Langgam.id - Kota Tua di kawasan Jalan Batang Arau, Kelurahan Kampung Pondok, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat sedang bersolek. Nuansa Eropa kian terasa meski proses pemugaran masih berlangsung hingga Rabu (5/1/2022).
Kota Tua, begitu orang menyebutnya. Sebuah kawasan yang terletak di pinggir sebelah Barat Batang Arau. Sungai yang memisahkan pusat Kota Padang dengan daratan seberangnya yang biasa disebut Seberang Padang.
Disebut Kota Tua karena kawasan ini memang salah satu daerah tertua di Kota Bengkuang itu. Daerah ini disebut rantau Minang, terutama bagi mereka yang datang dari daerah darek (dataran tinggi Sumatera Barat).
Dulu, Kota Tua ini juga menjadi salah satu pintu masuk terbesar wilayah Barat Indonesia. Bahkan, bangsa dari luar Indonesia, terutama bangsa Eropa menjadikan Batang Arau sebagai salah satu pintu masuk utama menuju Pulau Sumatera.
Raksasa VOC pernah menguasai wilayah ini untuk urusan rempah-rempah pada abad ke-17. Tak heran, di sepanjang Jalan Batang Harau banyak ditemukan bangunan bercorak khas Eropa.
Bangunan kokoh berbahan semen itu berdiri bersandingan dengan bangunan rakyat setempat yang berbahan kayu. Karena terletak di wilayah strategis, bangunan di sini banyak dijadikan gudang penyimpanan.
Hingga kini, bangunan-bangunan itu masih berdiri meski ada beberapa yang telah rusak dimakan usia dan beberapa bangunan yang direvitalisasi oleh pemiliknya menjadi kafe dan sejenisnya.
Sebagai 'old town'-nya Kota Padang, Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Pariwisata bekerja sama dengan pihak ketiga pun memugar kawasan ini.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang Raju M. Chaniago mengatakan, pihaknya mengecat ulang bangunan tua yang ada di kawasan Kota Tua tersebut untuk pemugaran.
Cat yang digunakan pun adalah cat pilihan dan warna yang digunakan akan disesuaikan dengan warna asli bangunan agar tidak mengubah identiknya bagunan tua tersebut.
"Kita targetkan Kota Tua ini menjadi seperti zaman dahulu. Jadi setiap orang yang berkunjung merasakan bagaimana suasana Padang tempo dulu," ujar Raju dihubungi Langgam.id, Rabu (5/1/2022) pagi.
Ia mengungkapkan, Kota Tua ini sudah lama dikategorikan sebagai Daya Tarik Wisata Unggulan (DTWU) yang meliputi Gunung Padang, Jembatan Siti Nurbaya, hingga Pantai Air Manis. Sehingga, pengembangannya diutamakan.
Menurutnya, banyak rencana ke depannya dalam pengembangan objek wisata Kota Tua ini. "Nah, untuk penataan dan pengembangan lebih lanjut konsepnya di Bidang Kebudayaan pada Disdikbud Sumbar. Kita nanti untuk promosinya, menjualnya," kata Raju.
Langgam.id berkesempatan berjalan santai di kawasan ini untuk menikmati sorenya Kota Padang. Di sini, Langgam.id melihat satu-satu bangunan tua sembari menilik tulisan-tulisan lama pada bangunan itu.
Sebab, kebiasaan orang terdahulu akan mengukir angka tahun pada bangunan yang telah dibangun. Seperti yang tertera pada bangunan Padangsche Sparkbank, yaitu tulisan 1908 yang tertera pada puncak bangunan. Artinya, bangunan itu dibangun pada tahun tersebut.
Selain bangunan-bangunan tua, Langgam.id juga dimanjakan dengan pemandangan sungai yang luas yang di atasnya melintas Jembatan Siti Nurbaya dan bawah jembatan berjejer kapal-kapal yang bersandar. Meski sungainya agak sedikit kumuh.
Di seberang sungai terlihat hijaunya perbukitan Seberang Padang dan rumah warga nan warna warni di lereng bukit. Warga ramai berlalu lalang di jalan yang mengikuti alur sungai.
Berkunjung saat siang dengan malam tentu sensasinya berbeda. Saat malam, pengunjung dapat menikmati bagaimana sibuknya kafe-kafe melayani pembeli, kelap kelip lampu kendaraan yang lalu lalang.
Atau sembari menikmati jagung bakar dan pisang panggang di atas jembatan Siti Nurbaya sembari merasakan dinginnya angin laut.
Di Kota Tua sendiri, saat ini memang banyak berdiri kafe-kafe, resto dan hotel bergaya Eropa, dan juga ada waterpark. Trotoar di sekitarnya bersih. Tak banyak pedagang kaki lima yang mengganggu jika pengunjung berjalan di atasnya.
Jika berkunjung pada pagi hari dapat menikmati matahari terbit dari balik bukit yang jauh. Ketika melihatnya dari atas jembatan Siti Nurbaya, maka sunrise tersebut terlihat di tengah aliran sungai.
Pada sore harinya, di kawasan ini juga bisa menikmati matahari terbenam di arah Gunung Padang.
Butuh Pohon Pelindung
Salah seorang pengunjung, Adi, 23 mengatakan, kawasan ini kurangnya hanya pepohonan saja untuk membuatnya lebih sejuk dan rindang. Kemudian sedikit penataan trotoar bagi pejalan kaki agar betah berlama-lama.
"Kalau bisa sih trotoarnya terhubung dengan Pantai Padang, biar kita jogging enak, tidak jogging di jalan yang tentu membahayakan," ujar pemuda yang ditemui saat jogging itu.
Dengan pengecatan ulang bangunan tua ini, Adi menilai tentu akan membuat Kota Tua lebih menarik. Ia berharap dapat segera merasakan bagaimana sensasi Padang tempo dulu yang direncanakan Pemko Padang.
Raju mengatakan, pengecatan Kota Tua telah berlangsung sejak awal Desember 2021 lalu. Pengerjaan berlangsung selama empat bulan hingga akhir Maret 2022. Pada awal April 2022, sudah dapat dinikmati pengunjung.
"Ada sekitar 20 bangunan yang kita cat, mulai dari gedung Ex Geo Wehri sampai Pasar Batipuh. Kita bekerja sama dengan dulux untuk pengecekan ini," terang Raju.
Dilihat Langgam.id, sejumlah bangunan yang sebelumnya usang karena terabaikan kini mulai dibersihkan. Sejumlah bangunan sudah selesai dicat. Sebagian lagi menunggu direnovasi karena rusak parah. Ada yang tonggaknya patah, dan lain sebagainya.
Sementara itu, jembatan Siti Nurbaya yang serangkai dengan Kota Tua ini pengecatannya akan dimulai setelah pengecatan Kota Tua itu. (*)