Banang Sahalai, Merajut Kehidupan di Masa Pandemi

Banang Sahalai, Merajut Kehidupan di Masa Pandemi

Foto: Yose Hendra

Langgam.id - Tak begitu jauh dari Pasar Pagi Dadok Tunggul Hitam, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, di sebuah gazebo rumah kontrakan, jemari Restu Liani Gusnely, begitu cekatan merajut helai demi helai benang. Suatu siang bermandikan air hujan itu, Restu tengah membuat tas rajutan macaron.

Di tengah jari jemarinya menari mengebat benang rajut berjenis yarn dengan bantuan jarum, kelompokan perempuan yang terbilang muda, menghampiri kediaman Restu. Mereka langsung menuju ke gazebo, di mana Restu tengah mengerjakan tas rajutan.

Tampaknya mereka sudah begitu akrab, suasana langsung cair begitu saja. Dan memang onggokan benang rajut yang tergeletak di lantai gazebo serta jarum yang di sisinya, langsung diambil mereka.

Sebelum mereka memulai merajutnya, Restu memberi pengarahan. Menjelaskan pola dan teknis pengerjaannya.

Perempuan muda yang dating ke rumah Restu ini adalah anggota komunitas Banang Sahalai yang digagas oleh Restu, dan dibantu oleh sang suami, Rahman A. Syasli.

Restu mengatakan, awal mula Banang Sahalai ini didirikan, karena hobi yang dilakukan di rumah dengan kegiatan merajut, menghasilkan beberapa produk.

Setelah menghasilkan beberapa produk tersebut, dia mengaku sangat ingin rasanya berbagi ilmu dengan teman-teman teutama kepada ibuk-ibuk yang di rumah yang tak ada kegiatan atau ibu rumah tangga.

“Jadi akhirnya saya informasikan kepada teman-teman untuk ibu-ibu sekitar rumah awalnya itu ada dua sampai tiga orang, karena awalnya itu menggunakan benang kecil dan penyelesaiannya agak lama akhirnya saya rubah ke menggunakan benang tian yang sekarang kita utamakan di banang sahalai. Tenyata dalam waktu satu bulan anggota yang terkumpul sudah banyak akhirnya kita sepakati untuk membentuk nama dari komunitas ini menjadi Banang Sahalai,” bebernya.

Komunitas Banang Sahalai resmi terbentuk pada 21 september 2019. Komunitas ini terbentuk berdasarkan kesepakatan 9 orang teman yang belajar merajut kepada Restu sebelumnya.

“Yang sekarang 9 orang terlibat dalam pembentukan, juga terlibat dalam kepengurusan Komunitas Banang Sahalai,” ungkap Restu.

Komunitas Banang Sahalai punya filosofi bagaimana sehelai benang yang menggulung itu, bisa dirajut sebuah hasil karya bernilai tinggi yang bisa punya nilai jual dan bisa menjadi sebuah penghasilan utama bagi ibu-ibu rumah tangga.

Menyambung cita-cita untuk menebar ilmu merajut secara gratis, Restu dan kawan-kawan mulai membuat jadwal belajar setiap Selasa & Sabtu dengan menginformasikan kepada semua orang di sekitar (rumah Restu) secara luring (offline), dan secara daring (online) dengan memposting semua info.

“Dan hasil karya disebar melalui Instagram Banang Sahalai dan sosmed setiap anggota/pengurus,” tukasnya.

Restu menambahkan, bagi yang di luar Kota Padang juga bisa tetap ikut bergabung untuk belajar merajut gratis melalui grup WA.

“Banang Sahalai juga sudah mempunyai kanal YouTube untuk bisa berbagi ilmu rajutan (tutorial) rajutan agar bisa bermanfaat bagi teman-teman jika memang masih terkendala dengan belajar tatap muka,” tandas Restu.

Dia mengatakan, sejak dibuka pelatihan belajar merajut gratis, kini telah terkumpul anggota sebanyak 37 orang. Dan sekarang juga telah membuka cabang kelompok belajar merajut gratis di kelurahan Anduriang di bawah pimpinan mentor dari pengurus Banang Sahalai.

Untuk kelompok belajar merajut gratis cabang Anduriang diresmikan langsung oleh Lurah Anduriang Ricky January Alexander. Kini sudah ada 30 orang anggota merajut di sana.

Untuk ke depannya, bilang Restu, Banang Sahalai juga akan membuka kelompok belajar merajut gratis di beberapa wilayah di Kota Padang.

“Ini agar semua perempuan terutama ibu-ibu rumah tangga tetap produktif dan mempunyai penghasilan sendiri meski mereka hanya di rumah saja,” kata Restu.

Berani Keluar dari Perusahaan Mapan

Jalan Raya Tunggul Hitam yang menyambungkan Jalan Prof. Buya Hamka, jalan utama di Kota Padang, menuju Dadok Tunggul Hitam, sebuah kedai Rajutan Qanata berdiri. Lokasinya sekitar 1 km dari rumah Restu.

Sehari-hari Restu ada di sini. Kedai ini didirikan seiring dengan karya-karya yang ia lahirkan, dan menjadi tempat pemasaran bagi komunitas Banang Sahalai juga.

Di kedai itu, deretan benang terpajang rapi, begitu juga dengan karya rajutan seperti tas, dompet, bahkan sepatu dan sandal.

Restu memulai semuanya di tahun 2015, tatkala ia memutuskan keluar dari perusahaan terbilang mapan, bermain di arena konstruksi.

Ia berani keluar dari perusahaan konstruksi dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Sejak itu, ia mulai belajar merajut.

“Saya mulai belajar merajut ketika saya menjadi ibu rumah tangga setelah resign dari sebuah perusahaan konstruksi pada Januari 2015,” bilang Restu.

Hasil karya rajutan pertamanya adalah dompet rajutan dengan benang jenis poly. Kemudian beberapa minggu kemudian, setalah melihat postingan guru SMA-nya dulu, Restu pun membuat sepatu cover rajutan.

Untuk memperkaya kemahirannya dalam dunia rajut merajut benang, Restu belajar secara otodidak, meluangkan waktu belajar dari tutorial orang luar negeri yang beredar di Youtube.

Dia menyadari, pola dan teknis merajut harus terus dikembangkan, dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya adalah penting. Di lain hal, ia menyadari keterbatasan anggota untuk belajar dari tutorial yang bukan bahasa Indonesia.

“Saya belajar sendiri kesulitan dari teman-teman belajar secara online di youtube-youtube lain itu karena kebanyakan untuk benang tian ini informasinya kebanyakan tutorial dari orang-orang luar negeri dengan bahasanya yang kurang dimengerti. Jadi saya coba pahami kemudian setelah saya bisa pahami saya bikin pola, baru saya berbagi ke teman-teman yang ada di komunitas ,” tandasnya.

“Saya penasaran ingin mencoba dan Alhamdulillah Saya bisa belajar membuat sendiri serta berkreasi dengan pola, paduan warna dan model Sepatu rajutan, mulai dari Sepatu rajutan anak, hingga dewasa baik wanita maupun sepatu dewasa pria. Alhamdulillah rajutan sepatu berjalan hingga saat sekarang telah menghasilkan orderan lebih dari 250 pcs,” papar Restu

Kemudian bulan Agustus 2017, Restu mengajak teman-teman wali murid di sekolah Paud anaknya untuk belajar merajut. Namun dikarenakan saat itu masih menggunakan benang kecil (sejenis poly), hanya beberapa dari mereka yang bertahan untuk merajut.

Dan saat awal tahun 2019, ia mengenalkan kepada teman-teman untuk menggunakan benang besar sejenis tyarn (benang kaos). Dengan menggunakan benang tersebut, bisa lebih cepat menyelesaikan hasil rajutan.

Sementara bagi pemula, tidak gampang putus asa dalam belajar menggunakan benang tersebut.

Baca Juga

Jaga Kekompakan, Komunitas Karambia Runner Gelar HUT ke 6
Jaga Kekompakan, Komunitas Karambia Runner Gelar HUT ke 6
Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2022, BI Sumbar Bawa Rp 5,9 Miliar ke Mentawai
OJK Catat Penyaluran Kredit ke UMKM Sumbar Capai Rp31,38 Triliun
Dukung UMKM Naik Kelas, 250 IRT di Padang Ikuti Keterampilan Menjahit dan Membatik
Dukung UMKM Naik Kelas, 250 IRT di Padang Ikuti Keterampilan Menjahit dan Membatik
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah mengatakan, bahwa pihaknya membuka Posko Pelayanan Perhitungan Tunjangan Hari Raya (THR).
OJK: Penyaluran Kredit ke UMKM Sumbar Tembus Rp31,08 Triliun
Pertamina Salurkan Rp141,9 Miliar Dana Bergulir Bantu 5.116 UMKM
Pertamina Salurkan Rp141,9 Miliar Dana Bergulir Bantu 5.116 UMKM
Pemasaran Produk, Kadiskop UKM Padang: Perkuat Sosial Media
Pemasaran Produk, Kadiskop UKM Padang: Perkuat Sosial Media