Langgam.id - Sumatra Barat (Sumbar) mengalami deflasi pertama pada tahun ini. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2019 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,45% (mtm).
Demikian siaran pers dari Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumbar Endy Dwi Tjahjono yang diterima Langgam.id, Senin (4/3/2019).
"Bila pada Februari harga turun 0,45 persen, maka Januari 2019 yang mencatat inflasi sebesar 0,17%," katanya.
Laju deflasi Sumbar, disebutkan lebih dalam dibandingkan capaian deflasi di Kawasan Sumatra yang hanya sebesar 0,25%, dan deflasi nasional yang sebesar 0,08%.
Besaran deflasi pada Februari 2019 itu berdasar data tersebut, menjadikan Sumbar sebagai provinsi terendah ke-8 dari 29 provinsi yang mengalami deflasi di seluruh Indonesia. "Deflasi tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 0,68%," tuturnya.
Secara tahunan, pergerakan harga pada Februari 2019 menunjukkan inflasi sebesar 1,95% (yoy), atau menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,30% (yoy).
Sedangkan secara tahun berjalan (Januari – Februari 2019) Sumatera Barat mengalami deflasi sebesar 0,28% (ytd), atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang masih mengalami deflasi sebesar 0,17% (ytd).
Deflasi bulanan Sumbar itu, disebutkan terutama disumbang oleh kelompok bahan makanan. Laju deflasi kelompok bahan makanan pada Februari 2019 tercatat sebesar 2,51% (mtm), atau lebih dalam dibandingan deflasi Januari 2019 yang sebesar 0,81% (mtm).
Masih berlangsungnya deflasi kelompok tersebut, menurutnya, terutama dipicu oleh penurunan harga hortikultura (cabai merah dan bawang merah), beras, dan daging ayam ras.
Penurunan harga cabai merah, bawang merah, beras, dan daging ayam ras masing-masing menyumbang deflasi sebesar 0,49% (mtm); 0,12% (mtm); 0,02% (mtm), dan 0,02% (mtm) terhadap deflasi Sumatera Barat.
"Menurunnya harga cabai merah disebabkan oleh melimpahnya pasokan dari luar Sumbar. Khususnya dari Aceh dan Medan sehingga dapat menekan harga cabai merah lokal dan Jawa."
Sedangkan harga bawang merah terpantau turun karena hasil panen yang melimpah dari dalam Sumatera Barat, yakni Alahan Panjang. Turunnya harga beras terjadi karena peningkatan produksi seiring dengan cuaca yang lebih kondusif untuk pengeringan gabah.
Sementara itu, deflasi pada komoditas daging ayam ras merupakan imbas dari turunnya harga pakan ternak akibat melimpahnya pasokan impor jagung.
Selain penurunan harga dari kelompok bahan makanan, deflasi juga disumbang dari penurunan harga bensin.
Harga bensin memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,04% (mtm) pada Februari 2019.
Turunnya harga bensin merupakan imbas dari penurunan harga BBM non subsidi (khususnya pertamax, pertamax turbo, dexlite, dan pertamina dex) yang berlaku sejak 10 Februari 2019.
Di sisi lain, deflasi lebih dalam tertahan oleh meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta masih berlangsungnya kenaikan harga dari sejumlah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, dan kelompok sandang.
Dari kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, inflasi berasal dari kenaikan tarif rekreasi yang memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,10% (mtm) terhadap inflasi Sumatera Barat.
Kenaikan tarif rekreasi karena penyesuaian tarif di awal tahun serta adanya pembukaan sejumlah tempat pariwisata/ wahana permainan baru di Sumatera Barat.
Dari kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, penahan deflasi disebabkan oleh masih belangsungnya kenaikan tarif angkutan udara. Naiknya harga angkutan udara memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,05% (mtm) terhadap keranjang IHK Februari 2019.
Selain itu, dari kelompok sandang, harga emas perhiasan terpantau mengalami kenaikan mengikuti pergerakan harga emas internasional.
Naiknya harga komoditas tersebut menahan deflasi Februari dengan memberikan andil inflasi sebesar 0,01% (mtm) terhadap laju IHK umum Sumatera Barat.
Mencermati risiko inflasi pada tahun 2019, menurut Endy, TPID Sumbar secara aktif terus melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi daerah.
"TPID Sumbar berkomitmen akan terus melakukan penguatan sinergi dan koordinasi antar TPID Provinsi dan TPID Kab/Kota."
Dalam rangka menstabilkan harga beras, Bulog Divre Sumbar selama Februari 2019 telah melaksanakan operasi pasar beras sebanyak 582,6 ton.
"Dengan demikian, selama tahun 2019 (Januari – Februari 2019) pelaksanaan operasi pasar beras di Sumbar oleh Bulog mencapai 1.518,2 ton," tuturnya.
Dari sisi kebijakan, TPID Sumatera Barat juga mempunyai empat program strategis dalam pengendalian inflasi tahun 2019.
Yakni, pertama melalui penyusunan roadmap pengendalian inflasi tahun 2019 – 2021. Kedua, kerjasama perdagangan antar daerah. Ketiga, pengelolaan pasca panen. Dan keempagt, penyusunan database komoditas pangan strategis.
"Semua program tersebut dilakukan sesuai dengan strategi 4K pengendalian inflasi yakni kestabilan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran ditribusi, dan komunikasi efektif," katanya. (*/HM)