Langgam.id - Sejak sepekan terakhir, wilayah Kota Padang dilanda cuaca panas dengan terik yang menyengat. Namun secara tiba-tiba datang hujan sejak Kamis (9/1/2020) sore hingga kini Jumat (10/1/2020), dan suhu pun menjadi turun.
Kepala Seksi Obervasi dan Informasi Stasiun BMKG BIM Padang Pariaman, Yudha Nugraha, mengatakan kondisi suhu udara maksimum di Kota Padang berdasarkan pengamatan BMKG sebesar 32 sampai 33 derajat celcius pada siang hari. Suhu tersebut masih tergolong normal dan bukan cuaca ekstrem.
"Belum ekstrem, untuk suhu dapat dikategorikan ekstrem apabila berada lebih dari 3 derajad kondisi normal, untuk Kota Padang normalnya 31-32 derajat celcius sehingga dapat dikatakan ekstrem jika mencapai lebih dari 34-35 derajat celcius," katanya kepada langgam.id, Kamis (9/1/2020).
Dia mengatakan, cuaca lebih panas terjadi karena beberapa hari terakhir dipengaruhi oleh fenomena-fenomena atmosfer yang saling terkait antar satu daerah dengan daerah lainnya.
"Kita melihat terdapat pembentukan daerah tekanan rendah di wilayah Pulau Jawa yang mengakibatkan pertumbuhan awan hujan yang intensif di sana," katanya.
Dengan adanya tekanan rendah tersebut menyebabkan arah angin dan massa udara basah tertarik menuju ke wilayah selatan pulau Sumatera hingga Pulau Jawa. Hal itulah menurutnya menyebabkan kondisi cuaca cerah berawan di sumbar karena adanya pengaruh fenomena tersebut.
Khusus untuk suhu udara lebih panas hanya terjadi di Padang dan sekitarnya. Sementara untuk daerah lainnya kemungkinan lebih rendah, sedangkan untuk kondisi cuaca sama untuk seluruh wilayah Sumbar.
Selain cuaca panas, juga dapat ditemui angin kencang disejumlah wilayah di Kota Padang. Namun dari pengamatan, menurutnya untuk angin yang tercatat di sekitar bandara masih berkisar 5 knot atau 10 m/s atau masih kategori lemah. Namun angin kencang dapat ditemui dengan sangat lokal.
"Akibat fenomena atmosfer tidak menutup kemungkinan adanya faktor cuaca-cuaca lokal, karena sifat lokal tersebut yang lebih kecil dan tidak terlalu luas sehingga tidak dapat diamati secara spesifik dibawah luas kecamatan," katanya.
Terkait waktu fenomena ini, ia mengatakan hal itu tidak terjadi secara rutin. Kejadian cuaca seperti hanya terjadi beberapa kali dengan waktu yang tidak teratur.
"Untuk terjadi secara rutin sebenarnya tidak, namun lebih bersifat anomali atau fenomena yang terjadi sekali dua kali, berbeda dari kondisi normal atau rata-rata," katanya. (Rahmadi/ICA)