Sumbar Perlu Politik, Peta, dan Hukum Ekonomi, Khairul Jasmi: Tanpa Itu, Hanya Omong Kosong

Langgam.id – Jurnalis senior Khairul Jasmi menilai bahwa Sumatera Barat (Sumbar) tidak bergerak maju karena pemerintah tidak meng-upgrade cara berpikir dan kurangnya komoditas unggulan yang dapat dijual. Pernyataan tersebut disampaikan dalam talkshow Obrol Politik (Opok) untuk memperingati enam tahun Langgam.id pada Selasa (14/01/2025) malam.

Talkshow yang mengusung tema “Gerak Cepat, Sumbar Maju?” itu menghadirkan diskusi mendalam tentang tantangan dan potensi yang dimiliki Sumbar untuk berkembang lebih cepat.

Khairul Jasmi mengungkapkan bahwa tiga pondasi utama yang membuat Sumbar kuat di masa lalu adalah emas, tekstil, dan kopi. “Dua per tiga uang Sumbar berasal dari emas, namun sayangnya emas tersebut dijual keluar. Selain itu, tekstil dan kopi juga menjadi sektor penting yang sudah ada sejak masa Perang Padri,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa keberhasilan tokoh-tokoh besar asal Sumbar seperti Sutan Syahrir, Bung Hatta, dan Rasuna Said juga tidak lepas dari latar belakang keluarga mereka yang merupakan pedagang emas, kain, dan kopi. Namun, menurutnya, hal ini tidak lagi terlihat di masa sekarang.

Khairul mengidentifikasi beberapa penyebab stagnasi ekonomi Sumbar. Pertama, dampak perang Belasting, gempa bumi 2006, dan peristiwa PRRI yang menyebabkan ekonomi Sumbar ambruk. “Berdasarkan data dari Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, pertumbuhan ekonomi Sumbar sejak Orde Baru hingga sekarang tidak pernah melewati angka 6 persen,” jelasnya.

Penyebab kedua adalah kurangnya komoditas yang bisa dijual. “Lihat saja, kopi, nasi ampera, lada, dan gambir tidak lagi disentuh oleh pemerintah. Ini menunjukkan kurangnya keseriusan dalam mengelola potensi daerah,” ujarnya.

Khairul juga memaparkan hasil risetnya selama dua tahun terkait potensi emas di Sumbar. Riset tersebut mencakup penelitian langsung ke tambang-tambang dan riset pustaka di Belanda. “Berdasarkan riset, Sumbar adalah daerah paling kaya emas di Indonesia, dan saya bisa membuktikannya,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya pengelolaan tambang emas liar dengan pemberian izin yang tepat. “Jika tambang liar diberi izin, maka akan menjadi sumber pendapatan bagi rakyat melalui plasma, dengan satu perusahaan sebagai inti. Kita bisa kembali menjadi daerah kaya raya,” katanya.

Khairul menyoroti perlunya pendekatan sistemik untuk membangun Sumbar. “Bagaimana bisa menghasilkan doktor dan profesor jika orang tua tidak memiliki uang?” tanyanya. Menurutnya, untuk menggerakkan Sumbar, diperlukan politik ekonomi, peta ekonomi, dan hukum ekonomi. “Tanpa itu, semua hanya omong kosong,” tutupnya.

Talkshow ini diharapkan dapat membuka wawasan tentang pentingnya strategi ekonomi yang terintegrasi untuk mendorong kemajuan Sumatera Barat. (Iqbal/Yh)

Tag:

Baca Juga

Pertumbuhan AI Tuntut Pemerintah Perketat Pelindungan Anak di Dunia Maya
Pertumbuhan AI Tuntut Pemerintah Perketat Pelindungan Anak di Dunia Maya
Surat Terbuka untuk Uda Dony Oskaria Tentang Rencana Danantara di Bisnis Ayam
Surat Terbuka untuk Uda Dony Oskaria Tentang Rencana Danantara di Bisnis Ayam
Menteri Agama, Nasaruddin Umar mengukuhkan Pengurus Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Sumatra Barat di
Semakin Mengkhawatirkan, Menag Harap BP4 Sumbar Jadi Garda Terdepan Cegah Perceraian
Pemerintah Perkuat Aturan Teknis Telekomunikasi untuk Cegah Kejahatan Scam
Pemerintah Perkuat Aturan Teknis Telekomunikasi untuk Cegah Kejahatan Scam
Mahasiswa FKM UNAND Beri Penyuluhan Kesiapan Menghadapi Menopause bagi Perempuan
Mahasiswa FKM UNAND Beri Penyuluhan Kesiapan Menghadapi Menopause bagi Perempuan
Konferensi Wakaf Internasional (KWI) resmi dibuka pada Sabtu (15/11/2025) di Ballroom Hotel Truntum Padang. Pembukaan KWI ditandai dengan
Menag Harap Sumbar Jadi Barometer Pemberdayaan Wakaf di Indonesia