Tiket Pesawat Mahal, Okupansi Hotel di Sumbar Selama 2019 Turun

Ilustrasi - kamar hotel. (Foto: ming dai/pixabay.com)

Ilustrasi - kamar hotel. (Foto: ming dai/pixabay.com)

Langgam.id - Tingkat hunian atau okupansi hotel yang ada di Sumatra Barat (Sumbar) mengalami penurunan di tahun 2019. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar mengklaim, penurunan itu telah terjadi sejak tahun 2018.

Ketua PHRI Sumbar, Maulana Yusran, mengatakan salah satu penyebab penurunan okupansi hotel diakibatkan faktor mahalnya harga tiket pesawat. Dari periode dua tahun tersebut, penurunan terjadi mencapai 15 persen.

"Tingkat hunian dibandingkan dua tahun lalu mengalami penurunan. Tak terlalu baik. Sejak tahun 2018 sudah terjadi penurunan, di 2019 terjadi hal yang sama. Faktor pertama karena tiket pesawat mahal," kata Maulana, saat dihubungi langgam.id, Selasa (31/12/2019).

Ia mengungkapkan, di tahun 2017 okupansi hotel bisa mencapai 90 persen. Namun sejak tiket pesawat mahal, membuat momen hari penting seperti Lebaran, Natal serta tahun baru tidak berpengaruh terhadap hunian hotel.

"Biasanya Lebaran dan tahun baru kita selalu bicara ekstra flight, sekarang tidak (karena tiket mahal). Kemudian kita cuma bergantung dengan jalur darat, walaupun masih ada yang datang dari provinsi tetangga tapi karena cuaca dan longsor serta macet akses masuk ke Sumbar menjadi masalah juga," ujarnya.

Momen tahun baru ini, kata Maulana, biasanya peningkatan okupansi hotel akan mulai terjadi pada tanggal 22 Desember. Akan tetapi, di tahun 2019 ini, hal tersebut tidak ada kenaikan signifikan.

"Kita biasanya tahun 2017 ke bawah pasti tinggi, bahkan sampai 2 Januari okupansi cukup tinggi, kalau sekarang tidak. Malam jelang pergantian tahun mungkin ada peningkatan, tapi kita tidak hitung perharinya, momentum itu kita hitung mulai natal hingga tahun baru," jelasnya.

Meskipun mengalami penurunan secara keseluruhan, Maulana mengatakan, khusus di Kota Bukittinggi okupansi hotel selalu tinggi. Sebab, daerah tersebut menjadi salah satu tujuan wisatawan dari berbagai daerah.

Namun, katanya, oerband6 okupansi hotel di Bukittinggi sangat jauh berbeda dengan Kota Padang. Hal ini disebabkan karena perbandingan jumlah kamar hotel yang ada di antara dua daerah tersebut.

"Bukittinggi tetap menjadi destinasi masyarakat, tetap menjadi ikon. Cuman ada perbedaan, karena jumlah kamar terbatas di Bukittinggi makanya okupansi cukup tinggi. Misalnya Padang 2.000 kamar tapi di Bukittinggi hanya 1500 kamar," tuturnya. (Irwanda/HM)

Baca Juga

Libur panjang pada akhir pekan membawa keberkahan bagi warga binaan yang terlibat produksi sandal hotel di bengkel kerja Lapas Kelas Padang
Libur Panjang, Sandal Hotel Produksi Lapas Padang Kebanjiran Pesanan
Selama libur Lebaran 2024, tingkat hunian hotel dan penginapan di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat (Sumbar), mengalami kenaikan 100 persen
Lebaran 2024, Tingkat Hunian Hotel di Bukittinggi Naik 100 Persen Dibanding 2023
Konsep Mewah dan Eksklusif, Habitare Apart'Hotel Rasuna Resmi Dibuka
Konsep Mewah dan Eksklusif, Habitare Apart'Hotel Rasuna Resmi Dibuka
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumatra Barat (Sumbar) pada Maret 2023 sebesar 44,05 persen. Angka ini mengalami penurunan
Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Sumbar 44,05 Persen di Maret 2023, Turun dari Februari
Irama Kawana Hotel Padang Sambut Ramadan 2023
Irama Kawana Hotel Padang Sambut Ramadan 2023
Lepas Rasa Penat, Harper MT Haryono Tawarkan 'Stay & Refresh'
Lepas Rasa Penat, Harper MT Haryono Tawarkan 'Stay & Refresh'