Cerita Pedagang Buku Bekas di Pasar Raya Padang yang Bertahan di Tengah Gempuran Zaman

Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Saat ini, sejumlah pedagang buku bekas di Pasar Raya Padan bertahan berjualan

Salah satu pedagang buku bekas di Pasar Raya Padang yang masih bertahan hingga saat ini. [foto: Nandito Putra/langgam.id]

Berita Padang - berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Saat ini, sejumlah pedagang buku bekas di Pasar Raya Padang masih bertahan untuk berjualan meski jumlah pengunjung tidak seramai dulu.

Langgam.id - Eri (59), terlihat sedang merapikan komik-komik dan majalah bekas. Kegiatan itu ia lakukan saban hari, walau sebenarnya tidak ada yang perlu dirapikan.

Eri merupakan salah satu pedagang buku bekas yang berlokasi di Pasar Raya Padang. Tepatnya di lantai dua pasar bertingkat.

Pelajar di Padang di era 90-an sampai 2000-an kerap menyebut tempat itu sebagai pasar loak (barang bekas) atau pasar burung. Sebab di sana juga terdapat penjual burung peliharaan.

Selain buku, di sana juga terdapat penjual pakaian bekas yang lokasinya terpisah satu blok dari lokasi toko buku bekas.

Kini, di tengah gempuran komik yang tersedia di situs online, Eri masih bertahan, walau sepi peminat.

Hampir seluruh buku yang ia panjang merupakan komik. Selain komik, ia juga menyediakan majalah bekas, seperti majalah Pengantin Muslimah, Misteri, KartiniParas dan lainnya.

Rata-rata, majalah itu terbitan tahun 2000-an. Koleksi paling baru, misalnya, majalah Anggun terbitan 2007.

Eri, sudah puluhan tahun menjual dan menyewakan komik bekas di sana. “Sudah 30 tahun lebih di sini,” kata Eri, kepada langgam.id, Rabu (9/2/2022).

Eri mengatakan, buku dan majalah bekas, termasuk komik, ia peroleh dari pengepul. Biasanya, kata Eri, orang “kaya” atau kantor-kantor banyak yang langganan majalah perempuan.

“Ketika ada yang pindah rumah, atau sudah menumpuk, mereka akan menjual atau menyerahkan ke pengepul,” kata dia.

Saat saya berkunjung ke pasar loak, kebanyakan gerai-gerai toko buku itu dalam kondisi tutup. Di lokasi itu, ada 10 toko buku. Tapi yang buka hanya empat toko.

“Mulanya ada 16 toko, tapi sekarang ini saja yang tersisa,” kata Eri. Ia tidak tahu mau sampai kapan bertahan.

“Ya beginilah, kalau saat ini kadang ada yang datang, dapat 20 ribu sudah besar sekali. Kadang tidak ada satupun,” katanya.

Tergerus Zaman, Sepi Peminat

Sebelum pengguna smartphone tidak semarak saat ini, Eri mengatakan, dalam sehari bisa mendapat penghasilan 50-100 ribu. Selain menjual buku bekas, ia juga menyewakan komik.

“Dulu setiap sore, di sini banyak anak sekolah yang datang membaca komik, sekarang karena sudah ada HP, sudah jarang sekali,” kata Eri.

Eri mematok harga sewa per buku sebesar Rp3.000. “Di sini dulu ada taman baca juga, jadi bayar dan bisa baca sepuasnya,” kata dia.

Salah seorang pengunjung, Ratih (43), mengatakan, semasa sekolah dulu, setiap akhir pekan, ia selalu mengunjungi pasar loak. Menurut dia, waktu itu, mayoritas pengunjung adalah para pelajar.

“Kadang tidak hanya baca, tapi juga ada yang pergi pacaran,” kata dia, sembari tertawa.

Namun, kini semuanya telah berubah. “Tak ada seperti dulu lagi, bahkan sebelum pandemi ini, juga jarang ada anak sekolah yang datang,” kata dia.

Hari ini, secara kebetulan, Ratih datang berkunjung. Ia mengatakan ingin bernostalgia dan mengenang masa remajanya.

Sebab, kata Ratih, di pasar loak pulalah, sewaktu remaja, ia bertemu dengan sang kekasih, yang kini sudah menjadi suaminya.

“Tidak kepikiran juga tadi mau ke sini, awalnya mau potong rambut, eh main-main lah ke sini sebentar,” tutur ibu tiga anak ini.

Salah seorang penjaga toko, Neti mengatakan, sejak pandemi, pengunjung pasar loak menurun drastis. “Jauh berbeda dengan dulu,” katanya.

Selain itu, kata Neti, tantangan lainnya bagi pedagang buku bekas yaitu keberadaan toko online, yang menjual buku dengan harga miring.

“Yang jualan online harganya lebih murah, karena mungkin saja itu buku bajakan,” kata dia.

Neti sudah 18 tahun bekerja sebagai penjaga toko buku di pasar loak. Kata dia, toko buku tempatnya bekerja sudah berusia lebih dari setengah abad.

“Soalnya yang punya toko ini sudah berumur 50 tahun, dan ini dulu adalah usaha yang diturunkan dari orang tua,” kata Neti.

Di tokonya, Neti menjual beragam buku pelajaran, khususnya buku perkuliahan. Buku itu ia peroleh langsung dari penerbit. Beberapa buku bekas dengan kondisi baik juga tersedia.

Baca juga: Mengaku Usaha Mereka ‘Dibunuh’, Pedagang Toko Pasar Raya Padang Minta Cabut Perwako 438

Perempuan 38 tahun ini mengatakan, harga buku yang ia jual dalam kondisi baru, tidak jauh berbeda dengan yang dijual toko buku besar.

“Di sini kita kasih diskon, kalau buku itu agak langka, harganya akan sedikit mahal,” kata Neti.

Dapatkan update berita Padang – berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini dari Langgam.id. Mari bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update, caranya klik https://t.me/langgamid, kemudian join. Anda harus instal aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca Juga

Bantah Maigus Nasir Pernah Divonis Korupsi, Mantan Pejabat Kejagung: Fitnah
Bantah Maigus Nasir Pernah Divonis Korupsi, Mantan Pejabat Kejagung: Fitnah
Temui Penyandang Disabilitas di Kuranji, Fadly Amran Janjikan Kota Inklusif
Temui Penyandang Disabilitas di Kuranji, Fadly Amran Janjikan Kota Inklusif
Pulihkan Ekonomi Kota Padang, Fadly Amran Bakal Revitalisasi Pasar Raya
Pulihkan Ekonomi Kota Padang, Fadly Amran Bakal Revitalisasi Pasar Raya
Fadly Amran Janji Jadikan Padang Kota Sehat
Fadly Amran Janji Jadikan Padang Kota Sehat
Balanjuang dengan Warga Kuranji, Fadly Amran Berkomitmen Jadi Pemimpin yang Melayani
Balanjuang dengan Warga Kuranji, Fadly Amran Berkomitmen Jadi Pemimpin yang Melayani
Fadly Amran Janjikan UMKM Naik Kelas untuk Sejahterakan Masyarakat Padang
Fadly Amran Janjikan UMKM Naik Kelas untuk Sejahterakan Masyarakat Padang