Langgam.id - NE, istri Novendri (40) yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri, harus memutar otak untuk mencari alasan ketika anak-anaknya menanyakan prihal keberadaan sang ayah. Perempuan berusia 35 tahun itu belum siap untuk menceritakan apa yang dialami suaminya kepada sang buah hati.
Apalagi, kasus yang disangkakan kepada suami bukan persoalan kecil. Jaringan terorisme, terafiliasi jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD) di Indonesia dan luar negeri. Namun, NE yakin dan percaya, suaminya bukanlah seorang teroris.
Ia mengaku, buah hati sangat sering menanyakan keberadaan sang ayah. Apalagi, anaknya yang masih berumur 10 tahun dan enam tahun itu sangat ketergantungan dengan sosok seorang ayah.
Kala rindu, anak NE hanya bisa menangis. Apalagi si bungsu, yang setiap malam biasanya selalu bermain dengan ayahnya sebelum terlelap tidur. Kini hal itu tak bisa dirasakan lagi. Sebab ayahnya telah diamankan Densus 88 Antiteror Polri.
"Iya, kangen mereka (anak) sama ayahnya. Nanya-nanya terus, ayah di mana mama?," ujar NE kepada langgam.id di kediamannya di Kelurahan Berok Nipah, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar), Sabtu (27/7/2019).
NE hanya bisa berbohong untuk menjawab pertanyaan sang buah hati. Ia kadang memberi alasan kepada anak-anak bahwa suami hanya pergi bekerja ke Jakarta. Terkadang juga, NE mengatakan bahwa suami sedang berlibur jalan-jalan.
"Saya bilang papa kerja ke Jakarta. Papa jalan-jalan aja, nak. Itu anak paling besar yang sering nanya, kalau yang kecil kalau kangen ayahnya nangis, engga bisa dibujuk. Malam biasanya yang kecil sering main sebelum tidur. Kalau sore hari juga dibawa jalan-jalan sama becak motor," katanya.
NE sadar, anak pertamanya seakan mulai menyadari apa yang dialami ayahnya. Apalagi, para tetangga dan teman sekolahnya acap kali menanyakan soal kasus ini. Namun, NE terus menyakini kepada si buah hati, bahwa ayah mereka baik-baik saja.
"Dia (anak pertama) mungkin juga mulai ngerti. Pernah anak paling besar itu nanya ke saya, dia bilang ma kata orang ayah ditangkap? Saya jawab engga ada," ujarnya.
NE hanya bisa mengelus dada melihat kondisi anak-anaknya. Terlebih, khusus anak pertamanya yang sudah enggan untuk pergi bersekolah. Para temannya, terus saja mempertanyakan soal kasus yang menimpa ayahnya.
"Sudah enggak mau sekolah, udah seminggu ini. Karena banyak yang nanya di sekolah dan di tempat dia ngaji ditanya juga sama teman-temanya. Mental anak saya sudah kena. Dia baru kelas 5 SD padahal, gimana masa depannya," jelasnya.
NE mengatakan telah mendatangi sekolah anaknya. Ia tak tahu lagi harus bagaimana agar anaknya mau pergi sekolah kembali. Para guru terus memberikan semangat dan dukungan, meski NE mengaku sempat akan membawa anaknya ke kampung halaman.
"Tapi kalau pulang kampung siapa juga ya yang ngurus nanti, pikir saya kembali. Lagian saya juga kerja di sini (Padang) engga mungkin juga pulang kampung," ungkapnya.
NE sendiri merupakan seorang pengajar di salah satu taman kanak-kanak di Kota Padang. Dalam kesibukan mengajar, ia juga menyempatkan berjualan makanan ringan seperti donat dan mpek-mpek untuk menambah pemasukan keuangan keluarga.
Kini NE hanya bisa pasrah berharap sang suami tidak terbukti terlibat jaringan terorisme. Ia pun terlihat begitu tabah dengan apa yang dialami keluarganya saat ini.
"Mudah-mudahan tidak terbukti dan (Novendri) bisa dilepaskan lagi. Proses dimudahkan," harapnya.
Seperti diketahui, Novendri ditangkap Densus 88 Antiteror Polri pada Kamis (18/7) malam di kawasan Jati, Kecamatan Padang Timur. Dari penangkapan ini, dilanjutkan dengan proses penggeledahan di kediamannya keesokan hari, Jumat (19/7) sore. (Irwanda/RC)