Atasi Kekeringan dan Banjir, DLH Pessel Ajak Masyarakat Bangun Lubang Biopori

Atasi Kekeringan dan Banjir, DLH Pessel Ajak Masyarakat Bangun Lubang Biopori

Ilustrasi (Foto: Istimewa)

Langgam.id – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pesisir Selatan mengajak masyarakat, terutama yang berada di wilayah pemukima padat agar membuat lubang bopori. Hal itu bertujuan supaya keseimbangan air dan tanah terjaga serta menghindari ancaman kekeringan saat musim kemarau.

Kepala DLH Pessel, Jumsu Trisno menyebutkan, selain berfungsi sebagai serapan air saat musim hujan, lubang biopori juga bisa sebagai wadah penympanan atau cadangan air, termasuk juga sebagai media penghisap sisa limbah rumah tangga jenisorganik.

“Adanya lubang bipori di kawasan padat penduduk, bisa dijadkan sebagai tempat cadangan air saat kemarau,” ujarnya melalui rilis yang diterima Langgam.id, Jumat (6/12/2019).

Lalu, saaty musim hujan, katanya, lubang biopori berfungsi sebagai serapan air dan mengatasi banjir, serta juga sebagai media penghisap limbah buangan rumah tangga.

“Kepada masyarakat, diminta agar mengembangkan program lubang biopori ini pada kawasan-kawasan perumahan,” jelasnya.

Tidak hanya itu, Jumsu menilai, adanya lubang biopori merupakan metode alternative untuk resapan air hujan ke dalam tanah. Bahkan, berfungsi sangat besar dalam menjaga keseimbangan air dan tanah.

“Itu dapat memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah, sehingga menambah air tanah, membuat kompos alami dari sampah organic, ini lebih baik dari dibakar, serta akan dapat mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit,” ucapnya.

Dijelaskanya, cara membuat lubang biopori tersebut yaitu dengan cara menggali lubang secara vertical, dengan diameter 10 centimeter dan kedalaman 100 centimeter, atau tidak sampai melampaui permuakaan air tanah.

“Jarak antara lubang satu dengan yang lainya, 50-100 centimeter. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 centimeter dengan tebal 2 centimeter disekeliling mulut lubang,” katanya.

Lebih lanjut, lobang bisa diisi dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau dari sisa pangkasan rumput. Penambahan sampah organik ke dalam lubang yang telah berkurang, juga perlu dilakukan. Hal itu memang akibat dari penyusutan dan proses pelapukan.

Nah kompos yang sudah terbantuk dalam lubang itu, dapat diambil setiap akhir musim kemarau. Pengambilan kompos itu sekaligus bertujuan untuk pemeliharaan terhadap lobang resapan tersebut,” ujar Jumsu. (*/ZE)

Tag:

Baca Juga

Sebagian besar warga terdampak bencana yang kini menempati rumah hunian sementara (huntara) di Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah
Disdukcapil Padang Hadirkan Pelayanan Adminduk di Huntara Koto Tangah
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Padang bergerak cepat melakukan penanganan dengan menormalisasi aliran sungai dan saluran
Pascabencana, Dinas PUPR Padang Bergerak Cepat Normalisasi Sungai dan Irigasi
Pemerintah Siapkan 2.559 Unit Huntara untuk Korban Terdampak Bencana di Sumbar
Pemerintah Siapkan 2.559 Unit Huntara untuk Korban Terdampak Bencana di Sumbar
Bupati Tanah Datar, Eka Putra menyambut kepulangan para kafilah daerah tersebut usai mengikuti MTQ Nasional ke-41 tingkat Provinsi Sumatra
Peringkat 4 MTQ Sumbar 2025, Bupati Langsung Serahkan Bonus ke Kafilah Tanah Datar
Taman Budaya Sumbar Libatkan Pelajar di Festival Marah Roesli Lewat Lomba Baca Puisi
Taman Budaya Sumbar Libatkan Pelajar di Festival Marah Roesli Lewat Lomba Baca Puisi
Pengusaha Sahabat Alam: Ikhtiar Khalifah Merawat dan Melestarikan Hutan
Pengusaha Sahabat Alam: Ikhtiar Khalifah Merawat dan Melestarikan Hutan