Langgam.id – Supreme Energy menyiapkan investasi sekitar US$400 juta atau setara Rp5,6 triliun (kurs rupiah Rp14.000 per dolar Amerika) untuk pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) tahap 2 di Solok Selatan.
Investasi tersebut akan disalurkan melalui anak perusahaan PT Supreme Energy Muara Laboh (SEML), sebuah konsorsium milik Supreme Energy (Indonesia), ENGIE (Perancis) dan Sumitomo Corporation (Jepang).
SEML sudah menyelesaikan PLTP tahap 1 berkapasitas 85 MW dengan investasi senilai US$580 juta.
“Untuk pengembangan tahap 2 dengan kapasitas 65 MW, membutuhkan investasi US$400 juta dan akan dimulai setelah negosiasi PPA selesai,” kata Supramu Santosa, Chairman & Founder Supreme Energy, melalui siaran pers.
Supramu mengatakan perseroan tengah dalam tahap diskusi dengan PLN dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk pengembangan panas bumi tahap-2 dengan kapasitas 65 MW.
Sebelumnya, Supreme Energy resmi mengumumkan operasi komersial PLTP tahap-1 Muara Laboh di Kabupaten Solok Selatan, pada Senin (16/12/2019) lalu.
Listrik panas bumi atau geothermal tersebut akan dipasok ke jaringan listrik Sumatera milik PT PLN (Persero). Perkiraannya, listrik tersebut bisa memenuhi kebutuhan 340.000 rumah tangga.
“Kapasitasnya 85 MW yang disalurkan ke jaringan listrik Sumatera milik PLN. Dan dapat didistribusikan ke kurang lebih 340.000 rumah tangga,” kata Supramu.
Adapun, Supreme Energy memulai studi pendahuluan dalam proyek pengembangan PLTP Muara Laboh pada tahun 2008 lalu.
Kemudian, dilanjutkan dengan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) atau Power Purchase Agreement (PPA), pada tahun 2012 dan dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi.
“COD PLTP Muara Laboh tahap-1 dan rencana pengembangan tahap-2 adalah bukti komitmen kami dan mitra internasional kami terhadap pengembangan energi panas bumi di Indonesia,” sebutnya.
Komitmen perseroan itu juga sejalan untuk mendukung rencana pemerintah mencapai sasaran bauran energi tahun 2025.
“Kami sangat menghargai atas dukungan yang kuat dan terus menerus dari pemerintah, PLN dan masyarakat Solok Selatan khususnya selama kegiatan eksplorasi dan pengembangan,” ujar Supramu.
Adapun, PT Supreme Energy juga sedang membangun proyek PLTP Rantau Dedap berkapasitas 90 MW di Sumatra Selatan. Proyek pengembangan yang digarap oleh PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) ini dijadwalkan selesai pada akhir tahun 2020.
Untuk menyelesaikan proyek tersebut, SERD berinvestasi sekitar US$ 700 juta. Selain itu, melalui PT Supreme Energy Rajabasa (SERB), PT Supreme Energy juga sedang mempersiapkan program eksplorasi untuk Wilayah Kerja Panas bumi Gunung Rajabasa yang berlokasi di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan Propinsi Lampung.
Kegiatan eksplorasi itu akan dimulai segera setelah negosiasi perpanjangan PPA dengan PLN selesai.
SEML dan SERB adalah perusahaan patungan yang terdiri dari PT Supreme Energy, ENGIE dari Perancis dan Sumitomo Corporation dari Jepang.
Sedangkan SERD adalah perusahaan patungan dari PT Supreme Energy, ENGIE, Marubeni Corporation dari Jepang dan Tohoku Electric Power dari Jepang. (rl)