Berawal dari Hobi Koleksi Barang Bersejarah, Pemuda Ini Dirikan Museum Perang Sintuk

museum perang sintuk

Museum Perang Sintuk (instagram @museumperangsintuak)

Langgam.id - Berawal dari kegemaran mengoleksi barang-barang bersejarah yang dimulai pada tahun 1995, Rio Tampati Putra untuk mendirikan Museum Perang Sintuk.

Saat itu, Rio ingat koleksi pertamanya adalah peluru bertulisan 9 milimeter yang digunakan oleh nenek moyang pada saat berperang di Palembayaan.

Ketika sedang merantau ia juga bertemu dengan pedagang yang menjual uang Belanda, logam perak dan uang logam Inggris sehingga semakin menguatkan tekadnya utuk mendirikan museum ini pada tahun 2018.

“Kesukaan saya mengumpulkan terhadap peninggalan sejarah mendorong keingian untuk mendirikan museum ini," ujar Rio dikutip dari situs resmi Padang Pariaman.

Ia menceritakan, untung mengisi museum ia mulai membeli 3 etalase dan diisi dengan barang peninggalan sejarah tersebut. Kemudian berlanjut dengan mengumpulkan barang-barang dari rumah ke rumah yang mempunyai barang-barang antik hingga ke daerah kaki gunung singgalang.

Dinamakan Museum Perang Sintuk karena ini merupakan markas tempat peperangan yang terjadi di Toboh Baru dan Tapakis.

Baca juga: Bupati Padang Pariaman Minta Perbaikan Jalan Lingkar Duku-Sicincin Dikebut

museum perang sintuk

Salah satu koleksi museum (instagram @museumperangsintuak)

“Motivasi untuk mendirikan museum ini yakninya untuk pelajaran bagi generasi muda bahwasanya perjuangan nenek moyang untuk merdeka merupakan perjuangn yang besar dan mengorbankan harta nyawa jugs waktu sehingga para generasi muda dapat mengingat kembali perjuangan para nenek moyang melawan belanda dan nama-nama pusaka sejarah yang ditinggalkan," tuturnya.

Saat ini museum yang beralamat di Jalan Simpang Tigo, Nagari Sintuk Pakandangan telah didaftarkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Padang Pariaman.

Adapun yang menjadi koleksi di Museum Perang Sintuk yakni senjata Minangkabau seperti tombak, panah beracun, trisula, kerambik. Serta benda sejarah lain seperti teko, cerek abad ke-19, lampu padati, kotak penyimpanan sungai pua dari bahan kuningan, ukiran Minang, selapah runci, buku sejarah dan beberapa peninggalan sejarah lainnya.

Rio dan kawan berharap agar Museum Perang Sintuk ini terus dilestarikan.Serta pemerintah daerah dapat mendukung beberapa fasilitas museum seperti renovasi bangunan, etalase, dan lain sebagainya.

"Sesuai visi kita, salah satunya untuk merawat dan mengamankan benda-benda sejarah di Sintuk Toboh Gadang," kata Rio.(*/Ela)

Baca Juga

Warga Padang Pariaman Antusias Sambut Program Makan Bergizi Gratis
Warga Padang Pariaman Antusias Sambut Program Makan Bergizi Gratis
Keluarga Septia Adinda (25), korban dugaan pembunuhan dan mutilasi di Kabupaten Padang Pariaman, tidak terima pengakuan terduga pelaku,
Keluarga Korban Mutilasi Bantah Pengakuan Terduga Pelaku Soal Adanya Utang
Potongan tubuh berupa paha diduga milik Septia Adinda (25) ditemukan di aliran sungai Batang Anai, tepatnya di Korong Duku, Nagari Kasang,
Potongan Paha Diduga Milik Korban Mutilasi di Padang Pariaman Ditemukan
Suasana duka menyelimuti rumah Siska Oktavia Rusdi (23) di Korong Kampung Apar, Kenagarian Sungai Buluh Utara, Kecamatan Batang Anai,
Ibu dari Korban Perempuan yang Dibunuh Terduga Pelaku Mutilasi di Sumbar Meninggal
Polisi membeberkan motif kasus pembunuhan dan mutilasi perempuan bernama Septia Adinda (25 tahun) ternyata dipicu persoalan utang-piutang.
Motif Perempuan di Sumbar Dimutilasi Dipicu Utang-piutang, Jasad Dipotong 10 Bagian
Polisi melakukan pengembangan kasus pembunuhan dan mutilasi jasad Septia Adinda (25), potongan mayatnya ditemukan di Padang Pariaman
Polisi Bongkar Sumur Tempat 2 Korban Lain yang Dibunuh Terduga Pelaku Mutilasi di Sumbar