Tanpa Lawan Kompetitif, Pilgub Sumbar Kurang Menarik?

Mahyeldi (Gubernur Sumbar petahana) sedang di atas angin, apalagi setelah tidak banyaknya figur yang bakal melawannya sebagai calon Gubernur di Pilgub Sumbar 2024. Dari beberapa nama yang muncul, seperti Epyardi Asda (Bupati Solok) dan Prof Ganefri (Rektor UNP), rasanya Pilgub Sumbar masih kurang kompetitif.

Fadly Amran (Ketua DPW NasDem Sumbar) yang katanya sukses meningkatkan perolehan kursi NasDem, tampaknya hanya bertarung di Pilkada Kota Padang. Dari baliho-baliho yang beredar di berbagai titik di Sumbar, banyak yang menilai bahwa Fadly bakal maju sebagai calon gubernur atau wakil gubernur Sumbar.

Namun, sebagai bagian dari koalisi perubahan, Fadly juga berpotensi untuk menjadi Wakilnya Mahyeldi. Apalagi telah solidnya PKS dan NasDem pada Pilpres yang lalu, sehingga jika konsolidasi koalisi ini berlanjut ke Pilkada, tentu bakal menguntungkan Mahyeldi dan Fadly.

Namun Fadly sepertinya tidak mau memanfaatkan peluang NasDem di Sumbar untuk maju sebagai calon gubernur atau wakil gubernur dengan maju sebagai bakal calon Walikota Padang Dilihat dari beberapa kemungkinan alasannya. Pertama, Fadly tidak ingin menjadi orang nomor dua, meskipun berpasangan dengan Mahyeldi peluang untuk menjadi wagub lebih besar karena duet dengan petahana.  Kedua, Fadly sepertinya melihat potensi menjadi orang nomor satu jika maju di Pilkada Kota Padang, karena ada peluang melawan Hendri Septa (Wali Kota Padang petahana).

Selanjutnya, dari baliho Mahyeldi Ansharullah (Gubernur Sumbar petahana) dan Audy Joinaldy (Wagub Sumbar petahana) terlihat bahwa pasangan ini kembali bersatu untuk maju pada putaran kedua.  Dengan mengusung tagline Tetap di Sumbar, Melaju Lebih Cepat, visual kartun Mahyeldi-Audy menaiki mobil sport seperti antitesis narasi yang dibangun Epyardi Asda (Bupati Kab. Solok) yang menyatakan dirinya bakal maju sebagai calon gubernur Sumatera Barat. Dengan tagline “OTW Sumbar”, Epyardi membawa misi perubahan untuk Sumbar dengan menampilkan visual menunggangi motor.

Berbeda dengan Fadly yang pindah dari Pilkada Kota Padang Panjang ke Pilkada Kota Padang, Epyardi memilih tidak melanjutkan kesempatan keduanya untuk maju di Pilkada Kabupaten Solok, tetapi dengan memilih maju di Pilgub Sumbar.

Tantangan bagi Epyardi adalah memperlihatkan kemajuan Kabupaten Solok kepada publik Sumbar, sehingga punya alasan masyarakat di daerah lain memilih Epyardi dan memiliki pola kepemimpinan yang berbeda dengan Mahyeldi. Sama halnya, tantangan bagi Fadly Amran yang pindah dari Pilkada Kota Padang Panjang ke Pilkada Kota Padang.

Dari narasi-narasi Epyardi yang berkembang di media online dan media sosial. Ia mulai membangun persepsi oposisi dengan Mahyeldi tentang tidak adanya kemajuan atau pun perubahan Sumbar dibawah kepemimpinan Mahyeldi.

Dari narasinya yang lain, Epyardi ingin mengambil posisi sebagai partai pendukung Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, sehingga sebagai kader PAN, Epyardi ingin mewacanakan satu garis gubernur Sumbar dengan pemerintah pusat. Pertanyaannya, apakah pemilih Sumbar memiliki sikap yang sama terhadap isu tersebut? Atau pilihan politik masyarakat Sumbar tidak jauh dari efek Pilpres 2024.

Wacana kemajuan ini pun muncul dari figur baru, yaitu Prof. Ganefri (Rektor UNP). Dengan latar belakang akademisi, Ganefri memainkan wacana kemajuan Sumatera Barat. Segmentasi elektoral yang dilihat oleh Ganefri untuk maju sebagai bakal calon gubernur, sejauh ini baru sebaran dari alumni UNP atau jejaring akademisi. Karena, sebagai akademisi, Ganefri belum memiliki “rekam jejak elektoral” di Pilkada dibandingkan bakal calon lainnya.

Namun, Keberanian Ganefri untuk masuk bursa calon gubernur menjadikan Pilgub punya pilihan calon, selain Mahyeldi dan Epyardi. Dibalik belum adanya sinyal tambahan, dari Fadly dan Andre Rosiade untuk meramaikan bursa Pilgub Sumbar untuk bertarung melawan Mahyeldi.

Sebagai figur yang sudah sejak lama membangun narasi oposisi dengan Mahyeldi. Momentum Pilgub Sumbar 2024, waktu yang cocok untuk Andre Rosiade untuk bertarung dengan Mahyeldi. Andre diuntungkan dengan posisi Prabowo yang terpilih menjadi presiden dan ada potensi positif pembangunan terhadap Sumbar. Jika Andre memilih tidak maju sebagai cagub Sumbar, berarti menunggu kesempatan di 2029 saat Mahyeldi tidak boleh lagi maju sebagai Gubernur. Kesempatan-kesempatan tersebut mungkin saja berubah, karena bakal muncul figur-figur baru dari berbagai daerah yang bakal berpotensi maju sebagai calon gubernur.

Jika dilihat posisi saat ini Mahyeldi masih menjadi cagub potensial, sehingga posisi wakil Mahyeldi di periode kedua bakal diuntungkan, karena punya energi untuk membangun populeritas untuk Pilgub 2029. Dari berbagai pemilihan, petahana tentu lebih diuntungkan karena punya waktu dan jabatan langsung bertemu masyarakat, sedangkan penantang sedang berusaha untuk merebut posisi tersebut.

Dari nama-nama bakal calon yang terlihat serius bakal maju sebagai calon gubernur, harapannya bakal muncul figur-figur yang baru. Minimnya minat tokoh untuk ikutserta dalam pilgub Sumbar, tentu bakal mengurangi kran kesempatan masyarakat untuk memilih calon pemimpinnya.

Politik lima tahunan, selain menentukan pemimpin pilihan, ini juga momentum bagi setiap masyarakat yang mempunyai keberanian untuk menguji kesungguhan dan peluang untuk membangun Sumbar. Salah satunya dengan ikut meramaikan bursa pilgub. Tampaknya Pilgub Sumbar 2024 ini kurang bergairah, jika lawan petahana nantinya tidak kompetitif. Pilgub Sumbar 2024 bakal “berkah” lagi untuk Mahyeldi atau Sumbar bakal punya pemimpin baru?

*Analis Politik

Tag:

Baca Juga

Langgam.id-Asrinaldi
Mengembalikan Otonomi ke Daerah
Siapa itu Sondri?
Politik Keberpihakan
Balihonya Bertebaran di Mana-mana, Siapa Sosok Surya Tri Harto?
Balihonya Bertebaran di Mana-mana, Siapa Sosok Surya Tri Harto?
Pancasila Sumbar Pilkada
PPP, Pemilu 2024 dan Politik Islam
10 Kandidat Lolos Seleksi Calon Anggota KPU Padang
10 Kandidat Lolos Seleksi Calon Anggota KPU Padang
Tiga Parpol Koalisi Perubahan Optimis Raup 80 Persen Suara untuk Anies-Muhaimin di Sumbar
Tiga Parpol Koalisi Perubahan Optimis Raup 80 Persen Suara untuk Anies-Muhaimin di Sumbar