Langgam.id - Sebuah pusat produksi dan pemasaran kuliner sedang dibangun di Kota Padang. Sentra rendang, pusat kuliner itu, diharapkan bisa jadi ikon wisata baru di ibu kota Provinsi Sumatra Barat (Sumbar)
tersebut.
Pusat kuliner ini memang khusus dibangun untuk rendang. Kuliner asli Ranah Minang tersebut sempat beberapa kali dinobatan CNN Internasional sebagai makanan terlezat di dunia.
Wali Kota Padang Hendri Septa menuturkan, pengerjaan sentra itu hampir selesai. Berdiri di areal seluas lebih dari 5 ribu meter persegi, posisinya berada di arah belakang kantor camat Koto Tangah, di Lubuk Buaya.
Pengerjaannya sudah berlangsung lebih tujuh bulan, bila dihitung dari awal pembangunan yang ditandai dengan peletakan batu pertama pada Selasa (25/5/2021) tahun lalu.
Biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran dan Pendapat Belanja Negara (APBN) pada pos dana alokasi khusus di Kemenperin.
"Alhamdulillah, progres pembangunan gedungnya sesuai waktu yang ditentukan," kata Hendri, Kamis (6/1/2022).
Dikatakannya, akan ada empat gedung di sentra tersebut. Selain gedung promosi, juga ada gedung produksi, kantor serta gedung utilitas. Penunjangnya, akan ada tempat bermain anak, pos jaga dan juga taman.
Pembangunannya akan berlanjut pada 2022 ini. Biayanya dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Padang.
Hendri mengemukakan hal tersebut saat bertemu dengan usahawan industri kecil menengah (IKM) rendang, pada Kamis (6/1/2022). Dalam pertemuan di rumah dinas wali kota di Jalan Ahmad Yani, Padang itu, turut hadir pegiat ekonomi kreatif dan pejabat organisasi perangkat daerah.
Menurutnya, pusat kuliner khusus rendang ini sejalan dengan misinya ingin menjadikan Padang jadi pusat perdagangan dan ekonomi kreatif.
Hendri menuturkan, selain jadi ruang produksi dan juga pemasaran, sentra rendang bisa jadi tempat pelatihan serta pengembangan IKM rendang, jadi tempat wisata serta litbang dan tempat belajar soal rendang.
Ia juga mengharapkan, muncul inovasi yang baru dalam sajian rendang. "Kita harapkan meningkatkan sektor perdagangan dan pariwisata di Kota Padang," ujar dia.
Kepala Disnakerin Pemko Padang Dian Fakri menyebut, pembangunan menghabiskan Rp27 miliar dari APBN. Fasilitasi kepada IKM rendang di tempat khusus, ia harapkan dapat meningkatkan kualitas sesuai prinsip produksi pangan olahan yang baik.
"Masing-masing IKM rendang nantinya kita harapkan dapat mempergunakan ruang produksi sendiri dengan tata letak yang sebelumnya sudah mengaplikasikan prinsip-prinsip good manufacturing practise (GMP)," tuturnya.
Menurutnya, untuk peningkatan kualitas itu, ahli dari Badan Pengawas Obat dan Makanan sudah dilibatkan sejak awal. Termasuk dalam menyusun detail enggineering design (DED).
"Sentra rendang juga akan menyediakan peralatan penunjang produksi yang bisa digunakan oleh IKM rendang," ujarnya.
Ia mengharapkan, IKM di Padang bisa memproduksi rendang berstandar GMP. Selain itu, juga mempunyai Hazard Analisis Critical Control Point (HACCP), izin Edar MD, sertifikat halal serta kemasan yang lebih baik.
Dengan teknologi produksi di tempat ini, menurut Dian, akan meningkatkan daya tahan produk. Sasarannya adalah memperluas pasar hingga ekspor.
Rendang, selama 8 kali berturut-turut ditetapkan sebagai makanan terlezat di dunia versi CNN Internasional. Pertama kali ditetapkan pada 2011 kemudian berlanjut hingga 2018.
Dalam jajak pendapat beberapa tahun terakhir ini, meski tak lagi berada di peringkat pertama, rendang selalu menempati masakan terkemuka di dunia.
Terpilihnya rendang sebagai masakan terlezat, membuktikan produk kuliner ini mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran dunia. Keberadaan sentra rendang di Padang, sebagai ibu kota Sumbar dipandang dapat mengembangkan produksinya menjadi lebih baik sesuai standar yang layak.
Masakan asli Ranah Minang ini di tempat asalnya terdiri dari berbagai versi. Terkenal di dunia, sejumlah pemerintah daerah di Sumatra Barat mengembangkan produksinya.
Selain Pemko Padang, pemerintah daerah lainnya yang cukup serius mengembangkan potensi rendang adalah Payakumbuh. (*/SS)