Terapi Penyakit Hasad (Iri dan Dengki)

Terapi Penyakit Hasad (Iri dan Dengki)

Mubalig di Kepulauan Anambas Deri Adlis.

Kemarahan melemah jika ditahan. Namun, akan kembali lagi ke dalam hati dan berdiam diri di sana. Hal ini kemudian dapat menimbulkan sebuah kedengkian. Sifat ini dapat ditandai dengan kemarahan yang terus menerus. Sehingga, membuat seseorang merasa terbebani dengan sesuatu yang sangat berat dan ingin lari darinya.

Dengki merupakan buah dari kemarahan. Sedangkan iri merupakan akibat dari kedengkian.

Dr Mustafa Murad dalam buku Minhajul Mukmin mengatakan, sifat hasad berawal dari permusuhan, sombong, ujub, cinta kekuasaan, dan jiwa buruk serta bakhil. Adapun sebab yang paling utama dan dominan adalah adanya permusuhan dan kebencian. Orang yang telah disakiti oleh seseorang lantaran suatu sebab, dan sering berseberangan dengan apa yang menjadi tujuannya, maka pasti hatinya akan membenci.

Kedengkian akan tertanam kuat dalam dirinya. Sedang kedengkiannya itu menuntut penyelesaian dan balas dendam. Tatkala musuh mengalami musibah, ia merasa senang dengan hal tersebut. Dia mengira hal tersebut merupakan pembalasan dari Allah untuknya.

Sebaliknya, tatkala musuhnya mendapat suatu kenikmatan, dia pun merasa resah dan bersikap buruk kepadanya. Karena memang hasad itu pasti akan menimbulkan suatu kebencian dan permusuhan. Keduanya, tidak akan dapat dipisahkan.

Ibnu Qayim dalam kitab Al-Fawaid mengatakan sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian dari sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas hamba-Nya. Padahal Allah menginginkan nikmat itu untuknya.

Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat itu dari saudaranya. Jadi, hasad itu juga hakekatnya menentang qadha dan qadar Allah. Hasad termasuk penyakit yang bebahaya bagi hati. Maka seorang beriman wajib menjauh sifat ini.

Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an; “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Sesunggunya kami telah memberimu kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan kami telah memberkan kepada mereka kerajaan yang besar (QS. An-Nisa: 54).

Rasululllah bersabda: Hindarilah oleh kami dari pada hasad, karena hasad itu memakan segala amal kebaikan, bagaikan api memakan kayu bakar (HR. Abu Daud).

Dr Mustafa Murad juga mengatakan adapun terapi dan penyembuhan penyakit hasad ini adalah dengan rida. Kadang bisa juga dengan zuhud dari kehidupan dunia. Kadang juga dengan hal-hal yang berhubungan dengan nikmat itu sendiri.

Misal dengan mengingatkan diri akan duka citanya dunia dan beratnya hisab di akhirat, sehingga bisa terhibur dan tidak tahu apa yang akan dikehendaki jiwanya dan tidak mengucapkannya. Jika dia telah melakukan hal itu maka apapun yang akan diberikan Allah kepada para hamba-Nya tidak akan membuatnya resah dan bahaya.

Selain itu jasad juga dapat disembuhkan dengan ilmu dan amal. Dengan ilmu yaitu mengetahui bahwa hasad itu sangat berbahaya bagi pengidapnya di dunia maupun di akhirat.

Perlu diketahui bahwa penyakit hasad ini tidak berbahaya bagi orang yang menjadi korbannya. Bahkan hal itu malah akan bermanfaat baginya.
Suatu nikmat tidak akan hilang dari seseorang (korban) hanya karena si palaku yang mengidap penyakit hasad ini. Karena nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya (korban jasad) sudah pasti akan terus berlangsung sampai ajal yang telah ditentukan.

Dia juga tidak akan tertimpa bahaya kelak di akhirat, karena dia tidaklah berdosa dengan hasad orang lain tersebut. Bahkan dia akan mendapatkan manfaat dari hasad itu karena terzalimi, apalagi jika orang yang hasad sampai mengeluarkan bentuk ucapan dan perbuatan. Inilah obat yang mujarab dan bermanfaat bagi penyakit hasad. Hanya saja berat untuk dilakukan.

Namun hal itu bisa dengan mudah untuk dikerjakan jika seseorang memahami bahwa tidak semua apa yang diinginkan dapat terjadi. Maka hendaknya seseorang itu mencari sesuatu yang dapat terjadi. Inilah penyakit hasad yang menyeluruh. Maka bagaimana mungkin seorang bisa hasad kepada orang lain karena dunia, padahal sesuatu yang melebihi batas kebutuhan adalah tercela. (*)

 

Deri Adlis merupakan mubalig di Kepulauan Anambas

Tag:

Baca Juga

Gamawan Fauzi
Semua Ada Akhirnya
Demi Kemajuan Sumatra Barat, Kita Lebih Butuh Pulang Kampung daripada Merantau
Demi Kemajuan Sumatra Barat, Kita Lebih Butuh Pulang Kampung daripada Merantau
Reformasi (Bagian I): Retrospeksi
Reformasi (Bagian I): Retrospeksi
Gosip Online
Gosip Online
Jokowi Sumbar, pengamat,
Dinamisnya Pencalonan Presiden
Peluang Perti dalam RPJPN 2025-2045
Peluang Perti dalam RPJPN 2025-2045