Tradisi Mauluik di Pariaman: Memperkuat Nilai Agama dan Sosial

Tradisi Malamang di Pariaman

Salah seorang warga Pariaman, Azwir sedang membakar lemang di belakang rumahnya saat menyambut tradisi Mauluik (Foto: Siti Aisyah)

Di Sumatera Barat, khususnya di Pariaman, terdapat sebuah tradisi unik yang disebut "mauluik" atau peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini berlangsung setiap bulan Rabiul Awal, dikenal dalam bahasa Minang sebagai bulan Mauluik. Mauluik bukan sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi ajang memperkuat ikatan sosial dan kebersamaan di tengah masyarakat. Tradisi ini terbagi beberapa acara diantaranya Manyonsong, Malamang, Badikia, Infaq untuk Surau, Makan Bajamba dan Sholawat Dulang. Berikut penjelasannya:

Manyonsong

Perayaan mauluik diawali dengan kegiatan manyonsong, yaitu rapat teknis untuk menentukan tanggal pelaksanaan acara. Manyonsong biasanya dilaksanakan pada malam hari setelah sholat isya di masjid, dimana para ibu (amak-amak) membawa kopi dan cemilan untuk dinikmati bersama. Suasana hangat dan kekeluargaan sangat terasa dalam kegiatan ini.

Malamang

Sehari sebelum puncak perayaan, warga melaksanakan malamang, yaitu membuat lemang. Lemang, makanan khas dari beras ketan yang dimasak dalam bambu, menjadi sajian istimewa bagi tamu-tamu di surau dan kerabat. Malamang bisa dilakukan di rumah masing-masing atau bersama-sama di surau, menambah kebersamaan dan semangat gotong-royong.

Badikia

Pada malam harinya, kegiatan badikia dimulai. Badikia adalah rangkaian dzikir, sholawat, dan lantunan syair-syair berbahasa Arab. Kegiatan ini berlangsung hingga subuh dan dilanjutkan lagi pada pagi hari hingga sore. Suasana religius begitu kental, mengajak semua orang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Infaq untuk Surau

Setelah badikia, acara berlanjut dengan infaq untuk surau. Janang, sebagai pemimpin acara, menyebutkan nama dan jumlah infaq yang diberikan oleh warga. Bagi mereka yang ingin anonim, cukup menyebut dirinya sebagai "hamba Allah". Infaq ini menjadi simbol kebersamaan dan kepedulian terhadap tempat ibadah.

Makan Bajamba

Rangkaian acara ditutup dengan makan bajamba, di mana semua orang makan bersama dari jamba, wadah khusus yang berisi nasi dan lauk-pauk seperti gulai kapalo lauak, karak olen, kacang panjang goreng, dan perkedel. Makan bajamba menjadi momen puncak kebersamaan, menguatkan rasa persaudaraan di antara warga.

Hiburan Sholawat Dulang

Sebagai pelengkap, kadang-kadang surau mengadakan hiburan sholawat dulang. Sholawat dulang menampilkan cerita-cerita keagamaan atau kisah-kisah nabi yang diiringi dengan tabuhan dulang (nampan kuningan). Hiburan ini menambah kesan mendalam pada perayaan mauluik, menggabungkan seni dan religi dalam satu panggung.

Masyarakat Pariaman telah membuktikan bahwa tradisi Mauluik adalah tradisi dan agama yang bisa menyatu dengan harmonis, memperkuat ikatan sosial dan menambah kekayaan budaya. Perayaan ini bukan hanya untuk mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga untuk merayakan kebersamaan dan kekuatan komunitas yang terjaga hingga kini.

Penulis adalah Siti Aisyah mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang

Baca Juga

Operasi Tangkap Tangan (OTT) telah menjadi instrumen yang sangat efektif dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Meski demikian,
OTT Itu Penting: Sebuah Bantahan untuk Capim KPK Johanis Tanak
Pada tahun 2024 ini pemilihan kepala daerah (Pilkada) akan digelar di 10.846 tempat pemungutan suara (TPS) dengan jumlah pemilih
Menolak Politik Uang: Menjaga Integritas Demokrasi di Sumatra Barat
Konsep multiverse atau "alam semesta jamak" telah lama menarik perhatian ilmuwan dan filsuf sebagai cara untuk memahami potensi keberadaan
Multiverse: Dimensi Paralel dalam Sains dan Budaya Populer
Pasaman Barat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatra Barat, dikenal dengan keberagaman etnis dan budayanya. Wilayah ini dihuni oleh
Romantisme Asimilasi di Pasaman Barat
Indak karambia amak ang ko do..!" Ungkapan dalam bahasa Minang itu pernah terlontar dari Bapak Republik ini kepada kolonial Belanda yang saat
Amarah Tan Malaka: Umpatan dalam Bahasa Minang kepada Kolonial Belanda
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad berkembang di tengah masyarakat Arab Jahiliah yang akidah dan moralnya sangat rusak, sehingga
Kejayaan Ilmu Pengetahuan Islam: Inspirasi dari Masa Lalu untuk Kebangkitan Masa Kini