Langgam.id - Fitriyani berurai air mata, kala paramedis mengumumkan dirinya terpapar virus corona (covid-19). Perempuan 52 tahun ini tak menyangka, penyakit yang hanya ia ketahui selama ini melalui siaran televisi, ternyata juga bersarang di tubuhnya.
Sembari merenung, suara hatinya mulai berbisik. Mungkin inilah sebuah teguran dari sang pencipta. Begitu yang terlintas dipikiran warga Sarang Gagak Indah, Kelurahan Andalas, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang ini mendengar kabar buruk itu.
"Bukan menyesal sakitnya, tapi yang disesalkan mungkin ibadah saya yang lalai," katanya mengenang awal dirinya diumumkan positif covid-19 kepada Langgam.id beberapa waktu lalu.
Fitriyani mendapat kabar terpapar virus setelah tiga hari menjalani perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Kota Bukittinggi. Saat berada di ruang isolasi, ia hanya ditemani dengan jarak jauh oleh sang suami tercinta.
Tak banyak yang dilakukan Fitriyani, dirinya hanya seorang diri ruangan khusus covid-19 itu. Apalagi, tak begitu banyak bekal yang dibawanya saat dirujuk ke RSAM Bukittinggi.
"Dari Padang ke RSAM tidak bawa apa-apa, terus hanya ditemani sama suami. Empat hari suami di luar (ruangan isolasi) tidak bisa ketemu saya. Suami tidur ambil tempat nginap," katanya.
Namun setelah dinyatakan positif, paramedis mengambil tindakan kepada suami Fitriyani untuk ikut diisolasi. Sebab, sang suami tentunya melakukan kontak fisik langsung dengan dirinya.
Waktu berjalan, hal aneh di tubuhnya pun mulai dirasakan. Melawan pernafasan yang mulai berat saat itu, Fitriyani hanya bisa beristighfar. "Saya terus istighfar, mungkin, saya sadar, sedikit lalai dan disiplin kurang," katanya.
Kabar buruk positif covid-19 ini pun mulai diketahui rekan-rekan sejawatnya. Telepon genggamnya terus berdering, datang dari rekan-rekan yang terus memberikan semangat untuknya. Rasa haru menyelimuti hatinya, ternyata masih banyak yang peduli akan keadaan dirinya.
Seluruh rekan Fitriyani menanyakan perihal apa yang mesti dikirim ke rumah sakit untuk dirinya. Lantas, ia pun tak banyak keinginan, hanya satu yang terlintas dibenaknya, yaitu Alquran.
"Saya hanya bilang, kirimkan saya Alquran. Soalnya mukena saya sudah bawa. Saya hanya butuh Alquran, dengan Alquran inilah membuat saya kuat selalu," tuturnya.
Hari-hari Fitriyani di ruang isolasi hanya habis untuk melafalkan ayat suci Alquran. Hanya itu sebagai penyemangat hidupnya menjalani cobaan terberat itu. Namun, dalam hati ia tetap optimis bisa melawan virus yang bersarang di tubuhnya.
"Semangat ingin sehat, itu ditanam. Ditambah dukungan dari rekan-rekan. Saya guru ngaji, suami juga. Untuk kota Padang, pokoknya segala ucapan cepat sehat, doa dari rekan-rekan luar biasa. Ini membuat semangat, saya harus sehat," ucapnya.
Hari terus berlalu, memasuki masa perawatan di hari ke-10, infus di tangan Fitriyani mulai dilepas tim medis. Pernafasannya pun mulai terasa nyaman. Rasa syukur terus ia panjatkan dengan keadaan kondisinya yang tahap demi tahap mulai membaik.
Selama masa perawatan, Fitriyani selalu mematuhi saran dokter. Vitamin serta obat-obatan yang disarankan, selalu dipatuhinya untuk diminum setiap saat.
"Hari ke 10 itu saya sudah bisa salat berdiri," kenangannya sembari menyebutkan hafalan ayat sucinya akan segera tamat dan siap untuk katam Alquran.
Sembari mendapat perawatan, paramedis terus melakukan pemeriksaan swab tenggorokan dan hidung (spesimen) Fitriyani. Swab untuk kedua, dirinya dinyatakan negatif, kemudian ketiga kalinya paramedis mengumumkan dirinya telah sembuh. Alhamdulillah, terus diucapkannya.
Kabar gembira ini disambut baik sang suami serta rekan-rekan Fitriyani. Tepat pada tanggal 18 Maret 2020, dirinya diperbolehkan pulang oleh paramedis. Ia tidak menyangka, bisa melalui ujian terberat yang pernah dialami tersebut.
Kini, Fitriyani tetap harus mengikuti arahan dari dokter untuk tetap menjaga kesehatan serta berdiam diri terlebih dahulu di kediamannya. Hal ini tetap dipatuhinya, demi mendapatkan kesembuhan yang sempurna.
Fitriyani menitipkan pesan untuk seluruh warga yang positif dirawat di rumah sakit maupun isolasi mandiri di rumah. Ia meminta, untuk tetap terus berdoa mendekati diri kepada sang Maha Pencipta.
Begitupun saran dari dokter, apapun obat yang diberikan diusahakan dipatuhi untuk diminum. "Namun obat hanya sebagai perantara, semuanya ditentukan Allah. Kekuatan Alquran itulah pertama menyelamatkan diri kita," pesannya.
"Jadi pesan saya, kalau yang dirawat kalau tidak bisa apa-apa, bisa tayamum. Dalam kondisi sakit, tolong ingat terus Allah. Apapun, apalagi dalam kondisi sakit, doa orang sakit itu diajabah Allah," sambungnya.
Bagi warga yang masih sehat dan belum terpapar virus, Fitriyani meminta untuk selalu patuhi imbauan pemerintah. Dan, jangan lupa untuk menjaga kebersihan, begitupun keluar rumah selalu memakai masker. (Irwanda/ICA)