Langgam.id - Mengantisipasi pelanggaran pemilu, terkait politik uang dan isu Suku Agama Ras dan Antar Golongan (SARA), Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Pasaman Barat menggandeng komunitas seni budaya dan elemen masyarakat.
Setiap pemenetasan seni budaya diharapkan mampu menyampaikan pesan-pesan pengawsan, agar partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) meningkat.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, politik uang, Sara dan kampanye hitam menjadi hal yang perlu diawasi oleh Bawaslu dan masyarakat dari segi Pengawasan partisipatif, mengingat minimnya jumlah petugas Bawaslu baik ditingkat kecamatan, nagari hingga di TPS.
Ketua Bawaslu Pasaman Barat, Embra Patria mengatakan, guna mengoptimalkan pengawasan Bawaslu sengaja melibatkan sejumlah elemen kesenian di Pasaman Barat sebagai salah satu media penyampaian pesan pesan pengawasan pemilihan kepala daerah di Pasaman Barat.
"Kelompok kesenian dan budaya dalam praktek nya selalu bersentuhan dengan masyarakat, sehingga dinilai efektif menyampaikan pesan pengawasan dan lebih mudah diterima," ujarnya, Rabu (04/12/2019).
Embra Patria menambahkan, Bawaslu melibatkan kesenian dan budaya tiga etnis besar di Pasaman Barat yakni, kesenian Suku Minangkabau, Suku Mandailing dan Suku Jawa. Perwakilan pegiat kesenian tiga suku itu sengaja diundang dan diberikan penjelasan dan sosialisasi tentang pentingnya pengawasan partisipasi kepada masyarakat, melalui bait pantun, dan lirik di masing masing bidang dan disampaikan saat melakukan pementasan.
"Tiga jenis kesenian ini terus menerus tampil di tengah masyarakat, kami akan berusaha bekerjasama dengan pegiat kesenian agar semua pesan pengawasan sampai kepada masyarakat, baik menggunakan bahasa atau lirik kesenian mereka," ungkapnya.
Sementar itu, Koordinator Pengawasan Humas dan Hubal Bawaslu Sumatera Barat, Vifner meminta peran serta semua elemen ikut mengawasi pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak di 23 September 2020 mendatang. Semua pegiat kesenian bisa menyampaikan pesan pengawasan melalui pantun atau syair sesuai dengan kebudayaan daerah serta suku masing-masing.
"Kami berharap semua pegiat kesenian bisa ikut menyampaikan pesan pengawasan pemilu di sekitar lingkungan dan tempat pementasan," ujarnya.
Menurutnya, politik uang merupakan hal paling rawan selama pelaksanaan Pilkada di Sumatera Barat, khusus di Pasaman Barat. Bawaslu sudah menggelar sosialisasi secara masif dan pengawasan saat tahapan dan pelaksanaan pemilu, hingga masa pemungutan suara nantinya.
"Selama pemilu lalu petugas sudah membuat sejumlah regulasi pencegahan, pengawasan hingga penindakan terhadap pelanggaran pemilu," ungkapnya.
Dia menambahkan, beberapa poin yang perlu diantisipasi, diantaranya kegiatan politik uang atau money politik, politik indetitas, politik suku, agama, oligarki politik dan kampanye hitam, beberapa item tersebut dinilai mengancam dan bisa merusak demokrasi di Indonesia.
"Selama proses pengawasan kita berharap semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam tahapan pemilu, salah satunya dengan cara melaporkan peristiwa atau pelanggaran pemilu yang," jelasnya.
Rencananya kedepan Bawaslu akan melibatkan elemen lain sebagai mitra untuk menciptakan pemilu yang bersih dan aman, serta menghasilkan pemimpin yang berkualitas berdasarkan demokrasi. (Iyan/ZE)