Langgam.id - Syaiful Bahri dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Dinas Pertanian Kota Padang. Pencopotan dilakukan di tengah kemelut kisruh batalnya Kota Padang sebagai tuan rumah Pekan Nasional (Penas) Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke-16 yang akan digelar 20 hingga 25 Juni 2020 mendatang.
Mahyeldi Ansharullah kemudian menunjuk Syahrial Kamat sebagai kepala dinas pertanian Kota Padang yang baru. Upacara pelantikan dipimpin langsung Wali Kota Padang Mahyeldi di Balai Kota Padang, Selasa (10/12/2019).
Usai dicopot, Syaiful langsung blak-blakan. Ia juga membenarkan dirinya tak hadir dalam pelantikan. Berikut wawancara langgam.id dengan Syaiful, Selasa (10/12019).
Enggak Kepala Dinas lagi ya, Pak?
Iya, enggak. Saya pindah tugas terhitung hari ini.
Terus, jabatan sekarang?
Belum jelas lagi, yang jelas staf aja sekarang.
Kabarnya enggak hadir pelantikan, alasannya?
Tidak dapat undangan. Makanya tidak hadir.
Tapi sebelumnya pengumuman pemindahan tahu?
Saya tidak menerima surat. Cuma dapat kabar dari teman ada orang dilantik untuk menggantikan saya, itu saja. Dapat kabar tadi pagi.
Biar sajalah, saya orangnya Lillahi ta'ala, (apabila) ini terbaik untuk Padang, saya kerjakan. Insya Allah saya dulu juga pernah jadi kepala dinas dan staf biasa. Sebab ada hal-hal prinsip yang tidak bisa saya terima. Sekarang saya disalahkan, saya terima kok, yang penting Padang maju. Terbaik untuk Padang dan Sumbar.
Sudah berapa lama kepala dinas?
Sudah kurang lebih 2,5 tahun.
Berarti berperan aktif terkait perjuangan Penas Tani?
Iya. Sejak agenda kegiatan rapat di Aceh tahun 2017. Saya mengiring dari awal.
Apa saja yang telah dilakukan dalam persiapan Penas Tani?
Banyak, untuk mengambil dari Aceh saya lobi, lobi voters yang pemilik suara. Mulai dari wali kota, gubernur kepala dinas provinsi, KTNA provinsi. Bersama kami, itu yang hadir se-Indonesia.
Ikut expo panitia hingga Sumbar ditunjuk tuan rumah kemudian gubernur menunjuk Padang menjadi tuan rumah. Awal-awal menentukan lokasi, ada beberapa titik lokasi. Ada pilihan tiga tempat waktu itu, di antaranya Batu Busuak, kawasan Tabing hingga di Balai Kota Aia Pacah.
Rapat di rumah Pak Wali Kota diundang seluruh kepala dinas provinsi. Makanya diputuskan di kawasan Balaikota, Aia Pacah. Putusan secara bersama, bukan sendiri di mana tempatnya.
Kemudian diuji kembali, dipanggil gubernur. Apakah betul di sana lokasinya? Karena di lokasi rawan banjir tapi dijelaskan bahwa Bulan Juli tidak akan masalah karena ada drainase lurus makanya diputuskan di kawasan Aia Pacah. Apalagi di sana daerah pertanian di Padang.
Kemudian mulai rapat-rapat. Ada di lokasi cek plan dari 1 sampai 15, ini untuk pembukaan, ini penutupan, dan ini untuk tanaman buah dan lainnya. Kami rapat secara maraton.
Sampai sekarang, saya tidak tahu ini tiba-tiba (tuan rumah) dibatalkan dan saya dipindahkan. Saya tidak mengerti, dalam waktu cepat. Makanya saya enggak komentar lagi karena di luar kuasa saya.
Ada pesan untuk kepala dinas baru?
Pesan yang baik dilanjutkan, yang buruk tinggalkan, itu saja. Saya rasa bisa teman-teman apalagi di dinas pertanian orang-orangnya hebat-hebat. Banyak kok pekerjaan baik yang bisa dikerjakan. (Irwanda/RC)
