Belajar dari Jepang, Korea, dan China, Indonesia Harus Investasi di Pendidikan Jika Ingin Maju

Belajar dari Jepang, Korea, dan China, Indonesia Harus Investasi di Pendidikan Jika Ingin Maju

Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenristek Dikti) Nizam. (foto: Rahmadi/langgam.id)

Langgam.id - Masyarakat Indonesia harus memiliki kesadaran tentang pentingnya berinvestasi pada dunia pendidikan. Pendidikan berkualitas menghasilkan sumber daya manusia (SDM)  berkualitas dan berperan untuk kemajuan negara.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi (Kemenristek Dikti) Nizam lewat zoom meeting dalam program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch angkatan ke-2, Jumat (25/6/2021).

Dalam kegiatan yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation itu, dirinya menjelaskan bahwa pendidikan sangat penting terutama pendidikan tinggi agar dapat melahirkan generasi berkualitas dan berbudi pekerti luhur dan berbasis penguasaan iptek.

"Kita belajar dari negara Jepang, pada tahun 70-an, perekonomian mereka berada di peringkat dua di bawah Amerika, padahal mereka kalah perang sebelumnya," ujarnya.

Menurutnya, saat itu Jepang memiliki sangat banyak penduduk usia produktif. Namun terus menurun karena penduduknya menua, banyak yang lambat menikah, dan tidak mau punya anak.

Kemudian pada tahun 90-an, datang lagi Korea Selatan. Mereka bangkit usai sekitar 40 tahun berperang. Mereka mulai bangkit dengan memanfaatkan bonus demografi yang mereka dapatkan.

"Korea Selatan bangkit dimulai dari teman-teman medianya, mereka membrainwashing pikiran masyarakatnya tentang pentingnya investasi di SDM dan pendidikan," katanya.

Saat itu terangnya, ramai-ramai keluarga di Korea Selatan mau membiayai anak-anaknya untuk pendidikan. Makanya dapat dilihat banyak anak-anak Korea yang stres karena terus ditekan untuk belajar.

Bahkan sekitar sepertiga penghasilan orang tua di Korea Selatan diberikan untuk pendidikan anaknya. Hal itu membuahkan hasil dan terbukti Korea Selatan menjadi ekonomi yang besar sekarang.

"Makanya kita lihat anak-anak Korea stres karena ditekan terus dalam pendidikan, banyak kerja keras. Kita bisa melihat kerjanya luar biasa," ujarnya.

Terakhir ungkapnya, negara China yang mulai investasi besar-besaran di bidang pendidikan sekitar tahun 90-an. Mereka mendatangkan banyak tenaga pengajar dari Amerika untuk mengajar anak-anak muda di China di perguruan tinggi.

"Kita lihat China menyusul pada tahun dua ribuan, bahkan sekarang ekonomi China merupakan yang terbesar di dunia jauh meninggalkan Amerika," katanya.

Nizam mengatakan, ke depan kemajuan ekonomi akan terus berpusat ke benua Asia. Indonesia juga harus bersiap menghadapi ini. Bonus demografi yang didapatkan Indonesia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

"Keberhasilan Jepang, Korea Selatan, dan China adalah karena adanya kesungguhan, kerja keras, tidak hanya pemerintah tapi juga masyarakatnya, mereka investasi di pendidikan," katanya.

Menurutnya, saat ini demokrasi di Indonesia cenderung menuntut hak dan kurang pada memberikan kewajiban. Seperti membayar pajak, bahkan ribut jika dinaikkan padahal itu juga untuk investasi di bidang pendidikan.

Kesadaran perlu dibangun tentang pentingnya berinvestasi dalam pendidikan. Dibalik semua keberhasilan pasti ada perjuangan dan kerja keras. Kadang orang hanya melihat hasil, seperti pengusaha yang berhasil padahal perjalanannya luar biasa sekali.

"Kita lupa proses, kita ingin segera instan, padahal butuh perjuangan kerja keras. Saya ingin media membangun kesadaran publik, kita harus berjuang bersama," katanya.

Ke depannya ungkapnya, peran perguruan tinggi tidak hanya menyiapkan SDM yang hanya sekedar mendapatkan ijazah. Namun insan yang produktif dan kompetitif bagi kemajuan dirinya, masyarakat dan bangsa. Inovasi dan kreatifitas harus lahir dari perguruan tinggi.

"Bangsa Indonesia juga sangat kreatif, sangat kaya ragam dengan kreatifitas dari berbagai daerah. Ketika itu dikawinkan dengan penguasan teknologi maka akan jadi luar biasa. Buktinya saat ini Indonesia terbesar start up nomor 5 di dunia," katanya. (Rahmadi/yki)

Tag:

Baca Juga

Lestarikan Bahasa Daerah, SMP 28 Korong Gadang Padang Peragakan 'Babako Babaki'
Lestarikan Bahasa Daerah, SMP 28 Korong Gadang Padang Peragakan 'Babako Babaki'
Aksi Kolaborasi Bangun Pondok Literasi Rosihan Anwar di Solok
Aksi Kolaborasi Bangun Pondok Literasi Rosihan Anwar di Solok
Pertengahan pekan lalu, saya mendapat kesempatan berbicara sekitar 10 menit di sesi seminar pendidikan dalam rangka Kongress Minang Diaspora
Dari Seminar Pendidikan MDN: Dialektika yang Hilang 
Digelar 4 Hari, Wisuda ke 90 UIN Imam Bonjol Luluskan 1.865 Wisudawan
Digelar 4 Hari, Wisuda ke 90 UIN Imam Bonjol Luluskan 1.865 Wisudawan
Politisi Partai Golkar Evelinda
Tingkatkan Kualitas Anak Bangsa, Evelinda Bakal Perjuangkan Beasiswa Siswa Berprestasi
Sekampung Mendidik Seorang
Sekampung Mendidik Seorang