Langgam.id - Gubernur Irwan Prayitno mengungkap empat kunci yang dilakukan Sumatra Barat (Sumbar) dalam mengendalikan pandemi Covid-19 serta tujuh indikator untuk mengevaluasinya. Karena hal-hal tersebut, Sumbar dinilai Presiden Joko Widodo menjadi salah satu dari lima provinsi terbaik di Indonesia dalam menangani Covid-19 pada pertemuan gubernur se-Indonesia, pekan lalu.
Gubernur Irwan Prayitno dalam wawancara khusus dengan tim Langgam.id di ruang kerjanya, Senin (20/2/2020) mengatakan, istilah yang tepat untuk hal yang telah dilakukan Sumbar adalah mengendalikan Covid-19 sehingga tetap landai. Ia tak sepakat dengan istilah berhasil. Istilah ini baru cocok digunakan bila Covid-19 sudah tidak ada.
"Covid-19 tetap masih ada, tapi kita kendalikan. Menihilkan belum bisa, sebab belum ada antivirus. Selama belum ada obat dan antivirus Covid-19, kita mengendalikannya agar tetap landai dan terkontrol," katanya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Puji Penanganan Covid-19 di Sumbar
Ukuran dari kemampuan pengendalian tersebut, menurut Irwan, bisa dilihat dari tujuh indikator. Yakni, testing rate (tingkat pengujian), positivity rate (tingkat positif), tracking rate (tingkat pelacakan), incident rate (tingkat insiden), angka kesembuhan, angka meninggal dan reproduction rate (tingkat reproduksi/penularan).
Tingkat pengujian, menurut Irwan, merupakan jumlah warga Sumbar yang dites dibandingkan dengan jumlah penduduk. "Sudah lebih 60 ribu orang yang dites. Penduduk kita kan 5,2 juta. Berarti sudah lebih 1 persen yang kita tes, bahkan nanti bisa lebih," ujarnya.
Angka ini, menurut Irwan sudah cukup bagus. Menggunakan standar WHO, menurutnya, cukup menguji 5 ribu penduduk per 1 juta penduduk. Namun, saat ini Sumbar sudah mengetes lebih dari 10 ribu orang dalam 1 juta penduduknya. "Testing kita bisa banyak dengan kemampuan Dokter Andani dengan lab-nya," kata Irwan. Sebelumnya, Gugus Tugas Nasional merilis, testing rate di Sumbar adalah yang kedua tertinggi di Indonesia setelah DKI Jakarta.
Baca Juga: Sumbar Kedua Terbanyak di Indonesia Gelar Tes Covid-19, Jumlah Positif Nomor 17
Indikator kedua, menurut Irwan, adalah tracking rate. Yakni, seberapa banyak orang yang bisa di-tracking dari orang yang dinyatakan positif. Sumbar bisa melakukan tracking (pelacakan) 64 orang dari satu orang positif. "Yang jelek itu kan kalau dari satu yang positif, tracking dilakukan hanya satu. Kalau sudah lebih 60, artinya bisa dikendalikan," tuturnya.
Indikator ketiga, positivity rate, merupakan berapa jumlah kasus positif yang ditemukan dari spesimen yang diperiksa di labor. "Standar WHO itu di bawah 5 persen. Kita cuma 1,2 persen. Artinya, kita di sudah di bawah (standar) WHO," ujar Irwan. Sebelumnya, Kementerian Kesehatan merilis data positifity rate Sumbar adalah yang terendah se-Indonesia.
Baca Juga: Rasio Positif Covid-19 dari Spesimen Terperiksa di Sumbar Terendah se-Indonesia
Indikator keempat, menurutnya incident rate. Ini merupakan perbandingan antara kasus yang terjadi dengan jumlah penduduk yang berisiko tertular dalam interval waktu tertentu. "Incident rate kita 0,075 di semua kota dan kabupaten. Itu rendah juga," kata gubernur.
Indikator kelima dan keenam, tingkat kesembuhan dan meninggal. "Kesembuhan kita 80 persen lebih, 85 persen, bahkan. Kematian kita di bawah 4 persen," ujarnya.
Keterangan Irwan seiring dengan data Gugus Tugas Sumbar pada Selasa (21/7/2020) yang menyebutkan, warga Sumbar yang sembuh sudah 707 orang (84,6 persen) dari total 836 kasus. Angka kesembuhan ini lebih tinggi dari angka nasional pada hari yang sama di angka 48.466 (53,93 persen) dari total 89.869 kasus. Sementara, angka meninggal di Sumbar adalah 33 orang (3,9 persen) di bawah rata-rata nasional pada angka 4.320 (4,8 persen).
Indikator ketujuh, menurut Irwan adalah reproduction rate (Rt) atau tingkat reproduksi/penularan. "Rt kita di bawah 1. Saya tak ingin menyebutnya berhasil, tapi bisa mengendalikan. Karena kita belum mampu menghilangkannya sama sekali," katanya.
Rt yang dimaksud Irwan adalah tingkat penularan dari 1 orang yang positif kepada orang lain. Beberapa situs resmi pemerintah menyebutnya dalam istilah: effective reproduction number. Rt ini maksudnya, bila 1 orang yang positif menularkan kepada 1 orang, maka nilai Rt-nya adalah 1. Bila 1 orang positif menularkan kepada 2 orang maka nilai Rt-nya adalah 2. Begitu seterusnya. Semakin kecil angka Rt, maka semakin kecil angka penularan.
Situs www.thebonza.com yang menganalisa angka reproduksi ini, merilis angka Rt sejumlah provinsi masih di atas 1, seperti DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Sementara, angka Rt Sumbar adalah 0,97 per tanggal 20 Juli 2020.
Selain indikator penilaian, Irwan juga menyampaikan empat kunci yang dilakukan Sumbar dalam mengendalikan virus Corona. Empat kunci tersebut adalah testing (pengujian), tracking (pelacakan), isolasi serta treatment (pengobatan). "Langkahnya kita arahkan pada satu tujuan, yaitu memutus penularan, memutus rantai penyebaran. Mematikan, menghabiskan, menihilkan tak bisa. Jadi kita memutus," katanya.
Ketika berbicata memutus, menurutnya, ada dua pendekatan utama. Yaitu testing dan tracking. "Jika kita ingin memutus penularan dan rantai, kalau kita tidak tahu orang yang kena, siapa yang mau diputus? Siapa yang mau dikendalikan? Kan, enggak jelas. Tapi setelah kita lewat testing, ketahuan. Ini positif dan ini negatif. Yang negatif bebas, yang positif kita putuskan," ujarnya.
Setelah tahu positif, ulasnya, baru masuk ke tracking. "Kita tracking dari beberapa lingkaran. Lingkaran pertama dari keluarganya, temannya. Orang yang terpapar itu ketemu siapa saja. Lingkaran kedua, yang ketemu itu punya keluarga siapa dan temannya siapa. Nah, kalau rapi sempurna, itu bisa kita kendalikan.
Hal itu akan membuat peluang orang menyebarkan tidak ada. "Karena, mereka yang positif kemudian diisolasi atau dikarantina. Sementara, yang punya penyakit bawaan masuk ke rumah sakit dan mengikuti treatment (pengobatan). Jadi upaya kita cuma testing, tracking, isolasi dan treatment," kata Irwan.
Bila empat hal ini sungguh-sungguh dan konsisten, menurutnya, kalaupun ada tambahan dengan sistem seperti itu, akan bisa dikendalikan.
Tonton Juga: Video Wawancara Khusus Irwan Prayitno: Rahasia Mengendalikan Covid-19 di Sumbar
Hal tersebut, menurut Irwan, bisa dilaksanakan dengan manajemen, harmonisasi, sinergi dalam satu leadership. "Kondisi darurat membuktikan kita mampu atau tidaknya menjadi pemimpin. Kalau normal semua sudah berjalan sesuai sistem yang ada, kalau covid baru ada sekarang dalam sistem yang tidak jelas. Ini kondisinya kemampuan kita memanfaatkan dan memberdayakan di sekitar kita menjadi suatu hal yang penting."
Sumbar, menurutnya, punya bupati dan wali kota yang harus mengayomi masyarakat. "Kita perlu buat kemitraan. Kemudian, di luar itu ada laboratorium. Sumber daya kita gabung untuk kegiatan covid-19, segala kekurangan kita back up. Harmonisasi ini berkali kali kita rapat, memyamakan persepsi, sehingga menjadi kompak dan enak dalam sistem ini."
Selain itu, menurutnya, juga kerja sama dengan rumah sakit pemerintah dan swasta. Termasuk tenaga surveilance. "Ada kesamaan langkah, jadi harus ada satu komando. Kalau tidak, muncullah ego dan kekuatan kita terbelah dan tidak berdaya karena terpecah," tuturnya.
Sebagai ketua gugus tugas provinsi, Irwan bersyukur, Kepala Labor Unand Dokter Andani Eka Putra bisa berbagi pengalaman ke daerah lain dalam menangani Covid-19. "Bersyukur apa yang kita kerjakan, jika kita bagi ke tempat lain, bisa dicontoh daerah lain dengan pendekatan pool test dan testing sebagai ujung tombak."
Selain mengirim ke daerah lain, menurut Irwan, Sumbar juga siap menerima daerah lain untuk dibantu pengujian spesimennya. "(Mesin) PCR di Unand ada lima. Baru dipakai tiga, jadi yang lain bisa dipakai. Tiga saja bisa 2.500 setiap hari."
Untuk mencegah terjadinya gelombang kedua, menurut Irwan perlu tetap konsisten. "Gelombang kedua karena orang keluar, ke pasar, masjid, dan lain-lain, lalu ada yang tertular. Bila tidak cepat kita testing akhirnya kena orang lain. Kalau kita lalai dan lengah, bisa meledak jadi gelombang kedua. Jadi kita antisipasi, mudah-mudahan di bawah 10 sampai tahun depan," ujarnya.
Menurut Irwan, chek point di perbatasan masih ada sampai Desember nanti. "Itu antisipasinya, bandara juga. Kita juga buat perda denga DPRD. Kepada masyarakat yang tidak ikut protokol kesehatan, akan ada hukuman biar ada kekuatan hukum. Sanksinya kita bahas, mungkin ringan-ringan, seperti denda. Yang penting ada efek kepada masyarakat. Target perda ini secepatnya." (SRP/Osh/HF/Rahmadi/SS)