Langgam.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kota Bukittinggi mencatat tiga kasus konflik kucing emas terjadi di Sumatra Barat (Sumbar) sejak tahun 2019. Sepanjang itu, ketiga satwa langka itu tidak bisa bertahan lama dan akhirnya mati.
Terbaru di tahun 2020 ini, kasus kematian kucing emas yaitu yang ditemukan di Jorong Sungai Dareh, Nagari Pauh, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Satwa dengan nama latin catopuma temmincki ini sebelumnya terjerat perangkap babi di perkebunan milik warga.
Setelah dievakuasi dan menjalani observasi di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, satwa tersebut akhirnya mati. Kucing emas ini mengalami luka cukup parah di kaki kiri depan akibat jerat babi.
Selain itu, faktor kematian kucing emas ini juga banyaknya ditemukan parasit caplak atau eksoparasit di sekujur tubuhnya. Kemudian, satwa tersebut juga mengalami anemia.
Kepala BKSDA Kota Bukittinggi Vera Chiko mengatakan, kondisi hewan ini juga mengalami depresi. Penyebab depresi, karena kucing emas sering berinteraksi dengan manusia, padahal populasi kehidupannya di hutan.
"Depresinya karena ketakutan sering melihat manusia. Ini kan satwa biasa hidup di dalam hutan. Setelah ditemukan mati, kami kubur di samping klinik TMSBK," kata Chiko dihubungi langgam.id, Jumat (19/6/2020).
Chiko mengungkapkan, kasus kematian kucing emas juga terjadi pada awal Januari 2019. Saat itu, satwa tersebut ditemukan di Nagari Koto Tua, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam.
"Ketika itu kucing emas masuk pemukiman warga dan memangsa kucing kampung. Kondisinya pada waktu itu sudah kurus dan sakit-sakitan. Akhirnya ditemukan mati sendirinya di pinggir parit dekat pemukiman warga tersebut," ujarnya.
Selanjutnya, kata Chiko, pada pertengahan 2019 kucing emas kembali ditemukan di Kabupaten Agam, tepatnya di Mudiak Palupuh. Saat itu, satwa ini masuk kandang ternak warga dan memakan ayam.
"Ditangkap pemilik ternak ayam, dimasukkan dalam kurungan. Dilaporkan ke kami, tapi saat diperjalanan menuju klinik di TMSBK dinyatakan mati. Rata-rata kucing emas ini memang sudah membawa penyakit bawaan, dan tingkat kehidupannya sangat rendah," jelasnya.
Ia mengakui kawasan hutan di Sumbar ada kucing emas. Namun untuk jumlah populasi satwa ini belum diketahui, karena sulit disurvei apalagi dalam undang-undang kategori sangat langka.
"Kami pernah survei dengan memasang kamera trap, tapi tidak pernah terfoto kamera. Sifat satwa ini sangat lincah, hewan ini juga bisa hidup di atas pohon. Makanannya hewan-hewan yang kecil dari tekstur tubuhnya," tuturnya. (Irwanda/SS)