Seperti yang semua orang ketahui pada era saat ini di mana media memegang peran yang sangat penting dan dominan dalam proses pembentukan suatu budaya dan juga identitas masyarakat serta konsep resistensi pada budaya juga berubah menjadi relavan. Resistensi budaya juga menunjukkan upaya setiap orang atau pun kelompok untuk melawan adanya pengaruhmedia yang tidak sesuai terhadap budaya mereka.
Resistensi budaya ialah tindakan penolakan pada dominasi media dalam pembentukan budaya dan juga identitas setiap orang yang mempengaruhi budaya masyarakat. Seperti teori hegemoni yang disampaikan oleh Antonio Gramsci dan teori subkultur oleh Stuart Hall yang telah memberikan kerangka untuk memahami bagaimana budaya dapat diperdebatkan serta direbut kembali oleh orang-orang atau kelompok yang lebih kecil.
Pada umumnya ada beberapa strategi dalam resistensi budaya meliputi penggunaan media alternatif atau media independen untuk memberikan suara pandangan yang berbeda, pembentukan komunitas online atau offline yang berbagi nilai-nilai yang sama, serta penggunaan taktik subversif atau parodi untuk mengkritik budaya populer yang dianggap merugikan.
Salah satu contoh strategi resistensi budaya dalam media yaitu adanya kampanye boikot pada perusahaan media besar yang dianggap memonopoli informasi, pembuatan konten yang menentang stereotip dalam budaya populer, dan pembentukan komunitas online yang mendukung keragaman budaya dan perspektif.
Resistensi budaya dapat memiliki dampak yang signifikan dalam masyarakat modern. Di satu sisi, resistensi budaya dapat memperkaya keragaman budaya dan memberikan suara kepada kelompok-kelompok yang sebelumnya tidak terwakili dalam media mainstream. Akan tetapi di sisi lain, resistensi budaya juga dapat menyebabkan konflik dan polarisasi dalam masyarakat, serta mengancam stabilitas sosial jika tidak dikelola dengan baik.
Sebagai contoh, gerakan #MeToo merupakan contoh kuat dari resistensi budaya dalam media, di mana korban pelecehan seksual menggunakan media sosial untuk menyuarakan pengalaman mereka dan menuntut perubahan dalam budaya pekerjaan dan media. Selain itu, gerakan DIY (Do It Yourself) dan subkultur seperti punk rock juga menunjukkan bagaimana individu dan kelompok menggunakan media untuk mengekspresikan ketidaksetujuan mereka terhadap norma-norma budaya yang ada.
Adanya pemahaman yang lebih baik tentang resistensi budaya dalam konteks media dapat membantu kita menghargai keragaman budaya dan perspektif yang ada dalam masyarakat modern. Rekomendasi yang mungkin termasuk pendukungan terhadap media alternatif dan independen, pendidikan tentang pentingnya kritis terhadap media, dan pengembangan kerangka kerja regulasi media yang mempromosikan keragaman dan inklusi.
Dalam kesimpulan, resistensi budaya dalam konteks media merupakan fenomena yang kompleks dan penting dalam masyarakat modern. Dengan memahami strategi yang digunakan dalam resistensi budaya dan dampaknya dalam masyarakat, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mempromosikan keragaman budaya dan perspektif yang lebih inklusif dalam media.
Penulis: Andini Putri Caniago (Mahasiswi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)