Langgam.id — Peringatan Hari Koperasi Nasional yang jatuh pada 12 Juli kembali mengingatkan publik akan pentingnya peran koperasi sebagai penggerak ekonomi rakyat. Namun di balik seremoni tahunan ini, mengemuka tantangan besar yang harus segera dijawab, regenerasi keanggotaan dan transformasi digital koperasi yang masih tertinggal.
Anggota Komisi XIII DPR RI dari Fraksi PAN, H. Arisal Aziz, menyebut Hari Koperasi tahun ini bukan sekadar perayaan, tetapi harus menjadi titik balik untuk menyelamatkan eksistensi koperasi di tengah era disrupsi.
Menurutnya, koperasi hari ini menghadapi ancaman serius, terutama dari rendahnya minat generasi muda terhadap sistem ekonomi gotong royong ini.
“Generasi Z yang katanya paling adaptif dan inovatif, justru partisipasinya dalam koperasi masih sangat minim, hanya sekitar 6 persen. Ini alarm besar. Kita harus berani jujur, koperasi saat ini belum cukup menarik bagi anak muda,” ungkap Arisal Senin (14/7/2025) di Jakarta.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan bahwa jumlah koperasi aktif di Indonesia terus merosot. Pada 2023, tercatat hanya 130.119 koperasi yang benar-benar beroperasi, turun lebih dari 79 ribu unit dibandingkan 2014. Meskipun sebagian besar penurunan disebabkan oleh penataan ulang koperasi, kondisi ini tetap mengkhawatirkan.
H. Arisal menilai ada persoalan struktural dalam ekosistem koperasi Indonesia. Maraknya koperasi fiktif, lemahnya pengawasan, rendahnya adopsi teknologi, dan minimnya akses terhadap pembiayaan menjadi penghambat utama.
“Koperasi harus mampu menjawab tantangan zaman. Kalau tidak digital, tidak kolaboratif, dan tidak profesional, mereka akan ditinggal,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya membangun kemitraan yang kuat antara koperasi, dunia pendidikan, dan pemerintah daerah. Ia menyarankan agar koperasi masuk dalam kurikulum kewirausahaan di sekolah dan perguruan tinggi.
“Kita butuh ekosistem baru. Bukan hanya koperasi sekolah formal, tapi koperasi yang lahir dari semangat kewirausahaan generasi muda,” katanya.
Politikus asal Sumatera Barat ini juga menyambut baik masuknya agenda koperasi dalam Asta Cita ke-3 Presiden Prabowo, yang menargetkan penguatan ekonomi kerakyatan. Menurut H. Arisal, ini bisa menjadi jalan masuk untuk mereformasi total wajah koperasi Indonesia agar lebih relevan dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Tak hanya itu, ia mendorong Kementerian Koperasi untuk mempercepat digitalisasi koperasi, baik dari segi pelayanan, pencatatan, maupun transparansi keuangan. Ia mencontohkan keberhasilan beberapa koperasi berbasis aplikasi digital di sejumlah daerah yang berhasil menarik minat milenial dan gen Z.
“Koperasi tak boleh identik lagi dengan hal yang jadul, kaku, dan kuno. Branding koperasi harus dirombak total. Kampanye koperasi harus memanfaatkan media sosial, influencer, bahkan platform game jika perlu,” tegasnya.
Terkait dengan regulasi, H. Arisal juga menyinggung pentingnya percepatan pembahasan dan pengesahan Undang-Undang Perkoperasian yang baru. Ia berharap UU ini bisa memberi ruang inovasi yang luas bagi koperasi modern tanpa menghilangkan nilai-nilai kolektif dan solidaritas sosial yang menjadi roh koperasi.
“Kalau undang-undangnya masih warisan zaman lama, kita sulit bergerak. UU baru harus fleksibel, tapi tetap menjaga semangat gotong royong. Negara harus hadir sebagai fasilitator dan akselerator, bukan sekadar regulator,” tuturnya.
Sebagai penutup, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan Hari Koperasi 2025 sebagai tonggak lahirnya koperasi generasi baru: koperasi yang muda, digital, profesional, dan tetap berpijak pada nilai-nilai kebersamaan.
“Kalau koperasi mau relevan, ia harus tumbuh bersama zaman,” pungkas Arisal. (*/f)