Seekor anak harimau Sumatera berjenis kelamin betina yang baru saja berusia 16 hari dikabarkan mati di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Harimau itu diduga mengidap tympani (kembung pada bagian perut) sehingga menyebabkan ganguan terhadap pencernaan.
Anak harimau itu diperkirakan mati pada Kamis (27/12) pukul 3.45 WIB. Petugas melihat anak harimau Sumatera tersebut sudah dalam kondisi kaku pada pukul 06.00 WIB.
"Berdasarkan keterangan sementara dari pihak pengelola dan tim medis TMSBK, bayi ini mengalami kembung sehingga berakibat pada pencernaannya," kata Kepala BKSDA Sumatera Barat, Erly Sukrismanto, Senin (31/12).
Menurutnya, tim medis masih melakukan kajian mendalam dengan memeriksa sejumlah organ vital di klinik Balai Pengujian Penelitian Veteriner (BPPV) Regional II Baso. Ia tidak memungkiri matinya anak harimau Sumatera karena tertular penyakit.
Apalagi, kata dia, bayi harimau betina ini ukurannya lebih kecil. Sehingga rentan terpapar penyakit.
"Meski hasil diagnosa kematiannya disebabkan oleh tympani, kami meminta kepada tim medis untuk melakukan kajian lebih mendalam lagi. Kami juga meminta tim medis untuk kembali memeriksa darah dan organ-organ vital harimau," katanya.
Ia menyebutkan, BKSDA Sumatera Barat juga akan menurunkan tim untuk menginvestigasi menyeluruh, terkait kematian anak harimau tersebut.
"Kita akan cek kelayakan kandang dan sistem perawatan. Kalau ada unsur keteledoran, maka tentu akan ada sanksinya," katanya.
Sebelumnya, anak harimau betina ini lahir bersamaan dengan anak harimau lainnya berjenis kelamin jantan. Kedua harimau ini lahir pada Minggu 16 Desember 2018 kemarin.