Langgam.id - Belasan perwakilan warga dari dua nagari di Kabupaten Pesisir Selatan menemui Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi di Istana Gubernur, Kamis (27/5/2021). Mereka mengadu ke Gubernur karena wilayahnya sering dilanda banjir.
Warga tersebut berasal dari Nagari Binjai Tapan dan Kampung Tengah Tapan Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan. Kedua nagari tersebut merupakan yang paling parah dari 11 nagari di daerah tersebut yang sering terdampak banjir.
Perwakilan warga Cendra Hardi Nurba mengucapkan terimakasih atas respon Gubernur Sumbar terhadap permasalahan yang terjadi. Warga di lokasi menurutnya memang butuh tindakan tanggap darurat yang harus disegerakan.
"Ini bukan soal banjir lagi tetapi ini berpindahnya sungai Batang Tapan ke dalam nagari, khususnya dua nagari tadi yang lebih urgent," katanya usai pertemuan.
Menurutnya hal ini bisa meredam kegelisahan warga yang hampir setiap hari terjadi banjir. Dalam 11 nagari terdampak banjir itu ada sekitar 10 ribuan penduduk.
"Tinggi banjir bisa lebih dari dua meter, kalau tanggal 11 dan 16 April dulu lebih dari 2 meter, kalau sekarang ini 50 cm hingga 1,5 meter karena hujan juga tidak besar," katanya.
Total 11 nagari yang terdampak ada 5 nagari di Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan yaitu Sungai Gambir Tapan, Limau Purut Tapan, Talang Balarik Tapan, Binjai Tapan, dan Kampung Tengah Tapan.
Sementara di Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan terdapat 6 nagari yaitu Batang Arah Tapan, Koto Enau Tapan, Tanjung Pondok Tapan, Dusun Baru Tapan, Kubu Tapan, dan Tapan.
"Banjir ini sudah berulang-ulang, yang rutin ini 3 pekan belakangan, setiap hari sekarang banjir, bahkan hari ini juga banjir," katanya.
Banjir besar menurutnya sudah terjadi sejak tahun 2005 kemudian tahun 2013 menghantam jembatan yang sampai sekarang belum dibangun kembali. Kerugian yang dialami berupa lahan sawah sebanyak 1.275 hektare.
Kemudian menenggalamkan tanaman palawija sekitar 300 hektare, rumah roboh san hanyut sudah 5 unit, jembatan 2 unit, fasilitas pendidikan 7 unit, sarana ibadah 5 unit, kantor pemerintah 3 unit, dan rumah terendam 866 unit.
Banjir ini diakibatkannta banyak hal, salah satunya marak ilegal loging di hulu sungai. Menurut hal ini perlu penyadaran bagi pelaku. Selain itu juga perlu penegakan hukum oleh pemerintah.
Sementara itu Gubernur Sumbar Mahyeldi mengatakan Pemprov Sumbar akan segera melakukan penanganan untuk mengatasi banjir. Pertama penanganan dalam jangka pendek yaitu pembangunan batu beronjong senilai Rp300 juta.
"Kita sudah sediakan dana nanti dalam jangka pendek, kita sudah rencanakan kegiatan darurat, insyallah minggu depan membuat bendungan sementara," katanya. (Rahmadi/ABW)