitu sapaan akrabnya, juga acap kali bekerja sebagai pawang hujan dalam kegiatan masyarakat, misalnya pesta pernikahan atau baralek.

Hampir setiap minggu, ia selalu mendapat tawaran dari penyelenggaraan hajatan agar hujan tak turun di lokasi pesta.

Tak hanya di kampung sendiri, Kak Esi juga pernah mendapat tawaran menjadi pawang hujan di Jerman dan Belanda. Melalui jaringannya, jasanya pun digunakan di saat kegiatan pesta di negara orang.

"Teman di Jakarta minta tolong ketika itu untuk jadi pawang hujan di Jerman dan Belanda. Saya bekerja dari sini (Padang), tidak perlu ke sana, jarak jauh saja bisa. Alhamdulillah berhasil semuanya," kata Kak Esi kepada langgam.id, Senin (21/3/2022).

Kak Esi mengungkapkan, tidak semua orang bisa menjadi pawang hujan. Kelebihan di dirinya saat ini merupakan pemberian Allah SWT, dulunya juga dimiliki oleh neneknya.

Ibu lima orang anak ini mengakui, dirinya telah menyadari memiliki kelebihan dari orang lain sejak kelas 6 sekolah dasar. Di saat itu juga, jasanya sudah mulai digunakan apabila neneknya berhalangan.

"Jadi ini sudah keturunan dari nenek," ujar warga Jalan Situjuh 1 Nomor 9, Kelurahan Jati Baru, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang tersebut.

Bagi Kak Esi, seorang pawang sejatinya bukan menghilangkan hujan. Tapi, persepsi inilah yang berkembang di tengah masyarakat. Padahal, pawang hujan hanya bekerja untuk memindahkan awan hitam.

Memindahkan awan, kata dia, juga harus paham kondisi dan perhitungan arah angin. Angin menjadi kunci utama kemana awan hitam akan dipindahkan sehingga hujan tidak terjadi di lokasi yang telah dipilih.

"Misalkan cuaca gelap seluruh wilayah Sumbar, lalu (hujan) diturunkan sebentar. Kemudian saya akan mencari ruang yang sedikit renggang dari keseluruhan awan hitam itu. Jadi diarahkan ke sana (hujannya)," jelasnya.

"Jadi bukan menghilangkan, tapi mengarahkan. Orang selama ini salah persepsi yang mengatakan pawang hujan menghilangkan hujan, sebenarnya tidak. Tapi mengarahkan kemana bisanya. Begitu prinsip pawang hujan," sambungnya.

Dalam bekerja sebagai pawang hujan, Kak Esi menyebutkan, dirinya juga membacakan ayat suci Alquran. Menghilangkan hujan hanya kehendak Allah SWT, dirinya hanya mampu memindahkan awan hitam ke lokasi lain.

Untuk alat mediasi, saat bekerja Kak Esi hanya butuh rokok. Fungsinya, rokok membuatnya lebih konsentrasi dalam bekerja. Apalagi di saat kondisi cuaca yang ekstrem di lokasi iven.

Selain rokok, Kak Esi mengakui, ia juga menggunakan benda yang sama dengan pawang hujan MotoGP. Hanya saja, benda yang biasa disebutnya hantaran itu tidak dibawa ke lokasi, tetapi digunakan di dalam ruangan.

Seorang pawang hujan, lanjutnya, juga tidak harus berada di lokasi. Si pawang berada di lokasi apabila cuaca betul-betul ekstrem dan kondisi kegiatan iven di kelilingi perbukitan.

"Tidak perlu sebenarnya pawang di lokasi, dari jauh bisa. Tapi dilihat juga tingkat kesulitan kerja kita. Kalau misalnya daerah pegunungan, harus standby di tempat. Selain itu pegunungan, tidak perlu di tempat. Jadi kita tetap membaca kondisi di dalam ini semuanya," tuturnya.

"Saya biasanya paling lama minta waktu satu jam, setelah satu jam turun hujan baru bisa diarahkan kemana awan hitam. Kalau sudah ada yang turun hujan, jadi ada ruang baru bisa kita pindahkan. Tetap menghilangkan hujan tidak bisa, itu kuasa Allah SWT, tapi memindahkan," tambahnya.

Tak Bisa Banyak Pawang

Dalam kegiatan iven sejatinya hanya dibutuhkan satu hingga dua pawang hujan. Kak Esi mengungkapkan, jika terlalu banyak pawang makan akan saling mengandalkan ego masing-masing.

Hal ini bisa membuat perpindahan awan hitam beradu. Di saat inilah terjadi kilatan akibat benturan awan dari sisi berlawanan.

Kak Esi menyebutkan, kilatan yang sempat terjadi di perhelatan MotoGP di Mandalika, itu terjadi akibat pawang hujan salah arah angin.

"Jadi proses MotoGP kemarin, dia (sang pawang) melihat arah angin. Kenapa terjadi kilatan besar yang terekam kamera, karena bertemu awan hitam negatif-positif karena ada salah mengarahkan. Makanya kelihatan kilatan," sebutnya.

"Jadi kalau dapat dalam satu lapangan hanya ada dua pawang. Satu mengarahkan (awan), dan satu lagi memprogramkan, jadi kerja sama. Ini dalam iven besar," sambung Kak Esi.

Ia mengatakan profesi ini sebenarnya bukanlah disebut pawang hujan, namun lebih tepatnya pengendali angin. Namun kata pawang hujan telah kental hingga melekat di tengah masyarakat.

Padahal, kata dia, seorang pawang tak hanya bisa membuat di lokasi tertentu tidak terjadi hujan. Namun sebaliknya, sang pawang juga bisa menurunkan hujan di lokasi tertentu, biasa permintaan ini terjadi ketika masa panen petani.

Kak Esi juga mampu mengendalikan agar tidak terjadi hujan di lokasi tertentu dalam durasi lama hingga satu bulan 15 hari. Jasanya ini biasa digunakan saat proyek pengecoran.

Ia menyebutkan, terdapat satu proyek pengecoran di suatu daerah di Sumbar yang diminta agar tidak terjadi hujan. Sehingga, proyek tersebut selesai sesuai waktu ditentukan.

"Proyek pengecoran itu selama sebulan tidak boleh hujan. Saya kondisikan. Hanya di lokasi pengecoran itu tidak terjadi hujan. Jadi misalnya, kegiatan proyek di daerah Lubuk Minturun, di daerah itu saja tidak hujan," kata dia.

Tarif Tidak Dipatok

Puluhan tahun menjadi seorang pawang hujan, Kak Esi mengungkapkan, dirinya tidak mematok tarif tertentu, kecuali kegiatan pemerintahan yang memiliki anggaran.

Bahkan sekelas pesta pernikahan ucapan terima kasih atau hanya sekadar dikasih sambal oleh yang menggelar hajatan pun diterimanya.

Kak Esi menyebutkan, dirinya sebagai pawang hujan hanya pekerjaan sampingan. Sehari-hari, ia memiliki warung kopi di kawasan GOR H Agus Salim Padang.

Bahkan apabila mendapat tawaran untuk menjadi pawang hujan, uang tersebut juga tidak dinikmatinya sendiri. Kak Esi cukup dermawan, ia membagikan kepada yang membutuhkan 60 persen dari pendapatannya sebagai pawang hujan.

"Dalam sebulan itu, kalau untuk pesta pernikahan hampir setiap minggu ada tawaran. Pendapatan pembayaran tidak seluruh untuk saya, hanya 30 persen untuk saya, 60 persen saya kasih kepada yang membutuhkan," ujarnya.

Dalam bekerja, Kak Esi tidak berpenampilan nyentrik. Ia lebih memilih berpakaian biasa dan menghilangkan stigma buruk terhadap sosok pawang hujan yang identik dengan kemenyan dan hak mistik lainnya.

Baca juga: Tiket MotoGP Mandalika Lombok Mulai Dijual

Ia juga menolak untuk bergabung dalam Persatuan Pawang Hujan Indonesia. Dirinya sempat ditawari dahulunya, namun ditolak karena ingin bekerja sendiri.

"Saya tidak mau. Nanti apabila bersama-sama timbul ego masing-masing," ujar Kak Esi.

Dapatkan update berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini dari Langgam.id. Mari bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update, caranya klik https://t.me/langgamid, kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

Semen Padang FC akan menghadapi PSPS Riau di laga kedua Liga 2 2022/2023 pada Senin. Laga tandang perdana Semen Padang FC pada musim
Manajemen Semen Padang FC Kantongi 3 Calon Pelatih, Ada dari Sumbar
Mayoritas penduduk Sumatra Barat (Sumbar) adalah beragama Islam. Oleh karena itu, hampir di semua kabupaten/kota di Sumbar ditemukan banyak
Berikut 10 Kabupaten/Kota dengan Jumlah Masjid Terbanyak di Sumbar
Raih Cumlaude, Bupati Dharmasraya Resmi Menyandang Gelar Magister Administrasi Publik dari Unand
Raih Cumlaude, Bupati Dharmasraya Resmi Menyandang Gelar Magister Administrasi Publik dari Unand
Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Harga cabai di Pasar Raya Padang mengalami kenaikan jelang Ramadan. 
Siapkan Kebijakan Strategis, Gubernur Yakin Harga Pangan Sumbar Terkendali Saat Ramadan
Nasdem
DPR RI Dapil Sumbar I: Sengit Perebutan Kursi Kedua Nasdem
Survei SBLF: Nofi Candra Berpeluang Besar Melenggang ke DPR RI di Pemilu 2024
Survei SBLF: Nofi Candra Berpeluang Besar Melenggang ke DPR RI di Pemilu 2024