Langgam.id - Tiga penumpang bus PO Antar Lintas Sumatera (ALS) kedapatan menyelundupkan sabu seberat 1,9 kilogram dari Aceh. Pelaku menyimpan di celana dalam, pinggang, paha dan sepatu.
Proses penangkapan ini dilakukan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat (Sumbar) di Pool ALS yang ada di Kota Bukittinggi, Selasa(13/5/2025).
Para pelaku terdiri dari satu laki-laki berinisial S (38 tahun) dan dua perempuan yakni N (28) serta AL (41). Mereka merupakan kurir, sabu akan diedarkan di Sumbar, Jambi hingga Jakarta.
Kepala BNNP Sumbar Brigjen Pol Riki Yanuarfi mengatakan, pengungkapan penyeludupan sabu ini berawal dari hasil informasi dari masyarakat akan ada pengiriman dari Aceh menggunakan tranportasi umum.
"Dalam hal ini bus ALS. Informasi ini kami himpun, analisis, petakan, ternyata pagi itu ada 2 bus yang akan memasuki Sumbar," ujar Riki, Rabu (14/5/2025).
Saat diselidiki, kata Riki, didapat 1 unit bus ALS memasuki Pool yang ada di kawasan Kota Bukittinggi. Personel BNNP Sumbar melakukan penggeledahan terhadap penumpang.
"Setelah bus berhenti kami tutup pintu depan dan belakang, tidak ada penumpang keluar. Kami geledah dan tertuju 1 penumpang insial S, dan kemudian dia menunjukkan 2 teman perempuannya di dalam bus," ungkapnya.
"Kami geledah, dari tiga pelaku ini didapat narkoba di tubuh mereka. Disimpan di celana dalam, dekat paha, pinggang hingga sepatu. Total 1,9 kg yang akan dibawa ke Sumbar, Jambi dan Jakarta," sambung Riki.
Jaringan Perempuan, Dibayar Per Kg Rp 20 Juta
Riki menyebutkan saat ini para bandar narkoba banyak merekrut perempuan untuk dijadikan bagian dari pelaku penyalahgunaan narkoba. Dalam hal ini, mereka dijadikan sebagai kurir.
Dua perempuan yang ditangkap di Sumbar, katanya, merupakan kelompok jaringan narkoba yang sama di Kalimantan Timur yang sebelumnya diringkus beberapa waktu lalu.
"Mereka (kelompok jaringan) itu membawa 6 kilogram sabu, 2 kilogram diedarkan di Kalimantan Timur, 2 kilogram yang kami tangkap ini, dan 2 kilogram lagi belum tahu lolos kemana. Jadi mereka satu jaringan perempuan," kata dia.
Dengan keterlibatan perempuan ini, Ricky mengaku sangat prihatin karena para perempuan mulai banyak direkrut para bandar narkoba untuk dijadikan kurir. Hal ini tidak terlepas karena faktor ekonomi.
"Mereka mendapatkan uang per kilogram itu Rp 20 juta," ujarnya.