Langgam.id-Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI Zainut Tauhid menyebut wisata halal bukan gerakan islamisasi wisata. Hal ini merupakan kekeliruan yang masih terjadi di tengah masyarakat terhadap wisata halal.
Meluruskan hal itu, Wamenag Zainut Tauhid menyebut wisata halal atau wisata syariah bukan untuk islamisasi wisata. Mereka khwatir wisata halal merupakan islamisasi wisata dan akan memberengus kearifan lokal.
"Tidak semua hal dalam lingkungan wisata tersebut disesuaikan dengan nilai-nilai syariah," katanya lewat keterangan resmi dikutip langgam.id, (Minggu, (21/11/2021).
Dia mengatakan, wisata halal mengandung arti pemberian fasilitas bagi wisatawan muslim untuk dapat menunaikan kewajiban syariatnya di lokasi wisata tersebut.
"Seperti tersedianya makanan dan minuman yang telah dipastikan kehalalannya, adanya fasilitas untuk beribadah, kemudahan untuk melakukan transaksi keuangan syariah, fasilitas hotel, sikap positif pelaku bisnis terhadap wisatawan dan lain sebagainya," jelasnya.
Menurutnya, sejatinya wisata halal saat ini sudah menjadi tren di negara lain, termasuk negara sekuler seperti Jepang, Korea, China dan lainnya. Namun negara-negara tersebut menggunakan istilah yang beragam seperti halal tourism, moslem friendly.
"Konsep wisata halal sebetulnya universal, sehingga dapat diterima oleh semua kalangan agama, masyarakat budaya, dan pemerintah," ujarnya.
Wamenag berharap, pelaku industri halal dan ekonomi syariah terus berikhtiar, mengikis kesan eksklusivisme halal yang masih ada di tengah masyarakat.
"Mulailah dengan edukasi dan penceraha tanpa perlu menimbulkan kerumitan baru, yakni dengan menggali nilai-nilai yang selama ini sudah mengalir dalam dunia usaha," pungkasnya. (*/Rahmadi/Lisa Septri).