Langgam.id - Seorang perempuan baya, D, mengipasi nyamuk dan lalat yang coba menghinggapi cucunya yang masih berumur 7 bulan, yang sedang tidur lelap di rumahnya di Koto Tingga, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
Si bayi tenang saja, meski para tamu berbincang tak jauh dari dirinya. Saat tersentuh jemari nenek, bayi itu seperti terkaget, tapi tak terbangun.
Bayi yang lahir di bulan Maret 2021 itu adalah anak pasangan R, 27, dan DS, 26. Anak mereka usai lahir sedikit berbeda dan didiagnosa sejumlah penyakit dan kemudian mengalami ketulian syaraf di kedua telinganya. Jadi, dia tidak akan merespons suara, tapi gerak dan sentuhanlah yang membuatnya bisa berkomunikasi.
R, sang ayah, menceritakan kepada Wakil Ketua DPD Gerindra Sumbar Nurhaida yang datang ke rumahnya, sang anak lahir dalam kondisi ada cairan di paru-paru. Setelah satu minggu dirawat ditemukan infeksi klebsiella pneumonia (infeksi jaringan tubuh).
Saat berumur dua bulan dan empat bulan kembali dioperasi dengan diagnosa hernia inguinalis (pembengkakan di antara pusar dan di dekat kelamin). Bekas operasi pun masih terlihat pada bayi itu.
“Anak kami katanya sudah sembuh dari penyakit-penyakit semula. Namun, memasuki usia enam bulan kembali dikatakan mengalami ketulian syaraf di kedua telinga dengan status atau level sangat parah. Kondisi saat ini, ia tidak bisa mendengar atau tuli,” kata R yang sehari-hari bekerja sebagai honorer di salah satu kantor kelurahan di Padang.
Menurutnya, anaknya menjalani pemeriksaan BERA (brainstem evoked response audiometry) hearing test. Namun, belum bisa ditindaklanjuti karena belum memiliki alat bantu dengar yang direkomendasikan oleh dokter. Jika tidak memiliki alat bantu dengar dan perawatan yang direkomendasikan dokter, mengancam sang bayi mengalami ketulian total seumur hidup.
“Kami ini orang yang sedang berjuang meski hidup di keluarga menengah ke bawah. Saya honorer di kantor lurah dengan pendapatan Rp1,5 juta sebulan. Istri saya, karyawan swasta di toko kosmetik dengan pendapatan yang kurang lebih sama. Untuk membeli alat-alat itu, kami butuh dana puluhan juta,” katanya.
Setidaknya, kata R lagi, biaya yang dibutuhkan untuk perawatan sang bayi mencapai Rp40 juta sampai Rp50 juta. “Untuk terapi saja butuh puluhan juta. Kemarin saya dapat informasi orang yang menjual alat bantu dengar khusus untuk anak saya, harganya Rp44 juta. Sekarang masih dikumpulkan. Hari ini saya baru jual sepeda motor untuk tambahan,” katanya.
Informasi penyakit sang bayi itu pun sampai kepada tim Andre Rosiade yang langsung menindaklanjutinya. Ketua DPD Gerindra Sumbar itu meminta tim mengirimkan bantuan uang tunai dan sembako untuk membantu kebutuhan keluarga sang bayi itu.
“Kami diminta mengantarkan bantuan. Mungkin masih jauh dari yang diharapkan oleh keluarga,” kata Nurhaida yang datang bersama wakil sekretaris DPD Gerindra Sumbar, Zulkifli dan wakil bendahara, Rina Shintya.
R mengucapkan terima kasih kepada Andre Rosiade yang telah memberikan bantuan untuk membeli alat bantu dengar anaknya.
“Semoga bantuan bapak dibalas berlipat ganda oleh Allah. Mohon doa bapak, agar anak kami bisa sembuh dan normal seperti sedia kala,” katanya.
Baca juga: 2021, Andre Rosiade Salurkan Bantuan Bedah 200 Rumah di Sumbar
Andre Rosiade mengaku prihatin dengan kondisi anak dari pasangan R dan DS. Dia meminta tim untuk memberikan bantuan untuk sedikit meringankan beban keluarga.
Tidak menutup kemungkinan, juga akan memberikan bantuan lanjutan jika dibutuhkan. “Kami doakan Ananda cepat sembuh,” kata anggota DPR RI asal Sumbar ini. [*]