Rocky Gerung: Haji Agus Salim Teladan Diplomasi dan Kecerdasan Bagi Generasi Muda

Filosof dan pengamat politik Rocky Gerung menekankan pentingnya meneladani kecerdasan dan kemampuan diplomasi Haji Agus Salim bagi generasi

Talkshow bertajuk "Pokok-Pokok Pikiran Haji Agus Salim dan Implikasinya Bagi Millenials/Gen Z" yang digelar oleh Institut Teknologi dan Bisnis Haji Agus Salim Bukittinggi. [foto: IG @itbhas]

Langgam.id - Filosof dan pengamat politik Rocky Gerung menekankan pentingnya meneladani kecerdasan dan kemampuan diplomasi Haji Agus Salim bagi generasi milenial dan Gen Z.

Hal ini disampaikannya dalam Talkshow bertajuk "Pokok-Pokok Pikiran Haji Agus Salim dan Implikasinya Bagi Millenials/Gen Z" yang digelar oleh Institut Teknologi dan Bisnis Haji Agus Salim Bukittinggi, Sabtu (16/11/2024) di Gedung Tri Arga Istana Bung Hatta, Kota Bukittinggi.

Dalam paparannya, Rocky Gerung mengkritisi kurangnya kecerdasan diplomasi dalam kebijakan luar negeri Indonesia saat ini. Ia menyoroti contoh pernyataan bersama antara Indonesia dan Tiongkok terkait evaluasi klaim batas laut di Laut Cina Selatan.

"Indonesia seharusnya tidak perlu membuat pernyataan bersama yang memungkinkan Tiongkok memperkuat klaimnya di Laut Cina Selatan. Klaim Tiongkok tidak memiliki dasar hukum internasional berdasarkan UNCLOS," ujar Rocky.

Menurutnya, langkah tersebut menimbulkan keresahan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara Asia Pasifik lainnya seperti Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam, dan Jepang. Mereka khawatir Indonesia memberikan peluang bagi Tiongkok untuk memperluas pengaruhnya di kawasan.

"Indonesia terlihat kurang cerdas karena seolah mempersilakan Tiongkok melanjutkan klaimnya. Hal ini menunjukkan kita kekurangan diplomat seperti Haji Agus Salim yang mampu mendeteksi isu dan mempertahankan argumen sebelum pernyataan bersama dibuat," tambahnya.

Pentingnya Kemampuan Diplomasi dan Kecerdasan Otak

Rocky menekankan bahwa diplomasi membutuhkan kecerdasan otak dan keahlian bersilat lidah. Ia mengajak generasi muda untuk belajar dari Haji Agus Salim dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan dialektis.

"Kita harus menghidupkan kembali budaya perdebatan dan berpikir dialektis. Pikiran hanya disebut pikiran jika ada yang menentangnya. Di ruang kelas, argumen antara guru dan murid harus setara. Jangan halangi murid untuk mengkritik guru," tuturnya.

Ia menyoroti bahwa sistem pendidikan saat ini kurang memberikan ruang bagi pengembangan dialektika. Menurutnya, kurikulum pendidikan perlu mengajarkan logika dan dialektika seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Minangkabau, termasuk Tan Malaka dengan konsep Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika).

"Fondasi berpikir dialektis harus kembali diajarkan agar generasi muda mampu berargumen dan tidak sekadar mengangguk. Kita ingin dari Minangkabau yang kaya dengan pedagogi dan kemampuan berpikir dialektik, muncul kembali dalam politik," ujarnya.

Menggali Kembali Pemikiran Tokoh Minang

Rocky mengajak masyarakat Sumatra Barat untuk menggali kembali pemikiran-pemikiran bermutu dari tokoh-tokoh daerah. Ia menyebutkan bahwa ide-ide seperti solidaritas manusia yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta dan hak-hak buruh yang diperjuangkan oleh Sutan Sjahrir masih relevan hingga kini.

"Kita kembali untuk memikirkan sesuatu yang belum tereksplorasi, tapi mengendap dalam sejarah pengetahuan kita. Pikiran-pikiran bermutu dari tanah Minang ini harus dihidupkan kembali di dunia," katanya.

Menurut Rocky, kekayaan intelektual dari tanah Minang dapat berkontribusi dalam mengatasi kemiskinan pikiran yang terjadi saat ini. Ia menyoroti rendahnya IQ nasional Indonesia yang perlu ditingkatkan melalui pendidikan yang berkualitas.

"Kita ingin Sumatra Barat kelebihan pikiran dan bisa menyubsidi negeri ini yang kekurangan pikiran. IQ nasional kita tinggal 78, sementara Singapura 115 dan Vietnam 105. Bagaimana kita mau wujudkan bonus demografi kalau kemampuan kita mengolah kecerdasan dibatalkan oleh kebudayaan yang sok paham," ungkapnya.

Kritik terhadap Sistem Pendidikan dan Budaya Populer

Rocky juga mengkritisi fenomena "fear of missing out" (FOMO) yang membuat generasi muda cenderung mengikuti arus tanpa berpikir kritis. Ia menekankan pentingnya berpikir mandiri dan tidak terjebak dalam psikologi massa.

"Anak-anak muda masuk dalam jebakan psikologi FOMO, takut kalau tidak punya pegangan simbol seseorang. Semua ingin jadi kandidat, tapi apa itu kandidat? 'Kanda di mana, dinda mendekat', untuk apa? Untuk dapat amplop? Ini yang terjadi sekarang, politik berkongsi demi amplop," katanya.

Ia juga menyoroti kebijakan pendidikan yang menurutnya kurang tepat, seperti keinginan mengajarkan matematika kepada anak usia dini tanpa memperhatikan aspek pedagogi yang benar.

"Pedagogi macam apa itu? Di seluruh dunia, anak TK diajar bermain supaya imajinasinya tumbuh. Kita harus memahami bahwa imajinasi datang dari kehidupan yang sifatnya dialektis," tegasnya.

Rocky mengapresiasi karya-karya seniman seperti Arief Malinmudo yang mampu mengolah imajinasi dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi. Menurutnya, kreativitas dan imajinasi adalah kunci dalam mengembangkan kemampuan berpikir.

"Hal yang dilakukan Arief adalah standar dalam artian positif. Ia memiliki kemampuan untuk mengolah imajinasinya dan membenturkannya dengan problem yang bakal dihadapi. Jadi, diantisipasi," ujarnya.

Mengembalikan Kekuatan Berpikir ke dalam Politik

Dalam kesempatan tersebut, Rocky mengajak semua pihak untuk mengembalikan kekuatan berpikir ke dalam politik. Ia menegaskan bahwa politik harus diisi oleh orang-orang yang memiliki dalil dan mampu berargumen, bukan sekadar mengejar kekuasaan.

"Kita ingin mengembalikan kekuatan berpikir ke dalam politik supaya kita bisa menghalangi dari sekarang orang-orang yang tidak kompeten menguasai republik kita," pungkasnya.

Acara tersebut diadakan dalam rangka memperingati 70 tahun wafatnya Haji Agus Salim. Selain Rocky Gerung, talkshow juga diisi oleh pembicara lainnya yang membahas kontribusi Haji Agus Salim bagi Indonesia.

Dengan memahami dan menerapkan pemikiran Haji Agus Salim, Rocky berharap generasi muda mampu menghadapi tantangan global dan membawa Indonesia menuju kemajuan.

"Kita harus belajar dari metode Haji Agus Salim yang mampu memutuskan menjadikan agama dan moral sebagai salah satu hal fundamental untuk memperpanjang peradaban," tutupnya. (*/yki)

Baca Juga

Kelincahan Haji Agus Salim Menarik Hati Orang India
Kelincahan Haji Agus Salim Menarik Hati Orang India
Sebut Haji Agus Salim Mirip Kambing, Rocky Gerung Dilaporkan ke Polda Sumbar
Sebut Haji Agus Salim Mirip Kambing, Rocky Gerung Dilaporkan ke Polda Sumbar
Libur Natal, 4.905 Kendaraan Melintas di Tol Padang-Sicincin
Libur Natal, 4.905 Kendaraan Melintas di Tol Padang-Sicincin
Dai Asal Gaza Safari Dakwah di Masjid Nurul Furqan Padang Panjang
Dai Asal Gaza Safari Dakwah di Masjid Nurul Furqan Padang Panjang
Seminggu Periode Nataru, KAI Divre Sumbar Layani 42.927 Penumpang
Seminggu Periode Nataru, KAI Divre Sumbar Layani 42.927 Penumpang
Pj Wako Padang Buka Festival Sepakbola U-12, Harapkan Lahir Generasi Emas
Pj Wako Padang Buka Festival Sepakbola U-12, Harapkan Lahir Generasi Emas