Langgam.id - Dampak Covid-19 ikut menekan kinerja perbankan di Sumatra Barat. Hingga Agustus 2020, pertumbuhan aset perbankan daerah itu hanya 1,78 persen menjadi Rp62,94 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp61,84 triliun.
Misran Pasaribu, Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatra Barat menyebutkan sektor perbankan salah satu yang terkena dampak pandemi Covid-19.
"Perbankan Sumbar juga terkena dampak Covid-19. Dari semua indikator menunjukkan perlambatan, meski secara umum masih mencatatkan kinerja yang cukup baik di tengah pandemi," katanya, dikutip langgam, Sabtu (24/10/2020).
Aset perbankan Sumbar misalnya, secara year to date sepanjang tahun ini bahkan minus 5,81 persen, dan year on year hanya tumbuh 1,78 persen. Padahal, secara nasional kinerja perbankan masih bisa tumbuh 8 persen.
Dari sisi penyaluran kredit sampai Agustus juga hanya tumbuh 1,36 persen menjadi Rp54,14 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp53,30 triliun.
Hanya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan perbaikan dengan tumbuh 4,56 persen dari Rp45,74 triliun pada Agustus 2019 lalu menjadi Rp48,56 triliun.
Meski kinerja penyaluran kredit belum memuaskan, Misran menilai kinerja perbankan Sumbar masih cukup baik di tengah pandemi. Hal itu tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) malah turun menjadi 2,59 persen dibandingkan Agustus tahun lalu sebesar 2,74 persen.
Rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) per Agustus sebesar 111,49 persen, sedikit membaik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 116,53 persen.
Melihat kondisi saat ini, Misran mengatakan OJK menurunkan target penyaluran kredit lembaga jasa keuangan baik perbankan maupun perusahaan multifinance di Sumatra Barat ke angka 5 persen plus minus 1 plus dari sebelumnya 12 persen.
“Sejak Maret dampaknya sudah terasa. Makanya kami turunkan proyeksi kredit ke angka 5 persen plus minus 1 persen,” katanya.
Menurutnya, dalam kondisi saat ini, bisa mencapai pertumbuhan 5 persen saja, sudah merupakan prestasi, karena sulitnya tenaga sales perbankan maupun leasing untuk menyalurkan kredit. Apalagi, sektor usaha juga mengalami dampak akibat wabah corona. (HFS)