Langgam.id - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) turut berdampak terhadap omzet 346 Pertashop yang ada di Sumatra Barat (Sumbar). Sejak harga BBM semakin mahal, ratusan Pertashop itu malah mengalami penurunan omzet yang drastis hingga 60 persen.
Menyikapi hal itu, para pengelola Pertashop di Sumbar juga berinisiatif untuk membentuk perhimpunan yang dinamai Pertashop Sumbar Bersatu, sebagai wadah untuk mencarikan solusi atas permasalahan yang terjadi.
"Sejak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Agustus alu, omzet penjualan di Pertashop turun drastis. Penurunan omzet Pertashop berkisar 50 hingga 60 persen, bahkan lebih. Kondisi ini, terjadi hingga kini, walau harga Pertama sedikit turun. Sehingga, banyak Mitra Pertashop, kewalahan memenuhi biaya operasional, termasuk pembayaran pembiayaan," ujar Ketua Umum Pertashop Sumbar Bersatu, Ramadanur melalui rilis yang diterima langgam.id, Selasa (4/10/2022).
Menurut Ramadanur, anggota Pertashop Sumbar Bersatu juga sudah menggelar temu ramah dan diskusi di Novotel Bukittinggi, Rabu (28/9/2022).
Setelah diskusi dua kali, kata Ramadanur, mencuat persoalan lebarnya disparitas harga BBM jenis Pertamax-92 yang dijual di Pertashop, dengan BBM jenis Pertalite yang dijual di SPBU maupun kios-kios pedagang eceran yang menjadi salah satu penyebab Pertashop mengalami penurunan omzet.
"Kami berharap, disparitas harga Pertamax-92 dan Pertalite yang begitu lebar, dapat diperkecil," ucap Ramadanur.
Selain persoalan disparitas harga, pengurus dan anggota Pertashop Sumbar Bersatu juga meminta agar perpanjangan kontrak atau pengurusan dokumen kontrak Pertashop kembali ke persyaratan awal. Yakni, Surat Rekomendasi Desa atau Nagari, ada Badan Usaha sehingga ada NPWP, dan memenuhi standar HSSE Pertamina.
Karena, tidak memungkinkan bagi Mitra Pertashop, memiliki syarat kontrak seperti SLF (Sertifikat Laik Fungsi) untuk pendirian SPBU. Sepatutnya, persyaratan pendirian Pertashop sampai PBG saja.
"Ada banyak aspirasi disampaikan teman-teman Mitra Pertashop, dalam temu ramah Pertashop Sumbar Bersatu di Bukittingi. Nanti, aspirasi itu akan kami sampaikan tertulis kepada stakholders terkait. Yang jelas, kami berterima kasih kepada SAM Pertamina Patra Niaga Wilayah Sumbar, karena sudah menghadiri temu ramah Pertashop Sumbar Bersatu di Bukittinggi," jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Umum Pertashop Sumbar Bersatu, M Fajar Rillah Vesky juga meminta agar disparitas harga dapat diperkecil. "Iya, besar harapan kami, agar harga Pertamax-92 terjangkau oleh masyarakat di perdesaan, tempat Pertashop banyak berada. Apalagi, seperti pernah disampaikan Dirut Pertamina, Ibu Nicke Widyawati, Pertashop itu bersifat affordability, karena harganya terjangkau oleh masyarakat," ucap Fajar.
Lalu, Sales Area Manager (SAM) Pertamina Patra Niaga Wilayah Sumbar, Narotama Aulia Fazri mengatakan, Sumbar merupakan provinsi paling banyak memiliki Pertashop di Sumatra Bagian Utara (Sumbagut), yang meliputi Sumut, Sumbar, Riau, dan Jambi.
Hingga September 2022, kata Narotama, jumlah Pertashop di Sumbar mencapai 346 lokasi. Satu lokasi, rata-rata punya satu modular, tapi ada juga yang dua modular.
"Sampai September 2022, di Sumbar sudah terdapat 346 titik Pertashop. Paling banyak dari provinsi lain di Sumbagut. Keberadaan Pertashop telah menjangkau penduduk yang berada di wilayah sangat jauh. Karenanya, Pertamina tetap memikirkan kondisi Pertashop. Apalagi penjualan di Pertashop menjadi bumper penjualan Pertamina," ujarnya.
Baca juga: Mendagri Minta Pemda Mempermudah Perizinan Usaha Pertashop
Menurut Narotama, saat ini memang terjadi penurunan penjualan BBM Non Subsidi di Sumbar, termasuk penjualan BBM di Pertashop. Untuk itu, Pertamina Sumbar berusaha menumbuhkan ekosistem bisnis di Pertashop, bekerjasama dengan PT. Pupuk Indonesia dan PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Perseroan Tbk.
"Kita berupaya mengintegrasikan Pertashop dengan Pupuk Indonesia dan BRILink," katanya.
—