Sejak diangkat sebagai Wali Kota, baru 2 kali Saya bertemu Hendri Septa. Pertemuan pertama Sabtu 17 April 2021. Yang kedua, Selasa 20 April lalu. Maklumlah, kami dibawa untung masing-masing. Sejak 6 bulan terakhir, Saya agak sibuk membantu Buya M. Sedangkan Hendri nampaknya sibuk pula mempersiapkan dirinya menduduki kursi yang ditinggalkan Buya M.
Pertemuan kedua lebih bermakna. Saya diajaknya menyaksikan langsung program Semata besutannya. Saya dengar ada 2 kepanjangan Semata. Yang pertama, semalam di palanta. Kedua, semalam bersama wali kota.
Terserahlah. Kepanjangan mana yang benar, yang pertama atau yang kedua. Saya lebih suka menyebutnya 'Semata Hendri Septa'. Yang pasti, program ini adalah modifikasi dan improvisasi Wako Hendri terhadap program 'Singgah Sahur' Buya M.
Pada 'Singgah Sahur', Buya M menyambangi rumah warganya yang hidup kurang beruntung. Waktunya menjelang Subuh di bulan Ramadan. Buya M sahur bersama warga yang disinggahinya sembari melihat langsung keadaan tempat tinggal warganya itu. Tindak lanjut 'Singgah Sahur', Buya M membedah rumah yang disinggahinya.
Hendri lain pula sanduknya. Dia tidak mendatangi warganya di pagi buta. Dia datang sore menjelang berbuka. Sekira jam 4 sore beliau berangkat dari A Yani No. 11. Saya diajaknya semobil. Naiklah saya ke mobil mengkilap berpelat merah BA 1 A itu. Berempat saja isinya; Hendri, Saya, ajudan dan sopirnya. Coga pula Saya sore itu.
BA 1 A dan pengiringnya menuju daerah Padang Besi. Rumah keluarga Wira Mahesa Putra (30 tahun). Menjemput Wira dan keluarganya. Rumah Wira tidak kelihatan dari pinggir jalan. Tertutup rumah keluarganya yang lain. Sebuah gang kecil harus dilalui untuk bisa sampai di rumah Wira.
Rumahnya kecil. Berukuran sekitar 4 X 4 meter. Berdinding papan. Ada dua ruangan di dalamnya. Satu serupa ruangan tamu. Satu lagi seperti ruangan tidur yang disekat sedikit untuk dapur. Pas di belakang rumahnya ada bandar.
Kata Wira, kalau hujan turun agak lebat, rumahnya mengalami 2 bocor; bocor dari atas dan bocor dari bawah. Dari atas bocor karena atap rumahnya sudah banyak yang tiris. Bocor dari bawah, karena luapan air bandar belakang rumah. Setiap hari berdoalah keluarga ini agar hujan deras jangan terlalu sering datang.
Wira tamatan SMK. Pekerjaannya tidak tetap. Serabutan saja. Kadang ada, kadang tidak. Penghasilannya tentu tidak tetap pula. Kadang berezeki, kadang hao saja.
Wira bertanggung jawab menghidupi seorang isteri dan 4 orang anaknya. Nama isterinya Ade Maharani. Umurnya 27 tahun. Tamatan SD saja. Sehar-hari full sebagai ibu rumah tangga.
Anak Wira tertua bernama Vicca Firzila Aulia. Perempuan. Umurnya sudah masuk 8 tahun. Kelas 2 SD. Anak ke 2, seorang laki-laki. Namanya Arka Mahesa Putra. Umurnya 4 tahun. Belum sekolah. Anak ke 3 dan 4 kembar. Keduanya perempuan. Yang satu diberinya nama Zahwa Nazzira Wira. Yang satunya lagi bernama Zahra Nazzifa Wira. Umur keduanya 2 tahun. Kakaknya saja (Arka) belum bersekolah. Apalagi kedua sikembar ini.
Setelah berkeliling melihat-lihat keadaan rumah Wira, rombongan balik ke A Yani. Hendri tidak naik mobil dinasnya. Dia naik minibus, bersama-sama dengan Wira dan anggota keluarganya. Arka (anak kedua Wira) digendongnya. Sepanjang perjalanan, Arka duduk di pangkuannya. Saya di samping mereka. Di sepanjang perjalanan, Saya menanya-nanya keseharian Wira dan keluarganya.
Di A Yani, Geni Putrinda isteri Hendri sudah menanti. Dua anak mereka juga ikut menunggu. Wira bersama isteri dan anak-anaknya di bawa masuk ke ruangan VIP, ruangan dimana Wako Hendri biasa menerima tamu khusus. Hendri tidak duduk. Dia mempersilakan anak sulung Wira duduk di kursi yang biasa dia duduki. 'Biar dirasakannya pula bagaimana rasanya duduk di kursi Wali Kota', kata Hendri.
Setelah puas duduk-duduk di ruangan VIP, rombongan dibawa melihat-lihat kolam ikan depan rumah dinas. Anak-anak Wira kelihatan sangat senang melihat ikan berenang. Seterusnya tur rumah dinas berlanjut ke bagian dalam. Seluk-beluk rumah dinas diperkenalkan.
Dari Selasa sore sampai besoknya, Wira dan keluarganya menjadi tamu sangat penting di rumah dinas Wako. Mereka bermalam di A Yani No. 11. Satu kamar setara hotel bintang 4 disediakan buat Wira dan keluarganya di lantai 2 White House (julukan untuk salah satu bagian rumah dinas yang dibangun masa Buya M). Saat berbuka, mereka duduk semeja dengan Hendri dan keluarganya. Saat sahur, kabarnya, begitu juga.
Saya bertanya kepada Hendri, apa alasannya memodifikasi Singgah Sahur menjadi 'Semata Hendri Septa'. 'Biar masyarakat kita yang kurang beruntung bisa pula menikmati fasilitas bagus di rumah rakyat ini, Da Miko', begitu jawabnya singkat. 'Deras pula dia', batin Saya.
Menurut Hendri, untuk tahun ini, 'Semata Hendri Septa' akan dinikmati oleh 8 keluarga. Wira keluarga kedua yang beruntung tahun ini. Seperti halnya 'Singgah Sahur', rumah Wira juga akan dibedah. Hendri berharap, tahun depan akan bertambah jumlah penerima manfaat 'Semata Hendri Septa'. Bolehlah kita ucapkan selamat bekerja kepada Pak Wali Kota.
---00---
Padang, 22 April 2021 (10 Ramadan 1442 H).
*Legal Governance Specialist