Langgam.id - Bulan suci Ramadan adalah waktu yang dinanti-nanti oleh seluruh umat Islam di dunia. Sebab, semua aktivitas ibadah selain puasa bakal diganjar pahala berlipat ganda oleh Allah SWT dibandingkan bulan-bulan biasa.
Ramadan identik dengan bulan perbaikan diri umat muslim untuk menggapai kesucian kelak saat merayakan hari kemenangan Idul Fitri. Salah satu amalan mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah dengan tradisi suluk.
Aktivitas suluk ini lazim dilakukan jamaah tarekat Naqsabandiyah di Sumatra Barat. Jamaah yang sudah memulai puasa hari ini, Sabtu (4/5/2019) selalu bersuluk selama bulan Ramadan.
Pimpinan Tarekat Naqsabandiyah Buya Syafri Malin Mudo mengatakan, suluk adalah kegiatan mengasingkan diri dari kegiatan duniawi dengan berzikir di tempat ibadah seperti surau atau masjid.
Jamaah yang bersuluk akan berdiam diri di dalam bilik berukuran 1x2 meter dengan lantai beralaskan kasur. Bilik itu ditutupi kain dan tidak bisa terlihat dari luar.
"Suluk dilakukan sepuluh hari sebelum memasuki bulan Ramadan," kata Pimpinan Tarekat Naqsabandiyah Buya Syafri Malin Mudo, ketika ditemui langgam.id di Musala Baitul Makmur, Pauh, Kota Padang, Jumat (3/5/2019).
Dalam hitungannya, terang Buya Syafri, aktivitas Suluk dilakukan selama 40 hari dan nantinya berakhir tepat saat 1 Syawal atau Idul Fitri. Namun, tidak semua jamaah mengikuti suluk sejak awal. Ada yang bergabung setelah 10 atau 20 hari suluk berjalan.
"Tujuannya melatih diri, membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Kita semua calon mati, jadi bersihkan dulu diri sebelum mati," kata Buya.
Selama suluk, semua jamaah berzikir. Lalu, salat wajib dan sunat seperti biasa. Semua aktivitas dilakukan di sekitar surau dan tidak pulang sampai suluk selesai.
Selain itu, selama suluk, jamaah Naqsabandiyah dilarang memakan makanan berdarah. Seperti daging, ikan dan sebagainya. Makanan yang boleh dikonsumsi hanya sayuran, nasi dan buah.
Menurut Buya Syafri, pengikut suluk di sana hanya jamaah tarekat Naqsabandiyah. "Orang biasa tidak bisa. Kalau ingin suluk, harus masuk jadi jamaah tarekat Naqsabandiyah dulu," katanya.
Salah seorang jamaah pengikut suluk, Ramani (79) mengatakan dirinya sudah bersuluk sejak Selasa (23/4/2019) lalu. Rencananya, warga Sungai Balang Lubuk Kilangan itu akan mengikuti suluk hingga Idul Fitri.
Selama bersuluk, Ramani tidak pernah pulang ke rumah. Makanan dan kebutuhan sehari-hari hanya diantar oleh anak-anaknya sekali dalam tiga hari. "Disini, kami salat berjamaah dan berzikir," katanya.
Menurut Ramani, dengan berzikir, hatinya menjadi tentram. Dengan suluk, Ramani juga mengaku semakin siap menghadapi kematian. Ia sendiri sudah tiga kali Ramadan bersuluk di musala Baitul Makmur itu.
"Kita tidak memikirkan dunia lagi, sudah habis. Hanya mengingat bekal yang akan dibawa mati untuk menjawab pertanyaan malaikat di dalam kubur," katanya.
Senada dengan itu, jamaah lainnya, Nurjanna (69) warga Baringin Lubuk Kilangan mengatakan, pikiran dan hatinya lebih tenang selama melakukan suluk. Ia juga telah mengikuti suluk selama empat kali Ramadhan.
"Pikiran jadi tenang, tidak memikirkan dunia lagi. Kita juga tidak takut mati, kalau panggilan datang, saya sudah siap," ujarnya. (Rahmadi/RC)