Menakar Kekuatan Calon Wali Kota Padang

Konfigurasi nama-nama calon Walikota Padang menjelang pendaftaran calon kepala daerah sudah mengarah pada kestabilan. Jika tidak ada guncangan hebat dalam konstelasi politik di tingkat nasional dan lokal Sumatera Barat, sepertinya hanya akan ada tiga pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang akan berkompetisi dalam Pilkada serentak pada 27 November 2024 mendatang. Ketiga nama tersebut adalah Fadly Amran-Maigus Nasir, Hendri Septa-Hidayat dan Muhammad Iqbal-Amasrul. 

Bahkan sosialisasi telah dilakukan oleh ketiga pasang calon iniuntuk memperkenalkan diri mereka kepada warga Kota Padang. Memang pada tahapan sosialisasi ini mereka hanya menggunakan media pajang luar ruang seperti baliho, spanduk dan poster.

Namun, seiring dengan mendekatnya waktu pendaftaran pada tanggal 27-29 Agustus ini, masing-masing pasangan calon kepala daerah ini juga semakin intensif memanfaatkan semua media sosial yang ada. Tujuannya agar masyarakat semakin mengenal calon walikota dan wakil walikota tersebut sehingga layak dipertimbangkan sebagai calon pemimpin mereka ke depan. 

Pertanyaannya sekarang, bagaimana peta kekuatan yang dimiliki oleh ketiga pasang calon yang akan mendaftar dalam Pilkada mendatang? Akankah kontestasi tersebut akan berlangsung ketat?  Untuk menjelaskan pertanyaan tersebut, tentu perlu melihat sejumlah fakta dan data sebagai parameter untuk membandingkan potensi masing-masing pasangan calon yang bertanding dalam Pilkada tersebut.

Walaupun apa yang akan saya jelaskan ini cenderung umum dan mengabaikan beberapa variebl penting yang luput dari pengamatan yang dilakukan. Sebab untuk memahami faktor yang menentukan kemenangan pasangan calon dalam Pilkada membutuhkan kajian yang mendalam. Walaupun begitu, bukan berarti dengan beberapa variabel yang dianggap penting dan digunakan oleh pasangan calon dalam sosialisasi diri tidak bisa menjelaskan dua pertanyaan di atas. 

Kekuatan Dukungan

Variabel penting yang perlu diamati guna mengetahui kekuatan pasangan calon kepala daerah ini adalah apa sumber daya yang dimiliki oleh pasangan calon tersebut dan bagaimana mereka memanfaatkannya dalam Pilkada. Paling tidak, ada tiga hal utama yang dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan oleh pasangan calon guna mengikuti Pilkada ini.

Pertama adalah partai politik. Partai politik menjadi variabel penting dalam mendukung pasangan calon yang akan maju dalam Pilkada. Keberadaan partai politik ini cukup menentukan, terutama untuk mendaftar ke KPU.

Dalam UU No.10 tahun 2016 ditegaskan bahwa pasangan calon kepala daerah hanya bisa mendaftar sebagai kandidat kepala daerah, melalui partai politik atau gabungan partai politik yang memiliki minimal 20 persen kursi yang ada di DPRD. Memang dalam UU pemilihan gubernur, bupati dan wali kota tersebut juga dimungkinkan mendaftar melalui jalur independen. Namun, jalur ini jarang sekali dimanfaatkan oleh bakal calon kepala daerah karena persyaratan yang dibebankan pada bakal calon yang berat, rumit dan merepotkan. 

Jika dilihat dari dukungan partai politik ini, pasangan Fadly Amran-Maigus Nasir memiliki keunggulan dukungan dibandingkan pasangan calon yang lain. Fadly-Maigus didukung oleh enam partai politik pengusung, yaitu Partai Nasdem, PPP, Golkar, PKB, PDIP dan Partai Ummat dengan jumlah kursi dukungan di DPRD Kota Padang sebanyak 22 kursi.

Sementara pasangan Hendri Septa-Hidayat hanya didukung oleh dua partaisaja, yaitu PAN dan Partai Gerindra dengan jumlah kursi dengan jumlah 12 kursi. Sedangkan pasangan Muhammad Iqbal-Amasrul mendapat dukungan penuh dari gabungan kursi PKS dan Partai Demokrat dengan jumlah 11 kursi.

Ketiga pasang calon tersebut sudah memenuhi syarat untuk mendaftar ke KPU Kota Padang, karena nilai ambang batas jumlah kursi yang disyaratkan oleh UU hanya 9 kursi saja. 

Lalu, apakah dukungan partai politik untuk pendaftaran saja cukup? Tentu tidak. Partai politik yang mendukung harus menggerakkan mesin politiknya. Mesin utama partai politik ini adalah kader partai yang militan yang bekerja tanpa kenal lelah untuk memenangkan pasangan calon kepala daerah yang mereka dukung. Sayangnya untuk menggerakkan mesin politik ini juga dibutuhkan logistik yang besar dan berkesinambungan hingga menjelang pemilihan.

Sejauh ini, mesin politik PKS masih dianggap efektif berjalan dengan kadernya yang militan di akar rumput. Walaupun tanpa logistik yang banyak sekali pun mereka bisa bekerja sistematis dan terukur. Tentu ini menjadi kelebihanpasangan Iqbal-Amasrul dalam pemilihan Wali Kota Padang. 

Kedua, hal yang juga menentukan kemenangan adalah jaringan relawan yang mendukung pasangan calon kepala daerah. Kekuatan mesin partai politik hanya bisa diimbangi oleh jaringan relawan di akar rumput untuk meyakinkan masyarakat memilih pasangan calon yang mereka kampanyekan.

Dari banyak pemberitaan media dan konsolidasi yang dilakukan sepertinya jaringan relawan Fadly-Maigus ditenggarai berjumlah ribuan sangatlah solid. Tentu ini menjadi kekuatan Fadly-Maigus dalam menghadapi Pilkada di Kota Padang ini.

Memang pasangan calon lain juga memiliki relawan, namun sejauh pengamatan di lapangan belum terlihat pola kerja dan efektifitasnya sehingga sulit diidentifikasi apa yang sudah dilakukan relawan pasangan calon kepala daerah lain. Tentu ini ikut mempengaruhi tugas yang mereka lakukan di akar rumput.

Ketiga, hal lain yang juga tidak kalah penting dalam Pilkada ini adalah "bahan bakar" untuk menggerakkan mesin partai dan jaringan relawan. Bahan bakar yang dimaksud adalah ketersediaan logistik yang dapat menggerakkan relawan untuk melakukan sosialisasi dan mengkampanyekan pasangan calon yang mereka dukung. Dapat dibayangkan berapa banyak logistik yang harus disediakan agar mesin politik partai dan jaringan relawan bisa bekerja secara masif.

Karenanya tidak heran, demokrasi prosedural yang dilaksanakan ini dibenarkan melakukan fund raising untuk pembiayaan kampanye bagi pasangan calon kepala daerah. Walaupun begitu tentu ada batasan dari pengumpulan dan kampanye ini sesuai dengan aturan yang berlaku serta diaudut dan dilaporkan di akhir masa kampanye ke KPU.

Bagaimana pun tentu tidak hanya tiga variabel di atas yang akan menentukan. Keterbatasan ruang dalam tulisan ini menyebabkan Saya perlu memilih beberapa variabel penting yang sangat dibutuhkan pasangan kepala daerah dalam Pilkada.

Variabel lain juga akan berkontribusi sepanjang dapat dikombinasikan dengan variabel di atas menyusun strategi kemenangan dalam Pilkada tersebut.*

Prof. Dr. H. Asrinaldi, S.Sos., M.Si adalah pakar politik Indonesia dari Universitas Andalas (Unand)

Baca Juga

Kepolisian Resor Padang Pariaman berhasil menangkap IS (28), tersangka kasus pembunuhan Nia Kurnia Sari (18), seorang gadis penjual gorengan,
Tersangka Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan Sembunyi di Loteng Rumah saat Penangkapan
Polisi menetapkan satu orang tersangka dalam kasus meninggalnya Nia Kurnia Sari (18), gadis penjual gorengan di Kabupaten Padang Pariaman,
Breaking News: Polisi Tangkap Tersangka Pembunuh Gadis Penjual Gorengan di Padang Pariaman
lowongan BCA
Sumbar Juara Tingkat Pengangguran Tertinggi di Pulau Sumatra
Jelang Lebaran 1445 Hijriah/, PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Sumatra Barat memastikan pasokan listrik di Sumbar aman. Selain
Pemprov Klaim Rasio Elektrifikasi Sumbar Capai 99,9 Persen
Langgam.id-Asrinaldi
PKS Cabut Dukungan di Pilkada Dharmasraya, Pengamat: Bentuk Pragmatisme Politik
Semen Padang harus tumbang 1-2 dari Malud United pada laga pekan keempat BRI Liga 1 2024/2025, Jumat (13/9/2024). Ini merupakan kekalahan
Gantikan Hendri Susilo, Semen Padang FC Bidik Pelatih Asing